Diruangan santai rumah mewah ini
ku kembali melihat-lihat sebuah album lamaku. lembaran album itu perlahan ku
buka, sesaat ada rasa kebahagiaan memenuhi hingga kesudut sudut hatiku. Di lembaran
kedua album itu terpampang gambar sebuah keluarga sederhana. diatas kursi
panjang beranyaman rotan nampak sepasang suami istri yang di apit oleh sepasang
anak putra dan putri polos dan lucu. sianak laki-laki masih bersekolah dasar
dan yang anak perempuan berkepala botak itu berumur 4 tahun, kemudian si ibu
juga mememeluk seorang anak perempuan cantik berambut panjang berumur 2 tahun. dari
tatapan mereka dari sebuah foto berukuran 4 R itu ada guratan senyum
kesederhanaan dari wajah mereka. Pikiranku tiba-tiba terbang ke masa lalu, ya
itu adalah keluarga ku. Aku adalah pengusaha pengerajin batik yang sebenarnya
sudah menjadi turun temurun dari keluargaku, aku akan bercerita tentang sesuatu
yang penting dalam hidupku, tentang usahaku tentang anak-anak ku dan tentang
keluargaku yang sangat aku cintai.
Aku mempunyai seorang istri
berketuran asli jawa, dia begitu terlihat sangat cantik jika orang bilang dia
asli keturunan jawa banget, tapi bagiku dia adalah bak keturunan wanita-wanita
mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai nan cantik jelita. Sedangkan aku
berasal dari tanah minang sumatera barat. semasa aku kuliah aku pernah di
nobatkan sebagai pemenang dalam pemilihan uda uni di masa itu, aku memiliki
tinggi 175Cm kulit cerah peutih, rambut lurus hidung mancung dan badan berisi.
itulah segelintir gambaran fisik ku yang
otomatis banyak di kagumi orang-orang.
Dalam suatu pertemuan yang tak terduga, Karena merasa cocok aku dan istri memutuskan untuk hidup bersama. Aku masih ingat pernikahan kami adalah hari yang sangat dinanti oleh keluarga karena aku adalah anak tunggal dari keluragaku, sedangkan istriku adalah anak sulung dari dua bersaudara. Kedua keluarga kami sangat berharap akan menimang cucu dari buah cinta kami. Aku dan istriku yang cantik punya imajinasi yang sama yaitu akan melahirkan putra putri yang rupawan serta mempesona nan menawan hati. Kami punya sesuatu rencana dimasa depan untuk menjadi keluarga modeling dan actor film, cita-cita kami yang sama dan begitu terobsesi untuk itu. Ya aku dulu bercita-cita menjadi model bahkan actor, aku sering mengikuti perlombaan perlombaan yang berkenaan dengan hal modeling tapi entah kenapa aku selalu gagal dalam tahap penyisihan.
Dalam suatu pertemuan yang tak terduga, Karena merasa cocok aku dan istri memutuskan untuk hidup bersama. Aku masih ingat pernikahan kami adalah hari yang sangat dinanti oleh keluarga karena aku adalah anak tunggal dari keluragaku, sedangkan istriku adalah anak sulung dari dua bersaudara. Kedua keluarga kami sangat berharap akan menimang cucu dari buah cinta kami. Aku dan istriku yang cantik punya imajinasi yang sama yaitu akan melahirkan putra putri yang rupawan serta mempesona nan menawan hati. Kami punya sesuatu rencana dimasa depan untuk menjadi keluarga modeling dan actor film, cita-cita kami yang sama dan begitu terobsesi untuk itu. Ya aku dulu bercita-cita menjadi model bahkan actor, aku sering mengikuti perlombaan perlombaan yang berkenaan dengan hal modeling tapi entah kenapa aku selalu gagal dalam tahap penyisihan.
Mungkin inilah salah satu tanda
aku dan istriku bejodoh buktinya kami memiliki cita-cita yang sama, dia juga
sering mengikuti kontes kecantikan dan hampir semua teman-temannya bilang dia
sangat berakat, sama hal nya dengan pendapatku. Satu hal lagi teman-teman aku
dan teman-teman istriku adalah rata-rata orang yang “berada” semua, bisa jadi
mereka menganggap aku dan istriku adalah berasal dari orang kaya dan berduit,
barangkali mereka hanya melihat kami secara fisik dan penampilan.
Padahal aku sirupawan yang
berasal dari keluarga sederhana di ujung perbatasan tanah minang dan provinsi
jambi sana, terlahir dari orang tua yang bekerja sebagai tukang kebun yang
luasnya tidaklah banyak. Sedangkan istriku adalah si anak jawa yang cantik
jelita, terlahir dari keluarga pembuat batik rumahan secara turun temurun yang
terkesan tak pernah maju-maju.
Ya…
aku rasa cara kami bergaul (berdasarkan kasta) membuat aku dan istriku
mempunyai teman-teman orang yang berduit tentunya kalangan atas, tampa kami
sadari kebiasaan mereka menjadi kebiasaan kami. Contohnya aku dengan teganya meminta belikan rumah ke orang
tuaku. mereka memenuhi permintaan ku, walau mereka dengan terpaksa menjual
beberapa petak lading, demi aku si anak tungal nan rupawan. Aku tinggal di
tanah kelahiran istriku dekat dengan sang mertua, dan sebelumnya selepas kuliah
aku bekerja di sebuah bank pemerintah yang terbilang terkenal di negeri ini.
Dan akhirnya aku putuskan untuk berhenti bekerja di bank kemudian menggantikan
sang mertua yang sejak pernikahan kami beliau sakit sakitan. dan aku
berinisiatif untuk mengambil alih usaha batik keluarga istriku, belum lama aku
mencoba dan sambil belajar mengelola suatu usaha yang sejujurnya belum pernah
aku jalani sebelumnya, ayah dari istri ku meninggal dunia karena penyakit
paru-paru yang dideritanya. Saat itu aku dan istri sangat terpukul dengan ke
jadian itu.
Tahun demi tahu berlalu, Lima
tahun kemudian dari pernikahan aku dan istriku, kami di anugreahi tiga orang
anak yang lucu lucu, anak ku yang pertama berumur lima tahun namanya adalah “Rifan”
dia anak yang aktif, pintar dan pastinya rupawan karena mereka terlahir dari
sepasang ayah dan ibu yang menurut ku sangat ideal. Kemudian yang nomor tiga
namanya adalah “Putri” berkulit putih rambut lurus dan panjang, dia terlihat
begitu imut, menggemaskan dan manis. Ohya belum ku sebutkan anak ku yang nomor
dua, namanya adalah “Sovia” dia dalah gadis kecil berwajah bulat berkulit gelap
dan mempunyai kaki tidak sama panjangnya jadi kalau dia berjalan seperti pincang,
selain itu tak lama ia lahir kedunia ia juga mengalami penyakit kulit sejenis
kurap atau disebut Tinea barbae yaitu semacam infeksi jamur, ia menyerang kulit
bagian leher dan hingga ke bagian kulit kepala Sovia.
Aku dan istri sudah berupaya
kesana kemari demi proses penyembuhan, mulai dari ramuan dokter hingga ramuan
alami ala pengobatan tradisional. Istriku sering merasa kesal dengan kondisi putriku
yang satu ini dan tak jarang anak kecil itu di hardik-hardik karena merasa
sovia adalah anak sial, anak yang cacat kakinya, kepala yang berbau amis karena
kurap sungguh jauh berbeda dengan adik dan kakaknya yang secara fisik rupawan, menyenangkan
hati, pintar dan sehat.
Aku merasa sangat iba melihat
kondisi anak ku yang satu ini. hingga istriku menyatakan menyerah dan capek
mengurus sovia yang tak kunjung sembuh. Tidak ada pilihan lain bagiku, aku
harus bersabar dan terus merawat sovia dengan full kasih sayang, hingga mau tak
mau selain mengurus usaha batik aku juga lebih banyak memperhatikan Sovia.
Waktu pun terus berlalu, panyakit
sovia belum juga menunjukkan bakal akan sehat. Kurap yang terdapat di leher dan
bagian telinganya sudah melebar ke area kepala, akhirnya demi perawatan secara
berkala terpaksa rambutnya sovia dicukur hingga botak. anak gadisku berumur 5
tahun itu sering merintih kesakitan saat aku memandikannya dan mengobati secara
berkala dengan obat ramuan dokter, disaat dia menangis karena sakitnya dikala
itu juga hati ku menagis dan berkata “maaf kan ayah sayang” aku berusaha untuk
memperhatikan sovia dengan baik di tengah-tengah usaha batik yang makin tidak
stabil karena memang aku jadi tidak focus, tambah lagi istriku yang terkesan tidak
peduli dengan keadaan Sovia, istriku lebih banyak menghabiskan waktu dan
perhatianya bersama Rifan dan Putri. Aku sebagai kepala keluarga harus terus
mengingatkan istriku serta mencurahkan kasih sayang ke semua putra putriku.
……
BERSAMBUNG
Terimakasih
telah membaca ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar