Senin, 22 September 2014

LOVE SOVIA 1 (Sebuah Novel Mini)


       Diruangan santai rumah mewah ini ku kembali melihat-lihat sebuah album lamaku. lembaran album itu perlahan ku buka, sesaat ada rasa kebahagiaan memenuhi hingga kesudut sudut hatiku. Di lembaran kedua album itu terpampang gambar sebuah keluarga sederhana. diatas kursi panjang beranyaman rotan nampak sepasang suami istri yang di apit oleh sepasang anak putra dan putri polos dan lucu. sianak laki-laki masih bersekolah dasar dan yang anak perempuan berkepala botak itu berumur 4 tahun, kemudian si ibu juga mememeluk seorang anak perempuan cantik berambut panjang berumur 2 tahun. dari tatapan mereka dari sebuah foto berukuran 4 R itu ada guratan senyum kesederhanaan dari wajah mereka. Pikiranku tiba-tiba terbang ke masa lalu, ya itu adalah keluarga ku. Aku adalah pengusaha pengerajin batik yang sebenarnya sudah menjadi turun temurun dari keluargaku, aku akan bercerita tentang sesuatu yang penting dalam hidupku, tentang usahaku tentang anak-anak ku dan tentang keluargaku yang sangat aku cintai.

      Aku mempunyai seorang istri berketuran asli jawa, dia begitu terlihat sangat cantik jika orang bilang dia asli keturunan jawa banget, tapi bagiku dia adalah bak keturunan wanita-wanita mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai nan cantik jelita. Sedangkan aku berasal dari tanah minang sumatera barat. semasa aku kuliah aku pernah di nobatkan sebagai pemenang dalam pemilihan uda uni di masa itu, aku memiliki tinggi 175Cm kulit cerah peutih, rambut lurus hidung mancung dan badan berisi. itulah segelintir gambaran fisik ku  yang otomatis banyak di kagumi orang-orang. 
Dalam suatu pertemuan yang tak terduga, Karena merasa  cocok aku dan istri memutuskan untuk hidup bersama. Aku masih ingat pernikahan kami adalah hari yang sangat dinanti oleh keluarga karena aku adalah anak tunggal dari keluragaku, sedangkan istriku adalah anak sulung dari dua bersaudara. Kedua keluarga kami sangat berharap akan menimang cucu dari buah cinta kami. Aku dan istriku yang cantik punya imajinasi yang sama yaitu akan melahirkan putra putri yang rupawan serta mempesona nan menawan hati. Kami punya sesuatu rencana dimasa depan untuk menjadi keluarga modeling dan actor film, cita-cita kami yang sama dan begitu terobsesi untuk itu. Ya aku dulu bercita-cita menjadi model bahkan actor, aku sering mengikuti perlombaan perlombaan yang berkenaan dengan hal modeling tapi entah kenapa aku selalu gagal dalam tahap penyisihan. 

      Mungkin inilah salah satu tanda aku dan istriku bejodoh buktinya kami memiliki cita-cita yang sama, dia juga sering mengikuti kontes kecantikan dan hampir semua teman-temannya bilang dia sangat berakat, sama hal nya dengan pendapatku. Satu hal lagi teman-teman aku dan teman-teman istriku adalah rata-rata orang yang “berada” semua, bisa jadi mereka menganggap aku dan istriku adalah berasal dari orang kaya dan berduit, barangkali mereka hanya melihat kami secara fisik dan penampilan.

      Padahal aku sirupawan yang berasal dari keluarga sederhana di ujung perbatasan tanah minang dan provinsi jambi sana, terlahir dari orang tua yang bekerja sebagai tukang kebun yang luasnya tidaklah banyak. Sedangkan istriku adalah si anak jawa yang cantik jelita, terlahir dari keluarga pembuat batik rumahan secara turun temurun yang terkesan tak pernah maju-maju. 

      Ya… aku rasa cara kami bergaul (berdasarkan kasta) membuat aku dan istriku mempunyai teman-teman orang yang berduit tentunya kalangan atas, tampa kami sadari kebiasaan mereka menjadi kebiasaan kami. Contohnya  aku dengan teganya meminta belikan rumah ke orang tuaku. mereka memenuhi permintaan ku, walau mereka dengan terpaksa menjual beberapa petak lading, demi aku si anak tungal nan rupawan. Aku tinggal di tanah kelahiran istriku dekat dengan sang mertua, dan sebelumnya selepas kuliah aku bekerja di sebuah bank pemerintah yang terbilang terkenal di negeri ini. Dan akhirnya aku putuskan untuk berhenti bekerja di bank kemudian menggantikan sang mertua yang sejak pernikahan kami beliau sakit sakitan. dan aku berinisiatif untuk mengambil alih usaha batik keluarga istriku, belum lama aku mencoba dan sambil belajar mengelola suatu usaha yang sejujurnya belum pernah aku jalani sebelumnya, ayah dari istri ku meninggal dunia karena penyakit paru-paru yang dideritanya. Saat itu aku dan istri sangat terpukul dengan ke jadian itu.

      Tahun demi tahu berlalu, Lima tahun kemudian dari pernikahan aku dan istriku, kami di anugreahi tiga orang anak yang lucu lucu, anak ku yang pertama berumur lima tahun namanya adalah “Rifan” dia anak yang aktif, pintar dan pastinya rupawan karena mereka terlahir dari sepasang ayah dan ibu yang menurut ku sangat ideal. Kemudian yang nomor tiga namanya adalah “Putri” berkulit putih rambut lurus dan panjang, dia terlihat begitu imut, menggemaskan dan manis. Ohya belum ku sebutkan anak ku yang nomor dua, namanya adalah “Sovia” dia dalah gadis kecil berwajah bulat berkulit gelap dan mempunyai kaki tidak sama panjangnya jadi kalau dia berjalan seperti pincang, selain itu tak lama ia lahir kedunia ia juga mengalami penyakit kulit sejenis kurap atau disebut Tinea barbae yaitu semacam infeksi jamur, ia menyerang kulit bagian leher dan hingga ke bagian kulit kepala Sovia. 

      Aku dan istri sudah berupaya kesana kemari demi proses penyembuhan, mulai dari ramuan dokter hingga ramuan alami ala pengobatan tradisional. Istriku sering merasa kesal dengan kondisi putriku yang satu ini dan tak jarang anak kecil itu di hardik-hardik karena merasa sovia adalah anak sial, anak yang cacat kakinya, kepala yang berbau amis karena kurap sungguh jauh berbeda dengan adik dan kakaknya yang secara fisik rupawan, menyenangkan hati, pintar dan sehat. 

      Aku merasa sangat iba melihat kondisi anak ku yang satu ini. hingga istriku menyatakan menyerah dan capek mengurus sovia yang tak kunjung sembuh. Tidak ada pilihan lain bagiku, aku harus bersabar dan terus merawat sovia dengan full kasih sayang, hingga mau tak mau selain mengurus usaha batik aku juga lebih banyak memperhatikan Sovia.

      Waktu pun terus berlalu, panyakit sovia belum juga menunjukkan bakal akan sehat. Kurap yang terdapat di leher dan bagian telinganya sudah melebar ke area kepala, akhirnya demi perawatan secara berkala terpaksa rambutnya sovia dicukur hingga botak. anak gadisku berumur 5 tahun itu sering merintih kesakitan saat aku memandikannya dan mengobati secara berkala dengan obat ramuan dokter, disaat dia menangis karena sakitnya dikala itu juga hati ku menagis dan berkata “maaf kan ayah sayang” aku berusaha untuk memperhatikan sovia dengan baik di tengah-tengah usaha batik yang makin tidak stabil karena memang aku jadi tidak focus, tambah lagi istriku yang terkesan tidak peduli dengan keadaan Sovia, istriku lebih banyak menghabiskan waktu dan perhatianya bersama Rifan dan Putri. Aku sebagai kepala keluarga harus terus mengingatkan istriku serta mencurahkan kasih sayang ke semua putra putriku.
……
BERSAMBUNG

Terimakasih telah membaca ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar