Selasa, 23 September 2014

LOVE SOVIA 3



yuk!! kita lanjutin kisahnya...  hehe ^.^
 ---
 
  Di tempat yang baru saja ku menyelesaikan sholat malam ku. ku lihat istriku nampak tumbang seketika dan terkapar didepan pintu … sontak aku kaget dan segera berlari depan pintu… aku sungguh khwatir, kaget “Din….. Dindaaaaaa” ….?? Sahut ku parau. 

Aku merangkulnya, memeluknya,  rasa cemas ku mulai tak menentu.

    Dalam posisi masih memeluk istriku, nampak di wajah Wawan kecemasan yang luar biasa.
“bapak” hmmm… putra bapak Irr…”

Belum ia menyelesaikan kalimat yang tak jelas dan terbata-bata itu, aku langsung memotong kalimatnya,

    “Wan segeralah pergi ke ruangan tengah, ambil minyak angin di kotak P3 (diatas rak kecil) dan  segelas air putih”

     Aku berusaha untuk tidak panik, ku bujurkan kakinya dengan lurus perlahan kemudian memposisikan kepala lebih rendah dari pada kaki agar darahnya dapat mengalir dengan baik ke otak. Kemudian mulai menyahutnya kemabali dengan rangsangan suara diantara alis dan telinga, suara ku mulai terasa begitu berat dan serak.  

“dinda…. !!Din?..Dindaaaa..

      Karena suara ku, dia mulai sedikit bergerak reflek kemudian ku dekatkan bau yang cukup menyengat dekat hidungnya (minyak angin) perlahan dia membuka mata dan terbangun. “Alahamdulillah..” sahut ku dan aku tersenyum kepadanya. aku berusaha memperbaiki memposisi duduknya dan meminumkan segelas air putih utuknya. 

“ayah” anak kita Rifaaan…..” ucapnya pelan.. (kemudian air matanya menetes)

“Maaf bapak, Putra bapak Rifan.. sekarang sedang di rawat di UGD dia terluka parah karena di gebukkin (hajar) masa  beberapa jam lalu”

Belum sempat aku bertanya kenapa. Wawan sudah menimpali “Ayo!! sebaiknya kita ke Rumah Sakit sekarang”!!! jangan sampai terlambat.

Tampa ada persiapan apa-apa aku dengan sigap mengeluarkan mobil produksi dari garasi dan istri segera  membangunkan Putri dan Sovia yang tengah terlelap di kamarnya.

     Sesampai dirumah sakit (UGD) Irfan nampak sedang diberikan perawatan di sebuah ruangan, di luar ada beberapa orang sahabatnya dan  sebuah keluarga yang diantaranya ada seorang ibu yang meronta-ronta dan mengisi ke adaan. Aku, istri dan anak- anak yang sudah makin cemas, disambut dengan penjelasan terbatah-terbatah oleh Jefri, ia adalah salah seorang sahabat baik Rifan yang kami kenal karena pernah beberapa kali menemui Rifan kerumah. 

     “bapak, ibu” saya dapat berita, Rifan beberapa jam yang lalu terlibat dalam amukan masa kareana ia dan teman-temannya ketahuan menjarah sebuah rumah mewah tak jauh dari lingkungan sekolah”

       Mereka beraksi sebanyak 4 orang, dalam aksi tersebut sempat ketahuan oleh si pemilik rumah yang tadinya sedang tertidur nyenyak. karena sangat mendesak salah satu dari mereka melukai seorang bapak-bapak dan seorang anak laki-laki di rumah itu. 

     Karena aksi gagal, mereka berusaha untuk kabur “tiga orang teman-temannya behasil kabur, sungguh malang, Rifan tak dapat mengelak dia terlambat dan masa sudah keburu bertindak dan melakukan pengejaran, dan  sungguh-sungguh malang akhirnya dia didatapi, kemudian ia di hajar habis-habisan oleh warga di lokasi yang tak jauh dari rumah akan dijarah tersebut. untung saja ketua RT setempat memberi sikap yang tepat, secara sigap melakukan pelaraian. Yaitu menyelamatkan Rifan dari garangnya amukkan masyarakat”  Rifan tak berdaya, Ia langsung di larikan kerumah sakit, karena kejadian itu bersamaan.

       Keluarga korban yang terluka berat juga langsung di bawa ke Rumah Sakit ini juga, tak berapa lama waktu berselang anak yang terluka parah dari keluarga korban itu, baru saja di kabarkan meninggal dunia. Dan si bapak (kepala rumah tangga), sekarang dalam kondisi kritis”

     “Astafirulloh” gumamku dalam hati, tiba tiba pundak ku terasa begitu pegal, kesemutan dan sedikit migren ada rasa sakit di kepala bagian belakang, aku menahannya. Istriku setelah mendengarkan penjelasan Jefri ia menangis sejadi-sejadinya, terdengar juga suara tangis dan cucuran air mata dari Sovia kemudian memeluk ibunya. Putri tampak biasa saja (dingin), nampaknya komunikasinya dengan istriku masih belum benar-benar baik. Kemudian perlahan ia juga melunak memeluk ibunya.

    Sepuluh menit kemudian, datang seorang dokter keluar dari sebuah ruangan dan menghampiri kami. Bapak keluarganya Rifan?? Setelah kami melakukan pemeriksaan serta perawatan, Rifan mengalami retak pada tulang pipi, tulang pergelangan tangan di posisi Ulna juga patah, dan satu gigi seri atas satu gigi taring bawahnya patah. mungkin ini pressing yang terlalu kuat dari benda tumpul beserta amukkan massa. Ada beberapa luka di bagian punggung dan dibagian wajah yang bakal ada bekasnya . tapi kami sudah melakukan penjahitan. 

     Hari sudah menunjukkan pukul 04.14 Wib, kami menginap di kamar tempat Irfan dirawat. Ibunya nampak duduk di kursi berdekatan dengan Irfan yang tengah berbaring. Masih menangisi si anak sulung yang tampan kebanggannya itu, kini ia menjadi sisulung yang tak punya gigi yang lengkap dan wajah berbekas luka (buruk rupa). Ia (Istriku) nampak sangat terpukul karena kejadin yang sungguh mengejutkan ini. Anak ku Putri (sibungsu) terlelap dalam pangkuan ku, dan Sovia tersandar di bahuku kemudian  perlahan ikutan  tertidur.



   Azan subuh sayub-sayub terdengar dari kejahuan, aku segera berwudlu, bersujud, memohon ampunan, memohon perlindungan, memohon keberkahan, ketenangan dan curhat kepada Zat yang menciptakan alam semesta.



 *****
Ya Rabb dikala bukti anugerah Mu menetesi hati hati kami dengan tetesan-tetesan cinta kenyamanan

Merangkul jiwa jiwa yang tak semestinya kami agung-agungkan melebihi Mu

Ya Rabb dikala kapasitas cinta Mu lengah kami sadarkan dalam rentang waktu yang tak tepat

Bagai bunga bunga yang mekar di pagi hari lupa akan kecupan segar embun yang menyiraminya

Ya Rabb dikala durasi waktu nafas yang Engkau beri tak kunjung kami resapi dalam kemaslatan umat

Ya Rabb sungguh kepemimpinan ini tentu nanti pasti Enkau pertanyakan bak penagih tampa basa basi

Ya Rabb beri aku kesempatan lagi… untuk berajut asa, dari butiran cinta Mu.

***
    Selama perawatan Rifan dirumah sakit dan perawatan korban. dari kesepakatan bersama semua biaya korban pihak keluarga kami yang menanggung. Dan mengenai Hukuman dari pihak yang berwajib tetap berjalan.

Aku dan istri beserta kerabat kian bekerja keras untuk mengimpun dana untuk memenuhi pengeluaran yang tak pernah kami bayangkan ini. Kareana butuh dana yang begitu besar aku terpaksa, menguras habis tabungan usaha kami, beberapa barang berharga, dan rumah kami juga tergadaikan. 

Sementara ini dengan terpaksa kami tinggal di rumah orang tua istri. Kami sekeluarga kini  bak satlecook yang mempertahankan batang bulunya yang sudah nyaris patah sehabis dipukul keras raket berkali-kali, dan mengikuti arus. aku arus sabar dari ujian ini. Mensyukuri apa yang ada pada hari ini, dan tentunya tetap melindungi keluarga dengan baik. 

Beberapa minggu  setelah perawatan putra ku Rifan, dari hasil sidangnya menyatakan ia difonis dengan kurungan 8 tahun penjara karena telah terlibat dalam suatu kelompok melakukan pembunuhan dan penganiayaan (dua orang korban). 

Ini lah kenyataan hari ini di saat situasi ekonomi keluarga yang terasa begitu makin sulit, di tambah tingkah laku anak-anak diluar dugaan. Kebiasaan untuk memenuhi kemauannya sudah menjadi darah daging bagi anak,  Saat permintaannya tak kunjung terpenuhi. kekeran, melawan arus menjadi pilihan. tampa mempertimbangkan apa dampaknya.

“anak ku semoga kamu mendapatkan pelajaran dari semua ini” ucap ku pelan saat fonis dijatuhkan. Kemudian mengusap rambutnya, mungkanya  sisa luka nampak masih lembam dan di perban.

**
terkadang cobaan hidup menimpukan batu kekepala kita, tapi jika sesuatu di dalam dada ini selalu berdetak. Di titik itu tak ada pilihan bagi kita selain menikmati rasa sakit dari timpukan tersebut dan kembali menjalani hidup”

**
Hari ini genap dua tahun, semejak kejadian itu kehidupan kami terus berlanjut, Putri dan Sovia sudah Sekolah Menengah Pertama, istriku sudah beberapa bulan ini berinisiatif membantu perekonomian keluarga dengan membuat bermacam macam makanana kue. Sedangkan usaha batik rumahan yang aku kelola bak “hidup segan mati tak mau”, makin lama makin sulit bersaing di pasaran. Aku tetap berusaha keras mempertahankan usaha turun temurun ini, semampu ku. walau kekhawatiran akan tidak adanya penerus lagi tetap menghantui pikiranku. Rifan yang ku harapkan sekarang masih sedang menjalani masa hukumannya.

**
Siang itu si gadis pincang ku (Sovia) baru pulang sekolah, nampak jilbab putih nya besah karena keringat sambil menenteng kotak kue yang selalu sudah kosong, dia agak tergesa-gesa mengucapkan salam 

“ayah” !!

Iya sayang”! ku tinggalkan pekerjaan ku. dan aku mengampirinya, 

“ayah minggu kemarin di sekolah sovia”, mengadakan audisi pemilihan karya terbaik 10 besar dari hasil lomba karikatur antar sekolah bulan lalu loh” 

“dan karikatur yang terpilih bakal di kontrak oleh salah satu surat kabar selama 1 tahun”.
Ohyah?? Bagus itu. Sahut ku semangat. 

“pemilihan itu sebetulnya sudah seminggu yang lalu tapi aku diam-diam kan saja” hehe (cekikikan)

Lho kenapa sayang??

“agar nanti kalau gambar aku ngak terpilih hmmm… biar ngak ada yang bakal sedih selain aku” ucapnya pelan dan tersenyum polos.

Ya udah ngak apa apa sayang, yang penting kamu sudah berusaha keras. kataku mantap menyemangatinya.

“Tapi, ayah” sahutnya sambil tersenyam-senyum geli dan …..
....

BERSAMBUNG

..saya mulai ngantuk nih... nexs time kita lanjutin yah .. hehe 

Terimakasih telah membaca ^_^


-farieco_Paldonaputra-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar