Kamis, 25 September 2014

LOVE SOVIA 4



    Ya udah ngak apa apa sayang, yang penting kamu sudah berusaha keras. kataku mantap menyemangatinya.

“Tapi, ayah” sahutnya. ia mulai tersenyam-senyum geli menatapku, kemudian perlahan menggerak-gerakkan lehernya bak gaya Tinatun (artis cilik). tingkah lucu itu membuatku sontak tertawa mengelitik, kemudian ia memeluk ku haru. 

“ayah gambar Sovia di nilai ter unik, mereka menyukainya” dan terpilih sebagai pemenang” Alhamdulillah… bahakan Sovia sendiri tidak menyangka sama sekali yah” ucapnya semangat.“Wahhh hebatnya anak ayah yang satu ini, selamat ya sayang…!! 

“ayah dan ibu banga pada mu nak” ;-)

Kemudian ia menemui ibunya, ia terlihat begitu senang.

Ia (Sovia) anak ku si gadis pincang yang terus perlahan merubah segala kemungkinan-kemungkinan yang menghalangi dirinya untuk berbuat sesuatu. 

*maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” 

       Ditengah-tengah situasi keluarga yang semakin tak tentu arah, bak padang pasir yang  tandus dan kering. Sementara seorang Sovia adalah bak setitik embun yang cukup untuk membasahi dan menyegarkan sepotong hati dalam nahkoda keluarga kami. Kekhawatiran akan usaha yang terancam akan ditutup, labil ekonomi keluarga yang mencemaskan hati, rasa tak berdaya akan nasip si sulung, bentrok perasaan dalam menghadapi si putri bungsu yang keras kepala, dan secarik harapan dari seorang gadis ceria nan pincang akan kepercayaan dirinya. Maka sepotong alasan terakhir tersebut seakan memberi harapan baru, menjadi sesuatu penyejuk jiwa ditengah-tengah keluarga.


       Fisik yang sekilas tapak tak berdaya itu, tapi mempunyai energi yang seakan tak pernah habis. disekolahnya ia (Sovia) membantu menjualkan kue buatan ibunya, saat masih berseragam Merah Putih ia pernah juga secara diam-diam (tanpa memberi tahu kami) membantu menjualkan “alat tulis lucu” keteman-temannya ia bekerja sama dengan mbak-mbak foto copi disamping rumah kami. saat di tanya kenapa?,, ia hanya menjawab “untuk menambah uang jajan”. 

     ia menikmati semua itu, ia melakukannya dengan senang hati tanpa di suruh, tampa tekanan. Dan kabar bahagia siang ini, siapa yang menyangka karya karikaturnya terpilih sebagai pemenang yang bakal dikontrak oleh satu surat kabar terkenal di kota ini, berdurasi satu tahun. Denga itu tentunya Sovia akan dibayar setiap karikatur yang dimuatnya. Banyak lomba yang pernah di ikuti sovia, banyak gagal juga tapi sekali-sekali juaga menang, terakhir adalah lomba membuat karikatur yang bertemakan “Hari Pendidikan Nasional” sebulan yang lalu. ia berhasir menempati no 3. Dan dari hasil dari lomba antar pelajar Sekolah Dasar itu, salah satu surat kabar tertarik untuk mengambil 1 dari peringkat 10 besar. Dimana khusus gambar yang berkarakter dan berstandar menurut pihak surat kabar tersebut. 


       Karikatur Sovia yang dinilai detail dan jelas menjadi nilai tambah baginya, aku terharu. dan sungguh  “maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan”? . dengan kontrak sebagai pengisi kolom karikatur di sebauh media massa. Secara otomatis  ia telah membantu aku dan istri dalam hal biaya sekolah untuknya.

     Demi memperbaiki kondisi keluarga keyang lebih baik, aku dan keluarga terus melakukan upaya-upaya bagaiman mempertahankan usaha. setelah dua tahun lebih  usaha mulai merangkak perlahan ke arah yang lebih baik. istriku yang masih berkreasi dengan beraneka jajanan kue, di bantu oleh sovia dalam memasarkannya di sekolah. Sementara  si gadis bungsu (putri) ia masih hanya menjalani hidup apa adanya, tampa peduli dengan kondisi keluarga. ia merasa bekerja keras itu hanya wajib dilakukan oleh orang tua. Putri kadang masih keras kepala jika aku dan istriku mengingatkan dalam berbagai hal yang patut, apa lagi yang menasehati adalah kakaknya (Sovia). misalnya kedisiplinan dalam menegerjakan tugas sekolah. 

        Akhir-akhir ini Putri makin sering memancing terjadinya keributan, ia sering merengek kepada ibunya memintak sesuatu yang rasanya belum penting bagi dirinya. misalnya mengganti Hanphone, sepatu sekolah, tas sekolah, labtop dan perlengkapan kecantikan yang hampir selalu setiap hari ia gunakan, padahal semuanya beleum menjadi kebutuhan baginya. 

     Sikap keras kepalanya yang semakin menjadi-jadi ini, barangkali ada hubungannya dengan perhatian aku dan istri ke kakanya (Sovia), memang real. ia sering kami puji mengenai hasil usahanya. Berdampak terjadinya kecemburuan sosil, sibungsu merasa tak terperhatikan. walau sesungguhnya aku bahkan istri tetap memporsikan kasih sayang yang sama kepada mereka.

***
      Saat memasuki Sekolah Menengah Atas si putri bungsu (Putri) agak “ngotot” masuk sekolah Swasta elit di puat kota, dimana ia mengikuti jejak teman-temannya yang perekonomiannya jujur saja jauh melebihi prekonomian keluarga kami. nasehat dan usulan sudah di kerahkan kepada Putri perihal sekolah yang ia pilih. Karena memang ego yang begitu besar dan sikap yang tak mau tau itu. akhirnya demi kebaikan, kami ekstra hitung-hitungan demi memenuhi keinginan siputri bungsu nan cantik kami itu. 

       Alhasil kami terpaksa lebih banyak lagi menabung, demi  memenuhi biaya sekolah yang terasa begitu mahal, ditambah kebutuhan pribadinya yang makin banyak. Lain Putri lain pula Sovia, Ia lebih memilih  Sekolah Menengah Atas Negeri biasa, dimana lokasinya tak jauh dari rumah. Fasilitasnya biasa saja tak berlebihan, dengan biaya dan kebutuhan yang wajar.

         Di sekolah yang tak jauh dari rumah tersebut, sovia masih aktif dan senang membantu ibunya menjual beraneka ragam jajanan kue. Salah satu yang membuat aku merasa tenang adalah, sovia bukanya merasa malu ataupun gengsi saat ia menawarkan sesuatu ke teman-temannya bahkan guru-gurunya. sakin pintarnya dia mengatur strategi kelompok bejar bersama teman-teman sekelas (anggotanya 25 siswa lebih), yang ia kelola di sekolah ( khususnya pelajaran matematika, Fisika yang ia senangi). Tentunya bisa ia pastikan pelanggan tetap jualan kuenya adalah teman-teman di kelompoknya tersebut, belum pelanggan yang lainnya. Jadi tak heran ratusan kue terjual laris setiap hari. ia juga menerima usulan dan masukkan perihal menu kue yang dijual, dari teman-temannya. 



satu hal, sempat aku berfikir. apakah kesenangan Sovia dalam hal berdagang adalah turuanan jiwa dagang dari kakeknya.?? “si pengusaha Batik yang dulu di kenal banyak orang”, karena produk dan pemasarannya yang baik”?? Bisa jadi pikirku.

      Di tahun  kedua Sovia secara alami ( tampa usulan aku dan istri) selain ia belajar rutin disekolah, ia juga aktif di dua kegiatan; yang pertama ia bergabung di kegiatan extra kurikuler Seni sekolah. khusunya di bidang seni gambar. 

     Kedua di bidang intepreneurship school. Karena setiap hari Sovia di saksikan oleh teman-teman beserta guru-gurunya aktif berdagang kue di sekolah. tambah keinginanya masuk kegiatan extra Wirausaha Siswa secara pribadi. Sovia dan team, diberi sebuah tantangan serta kepercayaan  oleh seorang guru Pembina untuk mencari, kemudian mengelolah suatu usaha yang bernilai ekonomis, bermanfaat, efisien dan efektif.

      Dengan pengajuan proposal usaha yang di sepakati, dan dirancang kelompok siswa. Maka pihak sekolah akan mempertimbangkan, kemudian memberi fasilitas; berupa dana, perlengkapan pendukung dan tempat produksi.



Benar saja organisasi ekstra kurikuler Wirausaha Siswa yang selama ini mati suri itu, kembali bergerak. Sovia dan teman-teman mencoba bercocok tanam, membudidayakan kacang tanah super, ubi jalar unggu manis di pekarangan sekolah dan beternak berbagai ikan air tawar.

***
     Suatu sore akhir pekan, Putri (sibungsu) pulang kerumah. seperti biasa karena ia bersekolah di pusat kota , jauh dari rumah. ia harus ngekos tak jauh dari area sekolahnya. pulang kerumah sekali dalam seminggu (weekend). Kebiasaanya tak luput dari perhatianku, dirumah bukanya saling berbagi cerita tentang aktifitasnya di sekolah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar. menelfon temannya yang entah itu siapa. Di kesempatan lain ia juga tak jarang suka protes ini itu, kenapa makanan dirumah terasa tidak enak??, ruangan rumah terasa panas lho??, sore itu ia memutuskanuntuk keluar rumah, pergi bersama teman-teman entah itu dari mana. Aku semakin heran dengan tingkah laku anak bungsu kami itu, ia sering meminta uang tambahan buat beli buku kadang buat beli sesuatu untuk kegiatan ini, kegiatan itu sungguh aku kelabakan untuk memenuhi kebutuhanya.

       karena rasa penasaran, pernah aku diam-diam berkunjung ke kosan yang ia tempati.  aku tak mendapati ia ada di kos, setelah ku coba tanya-tanya sama teman kos sebelah, ternyata ia sudah tak masuk sekolah selama tiga hari, kadang juga jarang pulang ke kosnya.

      Aku makin khawatir dengn kelakuan  si bungsu (Putri). ia sudah berani bolos sekolah, membohongi kami dengan mintak uang lebih yang tak jelas untuk apa itu. benar dugaan ku, ia selama ini mintak uang yang tak jelas tersebut digunakan untuk hura-hura bersama teman-temannya. Dasar anak zaman sekarang. Memancing migrenku kambuh saja. aku dan istri berusaha menasehatinya dengan baik dan tegas. mengancamnya jika bersekolahnya tidak benar, kami bakal pindahkan ke sekolah umum biasa. Diluar dugaan, dengan sifat keras kepalanya tak lama waktu berselang setelah kami nasehati, ia kabur dari rumah. 



     Sunguh anak ababil, tapi kenapa ia begitu keras kepala, pikirku heran. Andai saja tingkahlakunya secantik wajahnya. pikirku. Aku tak bisa berbuat banyak, tapi menjaga sikap tenang menasehatinya perlahan-lahan dan tegas menjadi hal yang sangat perlu saat ini.
Di sisi lain Sovia di sekolahnya semakin sibuk dengan kegiatn wirausaha siswa yang ia geluti bersama kelompoknya. Dari hasil kerja sama ditambah himpunan ide-ide mereka, mereka mencoba membuat es cream yang bahannya dasar dari ubi jalar unggu manis. Produk itu setelah dilakukan berbagai percobaan-percobaan dan proses yang cukup lama dan panjang, mereka memutuskan untuk membawa produk tersebut  ke panggung lomba wirausaha siswa. Benar saja dengan produk es cream tersebut mereka berasil menjadi pemenang dalam ajang Intrepreneurship scholl antar sekolah  sebagai juara dua. Prestasi tersebut perdana disekolahnya mereka di puji dan semakin mendapat kepercayaan dari para Pembina dan guru-guru.

       Sovia selain kesibukannya belajar, ia tak lupa meluangkan waktnya untuk melakukan kegiatan yang menjadi hobinya, ya ia senang pada seni gambar. Selain karikatur, gambar abstrak, ia juga mulai mengembangkan idenya di bidang Feshion Disaign, berupa gambar-gambar tata busana. Diberbagai kesempatan perlombaaan seni gambar, ia sering menjuarainya. Sovia semakin dikenal di kalangan teman-temannya, dan guru-guru. pihak sekolah makin kagum pada siswi pincang berbakat itu. Sovia menikmati kesibukkannya, tampa beban. bahkan ia tambah percaya akan dirinya. di sekolah hanya ia yang bisa melukis gambar karikatur yang beragam dan menarik banyak orang, ditambah gambar tata busana nan cantik. 
menjadi gambar tata busana yang pertama dirancang siswa, ini menjadi sorotan dan perhatian. Karena karya yang begitu menarik dan unik luar biasa, pihak sekolanya berinisiatif memanfaatkan moment untuk mengadakan  acara Promotion and Open Scholl (acara tahunan), dimana mengundang  sekolah-sekolah lain (Sekolah Dasar, Menegah Pertama, Tingkat Atas) untuk untuk menghadiri acara akbar tersebut. di gedung serba guna sekolah di tampilkanlah prestasi-prestasi siswa, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa, dan karya-karya kreatifitas para siswa. para hadirin nampak banyak sekali datang berkunjung. Yang paling banyak menarik perhaatian hadirin adalah, sebuah pameran lukisan yang indah mulai dari lukisn alam, karikatur, kaligrafi, lukisan abstrak, dan gambar tata busana.



     Dalam kegiatan tersebut para hadirin di perkenankan bebas untuk melakukan tanya jawab alangsung ke para siswa yang bersangkutan mengenai karya-karya yang di tampilkan. Segenap informasi dan tanggapan yang didapat dari para hadirin, mereka menilai seni yang ditampilkan memiliki kualitas yang baik (skala pelajar). banyak juga usulan dan masukan agar siswa-siswi yang berperan dalam karya tersebut, harus di sokong dan salurkan bakatnya ke lembaga yang yang lebih tinggi hingga membuatnya lebih kaya akan pengalaman, harapanya bisa nantinya menjadi seorang professional di bidang seni. 

      Tanggapan dan komentar positif terus mengalir mengenai kegiatan wirausaha siswa, produk Es Cream ubi jalar manis, lukisan karikatur yang berkarakter, gambar-gambar busana pakaian yang unik dan cantik, kebetulan sovia sedang berdiri dibagian galeri lukiasan, wartawan dari media tersebut melakukan Tanya jawab ke gadis pincang yang namoak ceria itu, ia nampak bersemangat dalam menjawab pertanyaan dari media dan para tamu. Wartawan dan pengunjung menyukai tentang lukisan karikatur nan lucu, detail, unik sungguh mengelitik siapapun melihatnya. Tak disangka acara promotion and open school tersebut menarik media masa untuk meliput dan dimuat di Koran besok harinya. 

para guru merasa puas dengan kerja keras panitia dalam  promosi sekolah tahun ini. 


***
       Tahun kelulusan Sovia akhirnya sama dengan adiknya, karena sang adik  jarang masuk sekolah  akibatnya ia tinggal kelas saat tahun kedua di sekolah swasta tersebut.

    Aku pun kembali dihadapkan dengan persoalan krusial, bak tembok yang yang menjulang tinggi. mungkin kamu akan berfikir keras dan berusaha maksimal untuk mendapatkan sesuatu, saat  anak-anak mintak dikuliahkan. Aku pun memutar otak, apa yang bisa aku lakukan untuk memperoleh sekian dana untuk agar dapat menyekolahkan si bungsu dan Sovia. Setelah cukup lama aku berfikir, di tengah-tengah usaha batik yang makin tak bisa di handalkan. Aku memutuskan untuk meminjam uang ke Bank  dengan jaminan Rumah mertuaku. aku sadar ini rasanya terlalu ekstrim, semakin muncul ketidak peduli aku kepada  anak-anak, semakin kuat keinginanku untuk menyekolahkan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Entah apa resiko yang akan ku hadapi, demi pendidikan mereka yanga baik.



   Pihak Bank meminjamkan dana untuk ku dengan  jaminan Rumah sang mertua satu-satunya ini. Si bungsu putri akhirnya kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, dimana sebelumnya ia tidak lolos seleksi penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi Negeri. Namanya juga Kampus swasta, ya tentunya mahal. Ini sungguh menyita perhatianku. kembali Putri besikeras untuk tetap kuliah di tahun itu juga dan di kampus yang telah ia tunjuk. Sungguh angaran yang ku rencanakan untuk pendidikan anak dan usaha menjadi tidak sesuai dan meleset. setelah perdebatan tambah cekcok yang cukup panjang antara Istriku dan Putri. tiba-tiba, suasana hening saat Sovia berinisiatif lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ditahun itu. 

ia mengalah, ia mempersilahkan adiknya untul melanjutkan pendidikan di kampusnya. kemudian menyesuaikan dengan jumlah dana yang ku pinjam. Aku menangis dalam hati atas keputusan anak ku itu, walau sesungguhnya aku dan istri berharap ke dua-duanya harus kuliah. dengan tabungan istri (berjualan kue) kemudian tambah dana pinjaman dari Bank. kuliahlah Putri di sebuah kampus swasta dengan jurusan pemasaran. Dan sebagian dana yang alain digunakan untuk modal usaha batik yang sebelumnya bisa dikatakan mati suri.

malam itu di pagi yang sepi, istriku dan Sovia yang sedang sibuk mengerjakan produksi beraneka jajanan kue yang bakal di jual sebelum waktu jam tujuh pagi. Aku sedang mulai membuka ruagan produksi kain batik, tiba-tiba di sadarkan oleh beberapa sahutan dari si gadis pincang ku itu, nampak guratan serius di wajahnya. 

“ayah Sovia ingin Study lagi” ucapnya pelan

Aku terdiam

“ ayah…. sovia ingin mengikuti les di sebuah lembaga pendidikan extra, sovia pikir hal ini tidak akan terlalu menyusahka ayah, karna les adalah lembaga pendidikan jangka pendek!
Sovia akan katakan kepada ayah dan ibu tentang satu hal, sebetulnya secara diam-diam Sovia mempunyai tabungan pribadi. semenjak bisa berjulan pulpen lucu di sekolah dulu sudah mulai mengumpulkan rupiah demi rupiah, begitu juga dengan jajan setiap harinya selalu aku sisihkan buat ditabung. jadi untuk pendaftaran nanti, ditambah perlengkapa-perlengkapanya, Sovia rasa dana itu cukup” ucapnya lembut penuh perasaan. matanya perlahan mulai berkaca-kaca. istriku yang sedari tadi mendengarkan diam terpaku diantara kotak-kotak kue, tak jau dari kami.  

“Sovia kasihan melihat ayah begini-begini terus,” 

“susah-susah terus,” dan melihat ibu yang sejak dini hari yang dingin sudah  harus bangun untuk mempersiapkan kue yang akan dijualnya di pagi hari”. nada suaranya mulai naik, serak,  kepalanya tertunduk.

Aku tau ia sedang merasakan kesulitan yang kami rasa, menagisi kondisi kami yang semakin tua, makin lemah dan makin mengkwatirkan. istriku perlahan mendekati anak gadis ku itu, dan memeluknya hangat. 

“sayang….. semua akan baik-baik saja”. Sahut istriku, kemudian mengosokan telapak tangannya lembut ke punggung Sovia. 

“Sovia sayang kalian….” ucapnya berat. 

“Sovia sayang sama ibu.., sovia sayang sama ayah…,” dan Sovia sungguh tak ingin melihat ayah… ibu… susah-susah kayak ini terus!!”  di bahu ibunya, tangisnya pecah seketika. yang sedari tadi ia coba tahan-tahan. 


aku terpaku duduk tersandar di sebuah kursi tak jauh dari anak dan istriku yang nampak lagi meratap itu. di waktu subuh ini. hati ku perlahan-lahan basah, bak tanah keras  kering kerontang, hampa, retak-retak kemudian di hembuskan angin sepoi-sepoi menyejukkan, setelah itu bak di tebar rata oleh rintik-rintik air nan segar, dan baru disirami air hujan deras perlahan tapi pasti. Di sudut mata ku menetes butiran cairan bening pertama kalinya selama berkeluraga. Yah… betul aku menangis kala itu, di depan anak dan istriku.

“Ayah…” sovia harus harus melakukan sesuatu”… “Sovia janji akan ikut memperbaiki kondisi keluarga kita ini”. ucapnya mantap, kemudian menyeka air matanya dengan tangan kiri dan kanan secara bergantian kemudian di selingi suara isapan ingus beberapa kali.

***
     Pasca tamat sekolah, Sovia sudah meyusun program apa-apa yang akan di lakukan kedepannya. Tentang informasi tempat ia study, anggaran biaya dan perlengkapan tempat tinggal sudah di perhitungkan. Ia akan belajar di “PALIE STUDIO” khusus bidang “Fashion Designer”, yang berlokasi di kelapa gading, Jakarta. Karena cukup jauh dari rumah ia harus ngekos selama belajar disana. Sebetulnya uang tabungannya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan belajarnya, tampa memberi tahu kami, ia diam-diam meminjam sejumlah uang ke mantan Guru kelasnya waktu masih belajar di SMA dulu, dengan hanya modal kepercayaan. Sovia memang memilih jalur yang sesuai dengan bakat, kesukaanya dan bidang yang membuat ia bersemangat untuk melakukannya. 

Ya, bidang “Fashion Designer” jawab ku ke istri saat  ia menanyakan bidang studi apa yang menjadi pilihan Sovia. Kemudian aku menyudahi pembicaran via telfon dengan sovia kala itu.

     Hari demi hari aku dan istri menjalani hidup berdua, iya.. betul hanya berdua . tampa anak-anak. Tanpa Si sulung nan ganteng (dulu) yang sekarang masih di dalam tahanan, tampa si bungsu nan cantik nan keras kepala, dan si gadis pincang (kebanggaan kami tentunya). Aku makin nampak mulai menua, begitu juga halnya dengan istri ku, kerutan di wajahnya makin terlihat jelas. di kondisi saat seperti ini sungguh kami merasakan kesepian yang begitu amat dalam, tapi aku  percaya suatu saat nanti kami semua pasti bisa berkumpul lagi. Dengan segenap sisa umur ini, segenap tenega ini. aku harus terus berupaya mempertahankan usaha keluarga, tentunya tetap bekerja sama dngan sang istri pikirku dalam menyemangati diri. 


       Setelah setahun berlalu Sovia belajar keras dan focus di bidang Fashion Designer, ia kian memperdalam kemampuan gambarnya menjadi lebih fariatif lebih bagus, mengenal warna, mengenal serat kain, Illustrasi fashion, Fashion design, pola jahit dan industry fashion. Dengan kemampuannya yang cepat mengerti dan mahir, tidak lama baginya untuk meraik perhatian guru-guru dan para pembinanya. sovia melakukannya dengan sepenuh hati dan tentunya dengan senang hati. Karena memang seni gambar adalah hidupnya. guru dan pembinanya  tak segan-segan memberi komentar “sovia kamu nampak bermain-main dalam melakukan berbagai gambar tapi hasilnya sungguh “Wonderfull” dan kamu sangat menikmati” itu bagus.


     Secara perlahan, diluar jam belajar. sovia melanjutkan tahapan yang ia sudah rencanakan yaitu: “aplikasi kemampuan ke pasaran”. ia memberanikan diri mengajukan proposal permohonan kerja sama, ke seorang pengusaha pemilik galeri pakaian produsi, ia menawarkan dibagian megambar tata busana. ia ingin berkontribusi di galeri yang sudah punya Brand sendiri itu. Awalnya tidak ada yang percaya gadis pincang dengan tampang sangat standar itu mampu meyakinkan para disaigner yang sudah berpengalaman di bidangnya. tapi setelah di coba gambar, Mereka kaget, terpikat, arsirannya unik dan berkarakter itu ciri khas arsiran sovia.

      Sementara masih terus belajar di PALIE STUDIO, sovia juga tetap bekerja di galeri tersebut, ia berkontribusi memberikan model-model dan si desaign gambar yang unik, nyentrik dan persentase laku di pasaran di nilai besar. 



       Di Palie Studio ia juga berprestasi, karena  hasil gambarnya yang menarik dan unik itu kerap menjadi referensi, ia menjadi sosok yang dikenal banyak kalangan mulai dari kalangan alumnus Palie Studio yang nota bene sudah menjadi disangner secara professional, terkenal lagi. sovia juga sering menjadi sosok promosi untuk Lembaga belajar Palie Studio.  Perlahan Ia mulai bisa mengatur pola hidupnya secara mandiri, ia menghasilkan uang karena bekerja sambilan. disamping bekerja ia juga belajar bagaimana membuka usaha, menggerakkan usaha, dan memasarkan produk (sambil menyelam minum air). Pelan-pelan Sovia bisa membiayai kebutuhan belajarnya, kebutuha pribadinya. Tentunya juga bisa melunasi pinjamanya ke mantan guru kelasnya dulu.

        Sovia selalu menelpon aku dan istri setiap ia merasa kangen rumah, kangen bantu ibu, kangen mijitin aku (ayahnya). dua bulan ini sovia sudah hidup mandiri 100%. Ia meminta, agar aku tak perlu kirimkan uang lagi. Sovia sudah bekerja sambil belajar. Lain halnya dengan Putri adiknya Ia tetap pulang sekali dua minggu, seperti biasa selalu ada saja uang tambahan atau pembayaran ini itu. Sedangkan Rifan sudah menjadi rutinitas kami sekali sebulan untuk menjenguknya ke lembaga kemasyarakatan. Sebagai wujut perhatian kami yang adil kepada anak-anak.

      Akhir-akhir ini migren ku kambuh lagi, kali ini aku tak berdaya menahannya. terpaksa istrahat total tampa bisa beraktifitas. istriku yang tadinya berjualan kue jajanan kini mesti harus terhenti, karena waktunya di peruntukkan untuk merawat aku dan juga mendampingi para pekerja, supaya usaha batik tetap berjalan bagaimana semestinya. perihal aku sakit, jelas tidak perlu ku kabari ke anak ku Sovia, karena memang aku menggap ini adalah sakit biasa, barangkali karena kecapean karena bekerja. dan memang kondisi rumah tangga semakin terasa sulit dikala aku tidak bisa melakukan apa-apa. sementara sang istri yang malah kelelahan mengurus semuanya (aku, usaha batik) bahkan dia tak jarang menagis terisak-isak meratapi nasib hidup dalam sholatnya. menagis akan ujian yang begitu terasa begitu berat, melelahkan, curhat kepada Rabb agar tdiberi kesabaran, perlindungan, terutama buat anak-anaknya. aku pun meng amini. pengeluaran semakin bertambah buat obat ku, sementara uang masuk dari jualan kue suda nihil. hanya bisa diharapkan dari toko batik. Di tengah tengah rasa cemas yang kurasa, aku berusaha untuk tenang , bersabar, dan terus berupaya sebaik mungkin, agar keadaan bisa stabil.

      Suatu senja saat aku dan istri selesai melaksanakan sholat magrib berjamaah, selang beberapa menit terdengar suara nyaring Hanphone di atas meja, di ruang tengah. Aku pun segera mengangkatnya, sedangkan istriku langsung kedapur membuatkankan secangkir teh hanggat untuk ku. ternyata itu sovia, aku heran  kenapa ia menelpfon dalam jarak yang berdekatan. Padahal baru tadi sore kami saling bercerita. 

“Ayah tadi dalam sholatnya mendoakan Sovia tentang apa”? sebuah pertanyaan tiba-tiba pada ku setelah ia mengucapkan salam.

“emang kenapa.. sayang….?? “tentunya ayah mendoakan yang terbaik buat kamu, adik mu (Putri), kakakmu (Rifan) dan pokoknya keluarga kita dong” ucapku pelan.

      Istriku nampak masih menggenakan mukena abu-abunya, perlahan berjalan mendekat. di tanggannya memegang segelas teh hanggat dan beberpa potong biscuit bundar  yang ditaroh diatas wadah kaca.

“ayah, ibu….hmmm ” lalu ia diam sejenak. Aku dan istri ikut tenggelam dalam suasana hening mendengarkan kata-kata yang akan dilontarkan selanjutnya oleh anak gadis kami itu.
Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara tangis pelan, tak beraturan. Bulu kuduk ku merinding, ekspresi kekhawatiran istriku sudah tidak bisa ditahan lagi.

“anak ku sayang…. kamu kenapa” Tanya ku. 


“ Ada apa dengan mu naak…??, “ceritalah sama kami sayang”. timpal istriku dengan suara sedikit parau, ia nampak begitu sangat khwatir.
.....

BERSAMBUNG

agak ...kepanjangannya yach?.. :)  yang tabah yah... ckckckc :)  #tunggu lanjutanya

Terimakasih telah membaca ^_^


By : Farieco Paldona Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar