“Anak ku sayang…. kamu
kenapa?? ” tanya ku.
“ Ada apa dengan mu
naak…??, “ceritalah sama kami sayang”. timpal istriku dengan suara agak parau.
Nampak jelas rasa kekhawatiran di wajahnya.
Kemudian ia kembali
diam. Ku rasa ia masih mengeluarkan air mata, butuh beberapa sepersekian detik
baginya mengambil jedah. kemudian mengerakkan mulut, mengeluarkan suara.
“Ayah….ibu…”.
terimakasih banyak atas doa dan dukungannya selama ini…”, hari ini, putri kalian ini menemukan titik
terang dari sebuah yang bernama ‘Impian’, (yang rasa-rasanya mustahil terwujut,
oleh keluarga semiskin kita).
“Maksutnya sayang?”
Tanya ku.
“Ayah tahu sebuah
gambar yang terpajang di dinding kamar ku?” gambar itu adalah gambar seorang
putri kerajaan nan cantik jelita, dan seorang raja nan Gagah berani, dilengkapi
dengan ornamen-ornamen kerajaan megah bangsa Inggris zaman dahulu”. aku sadar
gambar itu tidaklah cukup cantik, layaknya pesona putri kerajaan. tapi cukup
lucu bukan…?
” . dalam isak
tangisnnya, ia juga terdengar sedikit tertawa haru .
“Ibu…ayah.. ..” aku
masih ingat, kala itu aku masih Sekolah Dasar sekitar sepuluh tahun yang lalu.
karena kekuranganku ini (bagian kepala penuh penyakit kurap; berbau anyir). aku
tau ibu bakal akan sedikit marah-marah padaku, berhubung penyakitku yang tak
pernah ku mengerti, aku juga harus terpaksa masuk kedalam kamar nan sepi (tampa
kawan) hingga beberapa jam, berdiam diri tidak boleh keluar kamar sebelum
teman-teman kakak Rifan atau putri pulang.
Ibu tau? saat itu Sovia
hanya bisa menangis, setelah ibu melontarkan nada-nada yang cukup tinggi kepada
ku, itu terjadi untuk dua atau tiga hari pertama. Dan untuk seterusnya akhirnya
Sovia mengerti, apa yang mesti Sovia lakuin. Yah… melakukan sesuatu yang buat
ibu tidak marah-marah lagi, lain hal
yang kemudian Sovia lakukan adalah “menghibur diri”. Entah kenapa saat itu
menggores-goreskan alat tulis diatas kertas menjadi sesuatu cara yang
menyenangkan guna menyatakan apa yang
ada di pikiranku, dengan itu aku akan tenang dengan sendirinya, pastinya merasa
terhibur pada hasil goresan-goresan itu.
Entah datang dari mana
sebuah pemikiran tentang sesuatu yang bernama cita-cita (Impian)muncul kekepala
bocah kecil seperti Sovia dulu. Dimana suatu saat “Sovia akan pergi ke lukisan
itu”, disana ada kerajaan yang begitu
megah, ada sang putri yang cantik, didampingi oleh seorang Raja nan
tampan. Kerajaan atau bangunan megah itu dilengkapi ornamen-ornamen nan menawan
hati.
Yah.. sebuah imajinasi
yang tak pernah sovia bayangkan waktu itu. yaitu Pergi menuntut ilmu ke Negeri Ratu Elisabet (Inggris), dimana ada kerajaan dan bangunan
megah itu berada.
Itu lah impian kecil ku
bu….”
ia kembali diam dan
menagis terisak. Aku yang sedari tadi terdiam terpaku mendengarkan penjelasan
Sovia Lewat handphone yang ON speaker itu. tiba-tiba istriku menagis merangkul
ku.
“Sov… Sovia ….maafkan
ibu sayang” lirih istriku. Merasa bersalah.
“Sovia sayang
ibu…, jangan menangis lagi,” “tak ada
sovia menaruh dendam sedikit pun dihati ini buu”..
“ Buuu….. “ hari ini impian kecil sovia tersebut bakal
terwujud,”
Sovia mendapat beasiswa
undagan untuk belajar di ”London College
of Fashion (London-Inngris)”.
ia sedikit terbatah-batah
mengucapkannya, aku tau itu tandanya ia menghadapi sesuatu yang mengharukan
dalam hidupnya. Hati ku tiba-tiba bergetar bagaikan garputala yang bergetar
luar biasa, cukup lama setelah di ketukkan ke suatu benda. Perasaan ku yang
bahagia, haru, sedih, rasa bersalah, bercampur menjadi satu kala itu.
Lembaga pendidikan
Palie Studio ternyata bekerja sama dengan kampus Fashion ternama di Inggris
itu. berhubung beberapa alumni Palie Studio datang bekunjung beberapa bulan
yang lalu, ia tertarik dengan prestasi seorang anak muda yang bakal menjadi
desaigner hebat. pola rancangan busana yang khas, ditambah karya-karya Sovia
saat bekerja paruh waktu di sebuah Galery. Mereka terpikat, kemudian mereka
merekomendasikan Sovia sebagai didikan Palie Studio dalam program beasiswa.
“Sovia akan belajar
London Inggris buuuu….” (T_T) Ucapnya
penuh haru.
Setelah mendengarkan
penjelasan dari gadis pincang kami itu, yang tak pernah kami bayangkan sama sekali. Aku dan istri seketika
langsung sujud Syukur, di ruangan rumah tua itu.
suara tangis haru
istriku pecah seketika, atas kabar gembira malam itu. terimakasih ya Alloh.
***
Masih membekas di benak
ku, hari itu tanggal 10 Oktober, saat dimana Sovia sudah enam bulan menempuh
pendidikan di Inggris. Aku dan istri sekali dua minggu atau paling tidak
sebulan sekali masih rutin berbalas-balasan Email dengan Sovia yang jauh
disana. Sedangkan Rifan menyisakan masa tahanan dua tahun lagi.
Siang itu adalah jadwal
si bungsu kami (Putri) pulang kerumah, ia bakal agak lama dirumah karena masa
libur smester. Kali ini ia pulang dengan sebuah mobil Toyota Fortuner putih
(mewah) dan membawa beberapa orang temannya, aku tau itu mobil temannya yang
kaya raya. Nampak mereka banyak membawa barang bawaan, berupa ransel gunung
besar-besar dan beberapa perlengkapan pendakian lainya. Aku sudah bisa
menyimpulkan mau hendak kemana mereka.
Putri berinisiatif
menampung beberapa teman perempuannya dirumah selama satu malam sebelum,
besoknya ia bakal naik gunung bersama teman-temannya tersebut.
entah kenapa ada
sesuatu yang menahanku saat Putri mohon izin untuk pergi naik gunung yang
mereka rencanakan. Anak tomboy itu beralasan untuk refresing (mumpung libur
smester). Akhirnya aku dan istri mengizinkannya untuk pergi esok hari, walau
hati ini agak berat entah kenapa. Teman-teman Putri malam itu nampak menikmati
suasana, sepertinya dari gaya dan tingkah laku mereka. ‘pesta malam’ adalah hal
yang kerap mereka lakukan, tentunya mereka berasal dari keluarga berkeuangan
lebih mapan.
Malam itu mereka
membuat Api unggun didepan rumah kami, mereka menghabiskan malam dengan
nyanyian ala anak muda tak jelas, karena masih terngiang-ngiang di
telingaku dari kamar kami.
Hingga larut malam, aku
dan istri membiarkan mereka. Dimana sebelunya aku menginstruksikan sebelum jam
dua belas mereka harus menyudahi, dan masuk kedalam rumah kemudian istirahat.
Sovia dan teman-temannya juga memasak beberapa makanan dan beberapa minuman,
mereka sedikit berteriak-teriak senang,
tertawa, bernyanyi, bercerita, jingkrak-jingkrak, menari.
diam-diam mereka sesaat
setelah kami tinggalkan mereka, dan memutuskan untuk tidur. Mereka membuka sebotol Bir, “ini dia sebagai
penghanggat malam kita” sahut salah satu dari mereka.
Putri yang sedari tadi
bolak balik dapur-halaman, halaman-dapur
. ia membawa berbagai masakan cepat saji, instan. malam semakin larut tak hayal
mereka (Putri dan 3 orang temannya) juga larut dalam suasana malam mereka, tak
lama watu berselang. Dari depan halaman rumah tirlihat semacam asap mengempul
seperti bersumber dari ruangan belakang. Putri yang sedikit mabuk kaget dan
berlari kedalam rumah , lalu ia berteriak-terik mintak tolong”.
aku dan istri
terbangun, kaget berlari ketengah-tengah rumah, asap sudah memenuhi seluruh
ruangan. api mulai menyala dibagian sudut dapur” tepat di area kompor yang lupa
Putri matikan. Aku sunggu panik saat itu, istri keluar rumah kemudian histeris
mintak tolong ketetangga.
teman-teman putri yang
setengah mabuk menyelamatkan barang-barang rumah yang kira-kira masih mungkin bisa diselamatkan. sedangkan Putri masih
terkurung, ia kemudian diam tampa suara, pinsan karena kepulan asab. aku
berlari ke area dapur dimana Putri tampat suaranya terakhir minta tolong.
Sulit bagi ku untuk
menentukan posisinya. Api sudah mulai memebesar dimana-mana, perabotan berbahan
kayu mulai di lahap api, bahan bahan batik pun begitu mudah di makan sijago
merah. tetangga berbondong- bondong ikut membantu menyiramkan air ke area toko
batik yang apinya semakin membesar itu. sebagian yang lain memebantu
mengeluarkan barang-barang rumah, dan beberapa orang membantuku menyelamatkan
anak ku Putri dari ancaman maut api yang menghanguskan.
Aku nyaris pustus asa,
aku tidak bisa bergerak bebas karena asap yang sangat tebal dan beberapa
potongan potongan bangunan berjatuhan dari plafon rumah. Tapi demi seorang
anak, tampa fikir panjang aku menerobos ke area belakang, dekat kamar mandi
yang sebagianya sudah habisnya di lahap api. Disana ku melihat sebagian badan
Putri, ia lemas tak berdaya. Ia juga terhimpit oleh puing kayu yang terbakar.
Ia masih pinsan,
secepat mungkin aku mendekati membebaskannya dari potongan sisa bangunan itu
kemudian mengendongnya keluar ruamah. diluar sudah terdapat tiga mobil pemadam
kebakaran, dengan kerja sama yang baik, Alhamdulillah dua puluh lima menit
kemudian api berhasil di padamkan. Toko dan ruangan produksi batik habis
terbakar (90%), rumah terbakar (50%), semuanya terjadi terasa begitu cepat. di
rentang waktu yang begitu singkat, siapa yang menyangka.
“Astafirullohhalazim”.
Sementara itu si bungsu
(Putri), langsung ku larikan kerumah sakit terdekat. rambutnya sebagian besar
terbakar, kemudian bagian wajah dan leher juga mengalami luka bakar sebesar
25%, tapi satu hal yang terpenting Ia selamat.”Alhamdulillah”.
Semejak cobaan malam
itu, aku, istri dan Putri sementara waktu [dalam jangka waktu yang tidak
ditentukan] tinggal dirumah family istri. dimana mertua ku atau ibu istriku
tinggal disana semejak rumahnya yang terbakar itu kami tempati.
Kini toko batik keluarga
hanya tinggal nama, ku urungkan pikiranku tentang yang namanya batik. bisa
dikatakan ini adalah troma, dari tekanan hidup yang begitu besar. enam bulan
kemudian, Sovia terbang kembali ke Tanah Air, setelah satu tahun lebih berada
di London-Inggris. Mengenai musibah kebakaran tak sangub aku memberi tahunya.
karena tak lain, takut konsentrasinya dalam menimba ilmu dan pengalaman di
Negeri orang menjadi terganggu.
Rasa bahagia, sedih,
haru menjadi satu saat ia pulang menemui kami. melihat kondisi kami yang sangat mengkhatirkan; anak
dalam kondisi sakit, usaha habis, rumah masih tergadaikan, hutang dimana-mana.
Lengkap sudah.
Ini titik terendah dari
perjalanan hidupku dan keluarga, cobaan begitu banyak, terasa begitu berat.
Tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatku tetap bertahan, yaitu:“keluarga”.
selama keluarga masih ada, aku akan tetap berbuat sesuatu, InsyAllah ada jalan.
Semenjak Sovia pulang
dari negeri Ratu Elisabet, dengan segenap kemampuan dan pengalaman yang
memadai, serta memiliki partner yang oke, punya kenalan desaigner-desaigner
berpengalaman. ia lulus dari Palie Studio dengan nilai terbaik.
Bersama dengan seorang sahabat baiknya [punya dana
usaha] mereka bekerja sama untuk membuat sebuah “Galeri” kemudian membuat
sebuah “Brand” khusus, agar bisa dikenal mudah oleh banyak orang.
Ia dan satu orang rekan
kerjanya menjalankan strategi usaha dengan baik dan kemudian fokus, ia juga
saling berkolaborasi dengan rekan-rekan disaigner lain. Dan pada akhirnya sovia
memutuskan membuat nama Brand sendiri untuk galeri nya dengan nama:
*-- “LOVE SOVIA”--*
Dari waktu ke waktu.
perlahan tapi pasti --“LOVE SOVIA”-- semakin dikenal banyak orang, dikenal
banyak desaigner lain. Dengan menghasilkan karya seni desaign yang modern,
indah (sesuai selera konsumen), pelayanan terbaik, dan strategi pemasaran yang
tepat. Sovia terus belajar dari waktu kewaktu tanpa henti, tidak mudah merasa
puas. ia juga belajar dari siapa saja. Ia menikmati pekerjaannya sebagai
disaigner sekaligus sebagai pengusaha muda.
Satu tahun kemudian
usahanya semakin berkembang dengan melakukan banyak inovasi-inovasi baru. Dalam
program bekerja sama yang baik, ia juga ikut berperan penting dalam berbagai
pameran-pameran karya disaign busananya Indonesia. Pameran-pameran penting itu
secara nasional seperti -Indonesia Fasion Week-, -Jakarta Islamic fashion
week-, -Peragaa busana Jakarta- dan lain-lain.
Profesinya kian
bertambah, ia dikenal banyak orang sebagai Profesional yang menginspirasi, ia
sering diundang dalam acara pelatihan-pelatihan disaign tata busana, Pembicara
seni gambar, dan sebagai Pembicara pelatihan kewirausahaan.
Akhirnya usaha batik ku
yang sempat mati, kini mulai di jalankan lagi dari awal. ya tentu saja Sovia
yang menjalankan usaha produksi batik tersebut. Sovia mengubah total strategi
usaha, ragam jenis batik yang kami produksi, dan style batik yang menarik,
khas, unik , dan desaignnya disesuaikan
dengan selera konsumen. Dengan disaign yang oke dan strategi pemasaran yang benar,
akhirnya usaha batik mulai kembali dikenal banyak orang. Sovia juga
mengkolaborasikan bahan batik sebagai ciri khusus di --“LOVE SOVIA”-- , dimana
bahan dasar kainnya kami yang memproduksi sendiri secara tradisional. ini
sebagai ciri khas produk.
Dua tahun kemudian,
Love Sovia sudah buka cabang di dua belas kota besar di Indonesia. akhirnya
rumah kami yang sempat tergadaikan sudah dapat di miliki lagi, begitu juga
dengan hutang piutang di Bank, tentangga, sanak family sudah terlunaskan 100%.
Sebagai hunian baru Sovia membeli rumah mewah untuk keluarga besar, di kawasan
Kemang [perumahan mewah].
Siapa yang
menyangka?? usaha batik yang menghidupi
keluarga puluhan tahun lamanya dari turun-temurun itu. kini di warisi oleh
seorang anak yang dulunya dianggap Aib bagi keluarga. Ya, dialah Sovia Yonelia
Pratiwi-- si gadis pincang dan buruk
rupa, kepala berkurap (amis, bau’), yang dulunya menjijikan itu. dan pada
akhirnya, menjadi inspirasi bagi keluarga, menjadi sosok inspirasi bagi banyak
orang. ia berhasil merubah banyak hal,
dari keadaan keluarga yang terpuruknya amat sangat dalam. ia menjadikan hobinya
menjadi suatu Keahlian, dan menjadikan keahlianya sebagai Profesi. ia menikmati
pekerjaanya sebagai disaigner sekaligus pengusaha muda.
Sovia membuktikan,
kekurangan fisik tidak menghambatnya untuk terus menjadi diri sendiri. Berusaha
untuk menjadi yang ia cita-citakan, dan menariknya “ ia bisa menciptakan
sesuatu yang keren dari dirinya”.
Sesunguhnya setiap
manusia dilahirkan kedunia, selalu membawa sesuatu yang unik yang bisa di
kembangkan (disamping adanya kekurangan, yah.. itu wajar wajar saja). Dan
disaat mempunyai suatu ke inginan atau impian, jangan sesekali memaksakan untuk
mengujudkannya ke anak-anak. Biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri,
berkreasi sendiri dimana mereka bahagia dan sepenuh hati melakukannya, kita
sebagai orang tua tungasnya mendampingi dan menjadi sahabat bagi mereka.
Bila mereka punya
kelebihan, pujilah sekedarnya karena kelebihan itu bisa saja akan sirna dalam
sekejab. Dan jika mereka ada kekurangan bahkan terkesan “Aib” , maka sikapi lah
itu sewajarnya, jangan berlebih-lebihan dalam membenci, karena bisa saja di
hari depan ia menyelamatkan.
Rifan setelah keluar
dari dari tahanan, ia belajar aktif sebagai pimpinan bagian produksi usaha
batik. Akhirnya ia sadar, dahulu tampang yang ia bangga-banggakan kini hanya
bersisakan bekas-bekas luka di wajahnya. ia nampak bersahaja dan sangat dewasa
atas hukuman yang dijalani.
Sedangkan si bungsu
(Putri) yang dulunya di puja-puji kareana kecantikannya. kini meninggalkan
bekas luka bakar diwajahnya (pasca kebakaran rumah). dengan ilmu Pemasaran yang
ia miliki saat diperkuliahan, ia mencoba mengaplikasikan ilmu tersebut dalam
memasarkan produk batik kami. Sekarang ke tiga patra putri kami bersatu dalam
membangun sebuah usaha produk asli nenek moyang Indonesia yaitu –“BATIK”-.
Rasa kesepian ku dan
istri kini sudah berahir, kami berkumpul kembali dalam kondisi bahagia
mengharukan dimana suatu titik yang begitu ku rindu-rindukan, dalam jangka
waktu yang amat lama.
*“Maka nikmat tuhan mu manalagi yang kau
dustakan”.
-------
Dikala sair-sair cinta
mendayu memecah sepi
Dikala cinta membuat ku
termanggu melayang jauh
Dilema rindu akan
senyum merona mu menyambut pagi
Dikelam malam
bertaburkan bintang berharap kau ada disisi
-------
Ku ingin kau terbang
tinggi ke angkasa walau harus melawan kuatnya deru angin
Ku ingin kau belajar
tentang sesuatu yang membuat mu lebih berdaya guna
Ku ingin kau ahli dalam
mendengar siulan-siulan dari relung hati yang paling dalam, hendak kemana ia?
Ku ingin kau mencintai
apa yang menjadi ketetapanmu, dan melupakan keluh kesah itu walau mereka
mengira itu begitu hina
-------
****
Lamunan ku pecah
seketika, karena kehadiran seseorang bocah kecil lucu. tiba-tiba.. merangkul
pundak ku dari belakang. album biru usang itu ku rapikan kembali. kemudian
meladeni” bocah kecil lucu itu… :)
“wwahhh….. cucu kakek,
baru pulang ya?””, sini duduk sama kakek” godaku.
“kakek kenapa?? Kok
kaca matanya basah?? ..Ucapnya lugu. kemudia duduk di pelukan ku, kemudian
memain-mainkan pergelangan tangan ku, nampak kulitny sudah makin kriput.
Aku perlahan menyeka
sisa sisa cairan bening yang masih tersisa di mata dan kaca mata ku, denga
sehelai sapu tangan coklat yang baru saja ku keluarkan dari saku jacket sebalah
kanan ku.
“nngak kakek ngak
kenapa-napa”.. kemudian ku kagetkan bocah itu dengan gelitikan secara mendadak.
Dibagian perutnya, ia pun tertawa terbahak-bahak mintak ampun.
Ia adalah cucu pertama
di keluarga kami, namanya Farid. Ia
putra pertama Sovia, Sovia akhirnya berjodoh dengan teman se SMAnya.
setelah menamatkan pendidikan diperguruan
Negeri Islam Negeri, ia juga seorang pengusaha muda.
“ehh…. Ngomong-ngomong
tadi di sekolah belajar apa sayang??
“adha dech … “rahasia”
jawabnya kemudian kembali tertawa.
“farid dan teman-teman
tadi belajar di sekolah tentang “biodata”..
kemudian ditulikan di
buku dengan pensil warna-warni. Katanya dengan polos.
Dengan semangat ia
membuka tas ransel bergambar spongbobnya, dan mengeluarkan buku catatan lucu
yang sudah berbekas lipatan sana sini.
“kakek coba lihat ini,
Farid sudah bisa menulis lho” ia mulai muji diri sendri.
Tiba-tiba terdengar
suara dari lantai bawah. “sayang cepat ganti bajunya” jelas itu suara Sovia.
“iyaa… ummi “ sebentar
yah kek. “
“ya sudah sana ganti
bajunya” ku pelan memukul pantatnya . Kembali secangkir teh yang sudah semakin
dingin itu ku seduh.
Iseng-iseng ku buka
lembaran buku, cucu ku yang ganteng berumur 5 tahun itu.
Huruf hufurnya nampak
tidak beraturan, tapi bisa dibaca. Setiap barisnya punya warna-warna yang
berbeda.
Ada satu point yang
menyita perhatian ku, anda mau tau apa??
:)
Ini dia;
- ………… : ……………
- umur : 5 tahun
- CITA-CITA : AKTOR FILM
- ………… : …………..
Mengenai cita-citanya,
menggodaku untuk tersenyum hingga beberapa menit dan mengodaku untuk kembali
berimajinasi tentang sebuah cita-cita ku (read; modeling, actor film. ^_^
……….
TAMAT
Terimakasih telah
membaca :)
By: Farieco Paldona Putra
By: Farieco Paldona Putra