Ya
udah ngak apa apa sayang, yang penting kamu sudah berusaha keras. kataku mantap
menyemangatinya.
“Tapi,
ayah” sahutnya. ia mulai tersenyam-senyum geli menatapku, kemudian perlahan
menggerak-gerakkan lehernya bak gaya Tinatun (artis cilik). tingkah lucu itu
membuatku sontak tertawa mengelitik, kemudian ia memeluk ku haru.
“ayah
gambar Sovia di nilai ter unik, mereka menyukainya” dan terpilih sebagai
pemenang” Alhamdulillah… bahakan Sovia sendiri tidak menyangka sama sekali yah” ucapnya
semangat.“Wahhh hebatnya anak ayah yang satu ini, selamat ya sayang…!!
“ayah
dan ibu banga pada mu nak” ;-)
Kemudian
ia menemui ibunya, ia terlihat begitu senang.
Ia
(Sovia) anak ku si gadis pincang yang terus perlahan merubah segala
kemungkinan-kemungkinan yang menghalangi dirinya untuk berbuat sesuatu.
*maka
nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?”
Ditengah-tengah
situasi keluarga yang semakin tak tentu arah, bak padang pasir yang tandus dan kering. Sementara seorang Sovia
adalah bak setitik embun yang cukup untuk membasahi dan menyegarkan sepotong
hati dalam nahkoda keluarga kami. Kekhawatiran akan usaha yang terancam akan
ditutup, labil ekonomi keluarga yang mencemaskan hati, rasa tak berdaya akan
nasip si sulung, bentrok perasaan dalam menghadapi si putri bungsu yang keras
kepala, dan secarik harapan dari seorang gadis ceria nan pincang akan
kepercayaan dirinya. Maka sepotong alasan terakhir tersebut seakan memberi
harapan baru, menjadi sesuatu penyejuk jiwa ditengah-tengah keluarga.
Fisik
yang sekilas tapak tak berdaya itu, tapi mempunyai energi yang seakan tak
pernah habis. disekolahnya ia (Sovia) membantu menjualkan kue buatan ibunya,
saat masih berseragam Merah Putih ia pernah juga secara diam-diam (tanpa
memberi tahu kami) membantu menjualkan “alat tulis lucu” keteman-temannya ia
bekerja sama dengan mbak-mbak foto copi disamping rumah kami. saat di tanya
kenapa?,, ia hanya menjawab “untuk menambah uang jajan”.
ia
menikmati semua itu, ia melakukannya dengan senang hati tanpa di suruh, tampa
tekanan. Dan kabar bahagia siang ini, siapa yang menyangka karya karikaturnya
terpilih sebagai pemenang yang bakal dikontrak oleh satu surat kabar terkenal di
kota ini, berdurasi satu tahun. Denga itu tentunya Sovia akan dibayar setiap
karikatur yang dimuatnya. Banyak lomba yang pernah di ikuti sovia, banyak gagal
juga tapi sekali-sekali juaga menang, terakhir adalah lomba membuat karikatur
yang bertemakan “Hari Pendidikan Nasional” sebulan yang lalu. ia berhasir
menempati no 3. Dan dari hasil dari lomba antar pelajar Sekolah Dasar itu,
salah satu surat kabar tertarik untuk mengambil 1 dari peringkat 10 besar.
Dimana khusus gambar yang berkarakter dan berstandar menurut pihak surat kabar
tersebut.
Karikatur
Sovia yang dinilai detail dan jelas menjadi nilai tambah baginya, aku terharu.
dan sungguh “maka nikmat Tuhanmu manakah
yang kamu dustakan”? . dengan kontrak sebagai pengisi kolom karikatur di sebauh
media massa. Secara otomatis ia telah
membantu aku dan istri dalam hal biaya sekolah untuknya.
Demi
memperbaiki kondisi keluarga keyang lebih baik, aku dan keluarga terus
melakukan upaya-upaya bagaiman mempertahankan usaha. setelah dua tahun
lebih usaha mulai merangkak perlahan ke
arah yang lebih baik. istriku yang masih berkreasi dengan beraneka jajanan kue,
di bantu oleh sovia dalam memasarkannya di sekolah. Sementara si gadis bungsu (putri) ia masih hanya
menjalani hidup apa adanya, tampa peduli dengan kondisi keluarga. ia merasa
bekerja keras itu hanya wajib dilakukan oleh orang tua. Putri kadang masih
keras kepala jika aku dan istriku mengingatkan dalam berbagai hal yang patut,
apa lagi yang menasehati adalah kakaknya (Sovia). misalnya kedisiplinan dalam menegerjakan
tugas sekolah.
Akhir-akhir
ini Putri makin sering memancing terjadinya keributan, ia sering merengek
kepada ibunya memintak sesuatu yang rasanya belum penting bagi dirinya.
misalnya mengganti Hanphone, sepatu sekolah, tas sekolah, labtop dan perlengkapan
kecantikan yang hampir selalu setiap hari ia gunakan, padahal semuanya beleum
menjadi kebutuhan baginya.
Sikap
keras kepalanya yang semakin menjadi-jadi ini, barangkali ada hubungannya
dengan perhatian aku dan istri ke kakanya (Sovia), memang real. ia sering kami
puji mengenai hasil usahanya. Berdampak terjadinya kecemburuan sosil, sibungsu
merasa tak terperhatikan. walau sesungguhnya aku bahkan istri tetap memporsikan
kasih sayang yang sama kepada mereka.
***
Saat
memasuki Sekolah Menengah Atas si putri bungsu (Putri) agak “ngotot” masuk
sekolah Swasta elit di puat kota, dimana ia mengikuti jejak teman-temannya yang
perekonomiannya jujur saja jauh melebihi prekonomian keluarga kami. nasehat dan
usulan sudah di kerahkan kepada Putri perihal sekolah yang ia pilih. Karena
memang ego yang begitu besar dan sikap yang tak mau tau itu. akhirnya demi
kebaikan, kami ekstra hitung-hitungan demi memenuhi keinginan siputri bungsu
nan cantik kami itu.
Alhasil
kami terpaksa lebih banyak lagi menabung, demi
memenuhi biaya sekolah yang terasa begitu mahal, ditambah kebutuhan
pribadinya yang makin banyak. Lain Putri lain pula Sovia, Ia lebih memilih Sekolah Menengah Atas Negeri biasa, dimana
lokasinya tak jauh dari rumah. Fasilitasnya biasa saja tak berlebihan, dengan
biaya dan kebutuhan yang wajar.
Di
sekolah yang tak jauh dari rumah tersebut, sovia masih aktif dan senang
membantu ibunya menjual beraneka ragam jajanan kue. Salah satu yang membuat aku
merasa tenang adalah, sovia bukanya merasa malu ataupun gengsi saat ia
menawarkan sesuatu ke teman-temannya bahkan guru-gurunya. sakin pintarnya dia
mengatur strategi kelompok bejar bersama teman-teman sekelas (anggotanya 25
siswa lebih), yang ia kelola di sekolah ( khususnya pelajaran matematika,
Fisika yang ia senangi). Tentunya bisa ia pastikan pelanggan tetap jualan
kuenya adalah teman-teman di kelompoknya tersebut, belum pelanggan yang
lainnya. Jadi tak heran ratusan kue terjual laris setiap hari. ia juga menerima
usulan dan masukkan perihal menu kue yang dijual, dari teman-temannya.
satu
hal, sempat aku berfikir. apakah kesenangan Sovia dalam hal berdagang adalah
turuanan jiwa dagang dari kakeknya.?? “si pengusaha Batik yang dulu di kenal
banyak orang”, karena produk dan pemasarannya yang baik”?? Bisa jadi pikirku.
Di
tahun kedua Sovia secara alami ( tampa
usulan aku dan istri) selain ia belajar rutin disekolah, ia juga aktif di dua
kegiatan; yang pertama ia bergabung di kegiatan extra kurikuler Seni sekolah.
khusunya di bidang seni gambar.
Kedua
di bidang intepreneurship school. Karena setiap hari Sovia di saksikan oleh
teman-teman beserta guru-gurunya aktif berdagang kue di sekolah. tambah
keinginanya masuk kegiatan extra Wirausaha Siswa secara pribadi. Sovia dan
team, diberi sebuah tantangan serta kepercayaan
oleh seorang guru Pembina untuk mencari, kemudian mengelolah suatu usaha
yang bernilai ekonomis, bermanfaat, efisien dan efektif.
Dengan
pengajuan proposal usaha yang di sepakati, dan dirancang kelompok siswa. Maka
pihak sekolah akan mempertimbangkan, kemudian memberi fasilitas; berupa dana,
perlengkapan pendukung dan tempat produksi.
Benar
saja organisasi ekstra kurikuler Wirausaha Siswa yang selama ini mati suri itu,
kembali bergerak. Sovia dan teman-teman mencoba bercocok tanam, membudidayakan
kacang tanah super, ubi jalar unggu manis di pekarangan sekolah dan beternak
berbagai ikan air tawar.
***
Suatu
sore akhir pekan, Putri (sibungsu) pulang kerumah. seperti biasa karena ia
bersekolah di pusat kota , jauh dari rumah. ia harus ngekos tak jauh dari area
sekolahnya. pulang kerumah sekali dalam seminggu (weekend). Kebiasaanya tak
luput dari perhatianku, dirumah bukanya saling berbagi cerita tentang
aktifitasnya di sekolah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar.
menelfon temannya yang entah itu siapa. Di kesempatan lain ia juga tak jarang
suka protes ini itu, kenapa makanan dirumah terasa tidak enak??, ruangan rumah
terasa panas lho??, sore itu ia memutuskanuntuk keluar rumah, pergi bersama
teman-teman entah itu dari mana. Aku semakin heran dengan tingkah laku anak
bungsu kami itu, ia sering meminta uang tambahan buat beli buku kadang buat
beli sesuatu untuk kegiatan ini, kegiatan itu sungguh aku kelabakan untuk
memenuhi kebutuhanya.
karena
rasa penasaran, pernah aku diam-diam berkunjung ke kosan yang ia tempati. aku tak mendapati ia ada di kos, setelah ku
coba tanya-tanya sama teman kos sebelah, ternyata ia sudah tak masuk sekolah
selama tiga hari, kadang juga jarang pulang ke kosnya.
Aku
makin khawatir dengn kelakuan si bungsu
(Putri). ia sudah berani bolos sekolah, membohongi kami dengan mintak uang
lebih yang tak jelas untuk apa itu. benar dugaan ku, ia selama ini mintak uang
yang tak jelas tersebut digunakan untuk hura-hura bersama teman-temannya. Dasar
anak zaman sekarang. Memancing migrenku kambuh saja. aku dan istri berusaha
menasehatinya dengan baik dan tegas. mengancamnya jika bersekolahnya tidak
benar, kami bakal pindahkan ke sekolah umum biasa. Diluar dugaan, dengan sifat
keras kepalanya tak lama waktu berselang setelah kami nasehati, ia kabur dari
rumah.
Sunguh
anak ababil, tapi kenapa ia begitu keras kepala, pikirku heran. Andai saja
tingkahlakunya secantik wajahnya. pikirku. Aku tak bisa berbuat banyak, tapi
menjaga sikap tenang menasehatinya perlahan-lahan dan tegas menjadi hal yang
sangat perlu saat ini.
Di
sisi lain Sovia di sekolahnya semakin sibuk dengan kegiatn wirausaha siswa yang
ia geluti bersama kelompoknya. Dari hasil kerja sama ditambah himpunan ide-ide
mereka, mereka mencoba membuat es cream yang bahannya dasar dari ubi jalar
unggu manis. Produk itu setelah dilakukan berbagai percobaan-percobaan dan
proses yang cukup lama dan panjang, mereka memutuskan untuk membawa produk tersebut ke panggung lomba wirausaha siswa. Benar saja
dengan produk es cream tersebut mereka berasil menjadi pemenang dalam ajang
Intrepreneurship scholl antar sekolah
sebagai juara dua. Prestasi tersebut perdana disekolahnya mereka di puji
dan semakin mendapat kepercayaan dari para Pembina dan guru-guru.
Sovia
selain kesibukannya belajar, ia tak lupa meluangkan waktnya untuk melakukan
kegiatan yang menjadi hobinya, ya ia senang pada seni gambar. Selain karikatur,
gambar abstrak, ia juga mulai mengembangkan idenya di bidang Feshion Disaign,
berupa gambar-gambar tata busana. Diberbagai kesempatan perlombaaan seni
gambar, ia sering menjuarainya. Sovia semakin dikenal di kalangan
teman-temannya, dan guru-guru. pihak sekolah makin kagum pada siswi pincang
berbakat itu. Sovia menikmati kesibukkannya, tampa beban. bahkan ia tambah
percaya akan dirinya. di sekolah hanya ia yang bisa melukis gambar karikatur
yang beragam dan menarik banyak orang, ditambah gambar tata busana nan cantik.
menjadi gambar tata busana yang pertama dirancang siswa, ini menjadi sorotan
dan perhatian. Karena karya yang begitu menarik dan unik luar biasa, pihak
sekolanya berinisiatif memanfaatkan moment untuk mengadakan acara Promotion and Open Scholl (acara
tahunan), dimana mengundang sekolah-sekolah
lain (Sekolah Dasar, Menegah Pertama, Tingkat Atas) untuk untuk menghadiri
acara akbar tersebut. di gedung serba guna sekolah di tampilkanlah
prestasi-prestasi siswa, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa, dan
karya-karya kreatifitas para siswa. para hadirin nampak banyak sekali datang
berkunjung. Yang paling banyak menarik perhaatian hadirin adalah, sebuah
pameran lukisan yang indah mulai dari lukisn alam, karikatur, kaligrafi,
lukisan abstrak, dan gambar tata busana.
Dalam
kegiatan tersebut para hadirin di perkenankan bebas untuk melakukan tanya jawab
alangsung ke para siswa yang bersangkutan mengenai karya-karya yang di
tampilkan. Segenap informasi dan tanggapan yang didapat dari para hadirin,
mereka menilai seni yang ditampilkan memiliki kualitas yang baik (skala
pelajar). banyak juga usulan dan masukan agar siswa-siswi yang berperan dalam
karya tersebut, harus di sokong dan salurkan bakatnya ke lembaga yang yang
lebih tinggi hingga membuatnya lebih kaya akan pengalaman, harapanya bisa
nantinya menjadi seorang professional di bidang seni.
Tanggapan
dan komentar positif terus mengalir mengenai kegiatan wirausaha siswa, produk
Es Cream ubi jalar manis, lukisan karikatur yang berkarakter, gambar-gambar
busana pakaian yang unik dan cantik, kebetulan sovia sedang berdiri dibagian
galeri lukiasan, wartawan dari media tersebut melakukan Tanya jawab ke gadis
pincang yang namoak ceria itu, ia nampak bersemangat dalam menjawab pertanyaan
dari media dan para tamu. Wartawan dan pengunjung menyukai tentang lukisan
karikatur nan lucu, detail, unik sungguh mengelitik siapapun melihatnya. Tak
disangka acara promotion and open school tersebut menarik media masa untuk
meliput dan dimuat di Koran besok harinya.
para
guru merasa puas dengan kerja keras panitia dalam promosi sekolah tahun ini.
***
Tahun
kelulusan Sovia akhirnya sama dengan adiknya, karena sang adik jarang masuk sekolah akibatnya ia tinggal kelas saat tahun kedua
di sekolah swasta tersebut.
Aku
pun kembali dihadapkan dengan persoalan krusial, bak tembok yang yang menjulang
tinggi. mungkin kamu akan berfikir keras dan berusaha maksimal untuk
mendapatkan sesuatu, saat anak-anak
mintak dikuliahkan. Aku pun memutar otak, apa yang bisa aku lakukan untuk
memperoleh sekian dana untuk agar dapat menyekolahkan si bungsu dan Sovia.
Setelah cukup lama aku berfikir, di tengah-tengah usaha batik yang makin tak
bisa di handalkan. Aku memutuskan untuk meminjam uang ke Bank dengan jaminan Rumah mertuaku. aku sadar ini
rasanya terlalu ekstrim, semakin muncul ketidak peduli aku kepada anak-anak, semakin kuat keinginanku untuk
menyekolahkan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Entah apa resiko yang akan
ku hadapi, demi pendidikan mereka yanga baik.
Pihak
Bank meminjamkan dana untuk ku dengan
jaminan Rumah sang mertua satu-satunya ini. Si bungsu putri akhirnya
kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, dimana sebelumnya ia tidak lolos
seleksi penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi Negeri. Namanya juga
Kampus swasta, ya tentunya mahal. Ini sungguh menyita perhatianku. kembali
Putri besikeras untuk tetap kuliah di tahun itu juga dan di kampus yang telah
ia tunjuk. Sungguh angaran yang ku rencanakan untuk pendidikan anak dan usaha
menjadi tidak sesuai dan meleset. setelah perdebatan tambah cekcok yang cukup panjang
antara Istriku dan Putri. tiba-tiba, suasana hening saat Sovia berinisiatif
lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ditahun
itu.
ia mengalah, ia mempersilahkan adiknya untul melanjutkan pendidikan di
kampusnya. kemudian menyesuaikan dengan jumlah dana yang ku pinjam. Aku
menangis dalam hati atas keputusan anak ku itu, walau sesungguhnya aku dan
istri berharap ke dua-duanya harus kuliah. dengan tabungan istri (berjualan
kue) kemudian tambah dana pinjaman dari Bank. kuliahlah Putri di sebuah kampus
swasta dengan jurusan pemasaran. Dan sebagian dana yang alain digunakan untuk
modal usaha batik yang sebelumnya bisa dikatakan mati suri.
malam
itu di pagi yang sepi, istriku dan Sovia yang sedang sibuk mengerjakan produksi
beraneka jajanan kue yang bakal di jual sebelum waktu jam tujuh pagi. Aku
sedang mulai membuka ruagan produksi kain batik, tiba-tiba di sadarkan oleh
beberapa sahutan dari si gadis pincang ku itu, nampak guratan serius di
wajahnya.
“ayah
Sovia ingin Study lagi” ucapnya pelan
Aku
terdiam
“
ayah…. sovia ingin mengikuti les di sebuah lembaga pendidikan extra, sovia
pikir hal ini tidak akan terlalu menyusahka ayah, karna les adalah lembaga
pendidikan jangka pendek!
Sovia
akan katakan kepada ayah dan ibu tentang satu hal, sebetulnya secara diam-diam
Sovia mempunyai tabungan pribadi. semenjak bisa berjulan pulpen lucu di sekolah
dulu sudah mulai mengumpulkan rupiah demi rupiah, begitu juga dengan jajan
setiap harinya selalu aku sisihkan buat ditabung. jadi untuk pendaftaran nanti,
ditambah perlengkapa-perlengkapanya, Sovia rasa dana itu cukup” ucapnya lembut
penuh perasaan. matanya perlahan mulai berkaca-kaca. istriku yang sedari tadi
mendengarkan diam terpaku diantara kotak-kotak kue, tak jau dari kami.
“Sovia
kasihan melihat ayah begini-begini terus,”
“susah-susah
terus,” dan melihat ibu yang sejak dini hari yang dingin sudah harus bangun untuk mempersiapkan kue yang
akan dijualnya di pagi hari”. nada suaranya mulai naik, serak, kepalanya tertunduk.
Aku
tau ia sedang merasakan kesulitan yang kami rasa, menagisi kondisi kami yang
semakin tua, makin lemah dan makin mengkwatirkan. istriku perlahan mendekati
anak gadis ku itu, dan memeluknya hangat.
“sayang…..
semua akan baik-baik saja”. Sahut istriku, kemudian mengosokan telapak
tangannya lembut ke punggung Sovia.
“Sovia
sayang kalian….” ucapnya berat.
“Sovia
sayang sama ibu.., sovia sayang sama ayah…,” dan Sovia sungguh tak ingin
melihat ayah… ibu… susah-susah kayak ini terus!!” di bahu ibunya, tangisnya pecah seketika.
yang sedari tadi ia coba tahan-tahan.
aku
terpaku duduk tersandar di sebuah kursi tak jauh dari anak dan istriku yang
nampak lagi meratap itu. di waktu subuh ini. hati ku perlahan-lahan basah, bak
tanah keras kering kerontang, hampa,
retak-retak kemudian di hembuskan angin sepoi-sepoi menyejukkan, setelah itu
bak di tebar rata oleh rintik-rintik air nan segar, dan baru disirami air hujan
deras perlahan tapi pasti. Di sudut mata ku menetes butiran cairan bening
pertama kalinya selama berkeluraga. Yah… betul aku menangis kala itu, di depan
anak dan istriku.
“Ayah…”
sovia harus harus melakukan sesuatu”… “Sovia janji akan ikut memperbaiki
kondisi keluarga kita ini”. ucapnya mantap, kemudian menyeka air matanya dengan
tangan kiri dan kanan secara bergantian kemudian di selingi suara isapan ingus
beberapa kali.
***
Pasca
tamat sekolah, Sovia sudah meyusun program apa-apa yang akan di lakukan
kedepannya. Tentang informasi tempat ia study, anggaran biaya dan perlengkapan
tempat tinggal sudah di perhitungkan. Ia akan belajar di “PALIE STUDIO” khusus
bidang “Fashion Designer”, yang berlokasi di kelapa gading, Jakarta. Karena
cukup jauh dari rumah ia harus ngekos selama belajar disana. Sebetulnya uang
tabungannya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan belajarnya,
tampa memberi tahu kami, ia diam-diam meminjam sejumlah uang ke mantan Guru
kelasnya waktu masih belajar di SMA dulu, dengan hanya modal kepercayaan. Sovia
memang memilih jalur yang sesuai dengan bakat, kesukaanya dan bidang yang
membuat ia bersemangat untuk melakukannya.
Ya,
bidang “Fashion Designer” jawab ku ke istri saat ia menanyakan bidang studi apa yang menjadi
pilihan Sovia. Kemudian aku menyudahi pembicaran via telfon dengan sovia kala
itu.
Hari
demi hari aku dan istri menjalani hidup berdua, iya.. betul hanya berdua .
tampa anak-anak. Tanpa Si sulung nan ganteng (dulu) yang sekarang masih di
dalam tahanan, tampa si bungsu nan cantik nan keras kepala, dan si gadis
pincang (kebanggaan kami tentunya). Aku makin nampak mulai menua, begitu juga
halnya dengan istri ku, kerutan di wajahnya makin terlihat jelas. di kondisi
saat seperti ini sungguh kami merasakan kesepian yang begitu amat dalam, tapi
aku percaya suatu saat nanti kami semua
pasti bisa berkumpul lagi. Dengan segenap sisa umur ini, segenap tenega ini.
aku harus terus berupaya mempertahankan usaha keluarga, tentunya tetap bekerja
sama dngan sang istri pikirku dalam menyemangati diri.
Setelah
setahun berlalu Sovia belajar keras dan focus di bidang Fashion Designer, ia
kian memperdalam kemampuan gambarnya menjadi lebih fariatif lebih bagus,
mengenal warna, mengenal serat kain, Illustrasi fashion, Fashion design, pola
jahit dan industry fashion. Dengan kemampuannya yang cepat mengerti dan mahir,
tidak lama baginya untuk meraik perhatian guru-guru dan para pembinanya. sovia
melakukannya dengan sepenuh hati dan tentunya dengan senang hati. Karena memang
seni gambar adalah hidupnya. guru dan pembinanya tak segan-segan memberi komentar “sovia kamu
nampak bermain-main dalam melakukan berbagai gambar tapi hasilnya sungguh
“Wonderfull” dan kamu sangat menikmati” itu bagus.
Secara
perlahan, diluar jam belajar. sovia melanjutkan tahapan yang ia sudah
rencanakan yaitu: “aplikasi kemampuan ke pasaran”. ia memberanikan diri
mengajukan proposal permohonan kerja sama, ke seorang pengusaha pemilik galeri
pakaian produsi, ia menawarkan dibagian megambar tata busana. ia ingin
berkontribusi di galeri yang sudah punya Brand sendiri itu. Awalnya tidak ada
yang percaya gadis pincang dengan tampang sangat standar itu mampu meyakinkan
para disaigner yang sudah berpengalaman di bidangnya. tapi setelah di coba
gambar, Mereka kaget, terpikat, arsirannya unik dan berkarakter itu ciri khas
arsiran sovia.
Sementara
masih terus belajar di PALIE STUDIO, sovia juga tetap bekerja di galeri
tersebut, ia berkontribusi memberikan model-model dan si desaign gambar yang
unik, nyentrik dan persentase laku di pasaran di nilai besar.
Di
Palie Studio ia juga berprestasi, karena
hasil gambarnya yang menarik dan unik itu kerap menjadi referensi, ia
menjadi sosok yang dikenal banyak kalangan mulai dari kalangan alumnus Palie
Studio yang nota bene sudah menjadi disangner secara professional, terkenal
lagi. sovia juga sering menjadi sosok promosi untuk Lembaga belajar Palie
Studio. Perlahan Ia mulai bisa mengatur
pola hidupnya secara mandiri, ia menghasilkan uang karena bekerja sambilan.
disamping bekerja ia juga belajar bagaimana membuka usaha, menggerakkan usaha,
dan memasarkan produk (sambil menyelam minum air). Pelan-pelan Sovia bisa
membiayai kebutuhan belajarnya, kebutuha pribadinya. Tentunya juga bisa
melunasi pinjamanya ke mantan guru kelasnya dulu.
Sovia
selalu menelpon aku dan istri setiap ia merasa kangen rumah, kangen bantu ibu,
kangen mijitin aku (ayahnya). dua bulan ini sovia sudah hidup mandiri 100%. Ia
meminta, agar aku tak perlu kirimkan uang lagi. Sovia sudah bekerja sambil
belajar. Lain halnya dengan Putri adiknya Ia tetap pulang sekali dua minggu,
seperti biasa selalu ada saja uang tambahan atau pembayaran ini itu. Sedangkan
Rifan sudah menjadi rutinitas kami sekali sebulan untuk menjenguknya ke lembaga
kemasyarakatan. Sebagai wujut perhatian kami yang adil kepada anak-anak.
Akhir-akhir
ini migren ku kambuh lagi, kali ini aku tak berdaya menahannya. terpaksa
istrahat total tampa bisa beraktifitas. istriku yang tadinya berjualan kue
jajanan kini mesti harus terhenti, karena waktunya di peruntukkan untuk merawat
aku dan juga mendampingi para pekerja, supaya usaha batik tetap berjalan bagaimana
semestinya. perihal aku sakit, jelas tidak perlu ku kabari ke anak ku Sovia,
karena memang aku menggap ini adalah sakit biasa, barangkali karena kecapean
karena bekerja. dan memang kondisi rumah tangga semakin terasa sulit dikala aku
tidak bisa melakukan apa-apa. sementara sang istri yang malah kelelahan
mengurus semuanya (aku, usaha batik) bahkan dia tak jarang menagis terisak-isak
meratapi nasib hidup dalam sholatnya. menagis akan ujian yang begitu terasa
begitu berat, melelahkan, curhat kepada Rabb agar tdiberi kesabaran,
perlindungan, terutama buat anak-anaknya. aku pun meng amini. pengeluaran
semakin bertambah buat obat ku, sementara uang masuk dari jualan kue suda
nihil. hanya bisa diharapkan dari toko batik. Di tengah tengah rasa cemas yang
kurasa, aku berusaha untuk tenang , bersabar, dan terus berupaya sebaik
mungkin, agar keadaan bisa stabil.
Suatu
senja saat aku dan istri selesai melaksanakan sholat magrib berjamaah, selang
beberapa menit terdengar suara nyaring Hanphone di atas meja, di ruang tengah.
Aku pun segera mengangkatnya, sedangkan istriku langsung kedapur membuatkankan
secangkir teh hanggat untuk ku. ternyata itu sovia, aku heran kenapa ia menelpfon dalam jarak yang
berdekatan. Padahal baru tadi sore kami saling bercerita.
“Ayah
tadi dalam sholatnya mendoakan Sovia tentang apa”? sebuah pertanyaan tiba-tiba
pada ku setelah ia mengucapkan salam.
“emang
kenapa.. sayang….?? “tentunya ayah mendoakan yang terbaik buat kamu, adik mu
(Putri), kakakmu (Rifan) dan pokoknya keluarga kita dong” ucapku pelan.
Istriku
nampak masih menggenakan mukena abu-abunya, perlahan berjalan mendekat. di
tanggannya memegang segelas teh hanggat dan beberpa potong biscuit bundar yang ditaroh diatas wadah kaca.
“ayah,
ibu….hmmm ” lalu ia diam sejenak. Aku dan istri ikut tenggelam dalam suasana
hening mendengarkan kata-kata yang akan dilontarkan selanjutnya oleh anak gadis
kami itu.
Tiba-tiba
sayup-sayup terdengar suara tangis pelan, tak beraturan. Bulu kuduk ku
merinding, ekspresi kekhawatiran istriku sudah tidak bisa ditahan lagi.
“anak
ku sayang…. kamu kenapa” Tanya ku.
“
Ada apa dengan mu naak…??, “ceritalah sama kami sayang”. timpal istriku dengan
suara sedikit parau, ia nampak begitu sangat khwatir.
.....
BERSAMBUNG
agak ...kepanjangannya yach?.. :) yang tabah yah... ckckckc :) #tunggu lanjutanya
Terimakasih
telah membaca ^_^
By : Farieco Paldona Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar