Terik
matahari begitu terasa menyengat diubun-ubun, panas lekang diantara permukaan
hamparan pepasir yang luas. Menuruni, menelusuri gunung kawah jalanan pasir
yang mungkin sudah jutaan orang melewati tempat ini. panasnya cuaca siang tidak
menyurutkan langkah kaki orang-orang berkunjung ke gunung tua ini. Kuda
hilir-mudik tiap sebentar, sama halnya mas-mas si pemilik kuda nan tak pernah
bosan menawarkan jasanya kepada orang didepannya “kang
kudanya kang” cukup empat puluh ribu saja”.
Jasa kuda ini
sudah biasa ngantar para pengunjung hingga tangga pertama dikaki gunung kawah,
biasanya yang mau naik kuda ini adalah anak-anak dan kaum ibu-ibu yang tak
cukup kuat untuk jalan naik keatas. Sepanjang jalan penurunan kita akan
disuguhi bau pesing kotoran kuda beserta debu pasir yang menganggu pernafasan
dan pandangan (sebaiknya kenakan masker dan dan kaca mata hitam).
Didataran
bawah kita akan makin menemukan keramaian para pengunjung, selain kuda yang
bersusun siap di gunakan jasanya, disini juga banyak terdapat mobil Jip-jip
berbagai warna, kerennya tetap bikin asik. Dibawah sini juga kamu akal banyak
menemukan para pedagang, jual kaos khas Bromo, bunga Ederwais, berbagai macam
minuman Es, makanan kecil, bahkan bakso dan sejenisnya, ini tehh Gunung atau
Pasar ya?? .. hehe.
Bersama
rombongan yang lain kita kembali berkumpul diarea dataran parkir, berbarengan
kembali melanjutkan perjalanan menuju Gunung Sumeru. Bersama teman-teman, justru
target utama bukanlah puncak gunung Sumeru, tak lain adalah Danau Ranu Kumbolo.
Perkiraan waktu cukuplah sekedar
untuk meneguk air segar di ranu
kumbolo walau tengah malam tak apalah. Sepeda motor kami perlahan-lahan kembali
bermain bersama hamparan butiran pasir yang seakan tak berkesudahan ini.
melintas diantara angin yang kencang sang terik masih menyengat di hidung dan
wajah kami (jadi belang bos haha).
Melewati pasir juga menjadi tantangan
tersendiri bagi kami semua, kadang pasir yang dalam membuat roda tak mampu menarik
beban sepeda motor bebek ini, tak jarang oleng kiri dan kanan, rentan mengalami
kecelakaan. Medan pasir seperti ini kudu gas pelan-pelan, kalau tidak ban depan
akan membanting secara mendadak, ada diantara rombongan kami motornya oleng
kiri dan jatuh. untung saja tidak kenapa-kenapa, sepeda motor kami rata-rata
bebek semua huhu, beda lagi ceritanya kalau pakai trecker bro hehe.
Setelah kira-kira
satu jam perjalanan kita akan memasuki kawasan padang semak, padang ilalang dan
padang tanaman hijau, di kawasan ini secara perlahan kita akan meninggalkan
medan pasir. Makin kesini makin menunjukan nuansa bukit-bukit yang indah, bukit
hijau lereng yang menawan, ada bunga-bunga yang indah di sisi-sisi jalan yang
kami lewati.
Terus berjalan
mengikuti jalan setapak berbatuan sepeda motor kami cukup greget melewati rute
ini, tapi seakan tak terasa karena didepan kami pemandangan luar biasa indah.
Salah satu dari kami bilang “kawan-kawan
inilah yang disebut banyak orang “bukit teletubbies” bukit yang terhampar luas
berwarna hijau dan rapi. “Ahhh.. mengagumkan, terimakasih Tuhan”.
Udara panas
matahari siang masih meliuk-liuk menjilati mungka-mungka kami, tapi mata masih tetap
di hypnotis dengan lukisan alam yang
tak bisa diungkapkan dengan bahasa batang
pasampan sekalipun. Lereng bukit yang terjal ditumbuhi hijaunya gulma-gulma
memukau dan bunga-bunga liar seakan menyapa setiap siapa yang melewati jalan
ini. saya sempat terfikir “beneran saya
berada di Indonesia”??, serasa bak negeri hobbit yang tak nyata, tapi ini benaran nyata.
ya Tuhan ini hanya bagian terkecil dari Indonesia, saya semakin jatuh cinta
dengan Negeri ini, selalu penasaran setiap perjalanan, dan semakin jatuh hati
pada Indonesia.
Tenang saja
agar kalian terpancing untuk memulai perjalanan yang paling menarik dalam hidup
kalian, saya akan selalu menampilkan gambar-gambar yang saya abadikan sendiri. saya
suguhkan special buat kalian teman-teman pengunjung setia blog ini ^_^.
****
Medan jalan
menuju kawasan taman Nasional Bromo Tengger Semeru sudah agak lebih terjal,
rute berbatu dan dinding kiri jalan masih cukup tegak. disini sepeda motor kami
kembali diuji ketangguhannya. Semakin lama semakin jauh perlahan meniti ketas
diantara pohon-pohon dipinggiran bukit.
Makin kesini alam masih tarus memanjakan
mata-mata bagi siapa saja yang sampai hingga kesini, bukit dan padang rumput
terhampar luas memperlihatkan pesona alam sesungguhnya batas kaki bukit dan
bahkan bukit-bukit itu sendiri.
Kami sudah
sampai dipertigaan kawasan taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dipertigaan ini
jika kamu lurus adalah arah menuju Surabaya dan malang, sedangkan ke kiri
adalah rute menuju gunung Semeru. Gunung tertinggi di pulau Jawa.
Angin cukup
kencang diantara rerumput ilalang melambai-lambai dipinggiran, konsisten mengikuti
dorongan angin. jalan berukuran sedang dan ber aspal satu jalur, menuju dataran
tinggi perkampungan Ranu Pane, rute jalan sangat berfariasi, naik turun,
kelokan tajam dan tetap saja pohon disisi jalan setia menemani.
Dari sisi
kiri rute ini kita masih dapat melihat hamparan padang rumput dibukit-bukit Teletubbies,
disisinya lagi masih terlihat hamparan pasir terlihat guratan jalan setapak
yang kita lewati tadi, Keren.
Sekitar 50
menit perjalanan kita akan disambut dengan mekarnya sayur kol, hijau bersusun
daun bawang merah, dan rapinya barisan tanaman kentang ditengah pematang ladang
disisi kiri kanan jalan. jalan sudah mulai tak ber aspal lagi, rumah penduduk
sederhana berjejer dipinggir-pinggir. Terus mengikuti jalan ini, kami semua
dari kejahuan disambut oleh sebuah gerbang besi bertuliskan, “selamat datang diwisata Ranu Pane”. Lumajang, Jawa Timur.
Parkiran
sepeda motor tak jauh dari sebuah mesjid sederhana, kami menumpang tempat dan
waktu untuk istirahat sejenak sekaligus menunaikan sholat jumat. Mata yang
masih protes-protes karena kurang tidur kini makin rapuh disiram dinginya air dataran
tinggi ini. brrrrrrr…!!!.
Hujan masih menemani
perjalanan ini, bersisian dengan ladang sayur dan danau Ranu Pane. Danau ranu
pane adalah danau pertama yang bakal kamu temui sebelum naik ke Sumeru, mirip
telaga tempat pemancingan lebih tepatnya. Rencana kami untuk naik, minimal hingga
ranu kumbolo kami kepoin dah ke warga setempat lansung. Ternyata kita tidak
dapat izin buat naik, karena kawasan sumeru sedang ada pemekaran. Pemekaran ini
berlangsung hingga beberapa bulan, tujuanya adalah untuk memaksimalkan perkembangan
tumbuhan dan hutan disana. Mungkin selama ini hutannya tanaman banyak yang rusak
kali ya huhuhu, kasihan.
Setelah
melewati hampir setengah pinggiran danau kini kita akan memasuki jalan ke ranu
regulo, danau kedua sebelum ranu kumbolo. Dengan alasan tidak dibukanya jalan
untuk naik setidaknya kita sampai disini jadilah.
jalan setapak
disisi ladang-ladang warga ini sudah begitu umum dilewati orang-orang. buktinya
kala kami melewati kawasan ini tetap saja berpas-pasan dengan petani-petani
hingga kelompok warga luarkota sedang piknik disekitar pinggiran danau.
Hujan masih
setia menetesi kepala-kepala kami, dan sampailah kami didanau Ranu Regulo danau
yang cantik dipinggir-pinggirya ada beberapa tenda-tenda pengunjung yang
menyempatkan nginap disini.
Di danau ranu
regulo ini kami merjumpai sepasang suami istri renta, mereka sedang duduk
istirahat dan menjadikan seonggok kayu menjadi unggun api disebuah pondokan
kecil, tampa dinding, beralaskan tanah. mereka berteduh disana kala rintik
hujan masih cukup membasahi. Kami tak lama disini, puas melihat-lihat danau dibawah
rerintik hujan, kami pun bergabung bersama sepasang suami istri itu sedang istirahat
sambil membuat unggun api, api unggun cukup menghangatkan kami. mencoba beromunikasi
dengan pasangan lanjut usia ini. mereka berbicara dengan lancar, tapi satu pun
dari kami tak menegerti karena bahasa yang digunakan bahasa jawa yang tetap
saja tak kami pahami. Ngomong sepotong lalu mereka tretawa, kami senyum-senyum
binggung kemudian kami juga ikut “cekikikan” walau tak tau itu maksutnya untuk
apa…hehe.
Ujan pun tak
kunjung betul-betul reda, kami perlahan beranjak balik keperumahan penduduk
tepat dimana sepeda motor kami diparkir. Menatap tiap setapak langkah petani
desa ini, dipenghujung senja kami pamitan kepada seorang bapak-bapak yang sudah
sudi memberi tempat istirahat buat kami semua.
Alam mulai
kelam, bersama sepeda motor yang kami gunakan. kami kembali menyusuri jalan
aspal diantara ladang sayur warga sekitar, meliuk-liuk indah kadang lereng
pebukitan kadang berbentuk jurang tapi disana tetap saja ada hamparan sayur
mayur yang mengagumkan.
***
Perjalanan
kami selajutnya adalah Batu, kota Malang, kota di Inonesia yang paling terkenal
dengan buah Apel ini. di kota Batu nanti kami akan menemuai…..
Bersambung..
Farieco
Paldona Putra,
Batang
Pasampan, Solok Selatan
klik gambar untuk memaksimalkan tampilan gambar
banyak pedagang dibagian bawah gunung kawah
medan yang hanya ada hamparan pasir
selamat datang di surga negeriku, Indonesia
saya tak bisa berkata-kata saat mengabadikan gambar ini, mata saya tersihir
seakan berada di negeri sihir Harry Potter
Indonesiaku surgaku
Bukit teletubbies melihat bukit-bukit ini secara langsung bikin merinding... cantik sekali
bukit teletubbies ini di Indonesia lho... saat saya ngambil gambar ini saya hanya bisa ternganga-nganga
Bukit teletubbies melihat bukit-bukit ini secara langsung bikin merinding... cantik sekali
bukit teletubbies ini di Indonesia lho... saat saya ngambil gambar ini saya hanya bisa ternganga-nganga
dipingir-pingir jalan ada bungga-bunga yang melambai-lambai cantik mengikuti arah angin
hamparan yang sangat luas, masih nampak sisa-sisa jalan yang kami lewati
negeri hobbit di tanah Indonesia ku
masih di bukit teletubbies Indonesia
menatap surganya INDONESIA Terimakasih Tuhan, bantu kami Menjaganya..
gerbang Utama menuju Danau Ranu Pane
Danau Ranu Pane
saya dan teman-teman latar danau Ranu Pane
Danau Ranu Regulo, danau kedua. berketinggian lebih kurang 2100 MDPL suhu minimal -4 - 25 C
masih danau Ranu Pane
ladang sayur penduduk yang bersusun rapi dan cantik
didaerah ini penghasil sayur-sayur segar, pulang dari sini jangan lupa bawah oleh-oleh sayur ya hehe
hamparan yang sangat luas, masih nampak sisa-sisa jalan yang kami lewati
negeri hobbit di tanah Indonesia ku
masih di bukit teletubbies Indonesia
menatap surganya INDONESIA Terimakasih Tuhan, bantu kami Menjaganya..
gerbang Utama menuju Danau Ranu Pane
Danau Ranu Pane
saya dan teman-teman latar danau Ranu Pane
Danau Ranu Regulo, danau kedua. berketinggian lebih kurang 2100 MDPL suhu minimal -4 - 25 C
masih danau Ranu Pane
ladang sayur penduduk yang bersusun rapi dan cantik
didaerah ini penghasil sayur-sayur segar, pulang dari sini jangan lupa bawah oleh-oleh sayur ya hehe