Selasa, 31 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 7 : Pesona Malioboro

Sengatan terik matahari makin terasa di daun telinga. Seluruh pelataran, tangga, teras-teras prambanan tak lengang dikunjungi oleh banyak orang, semua kalangan. anak-anak, remaja, orang tua para turis-turis juga tak luput didalamnya. Dua jam lebih cukuplah membuat kami lelah naik-turun menikmati semua ini dari candi ke candi. Memerhatikan bebebalok yang indah itu, entah bagaimana cara semua ini begitu rapi dan ditail, tentu saja semua ini dibangun ditengah serba keterbatasan teknologi jaman dulu. 
Mendekati adzan sholat jumat kami berlalu melintasi pelataran diantara bangunan tua itu. matahari terasa begitu terik sekali, lama-lama cukuplah membuat belang kepala-kepala plontos kami. Ditengah keramaian, disela-sela jepretan para pengunjung di penjuru tempat ini, semakin menandakan begitu berartinya warisan sejarah ini bagi kita dari generasi terdahulu. lantas dari kita saat ini, apa yang akan kita wariskan kegenasi setelah kita? "Sesuatu" yang bisa mereka kagumi dalam hidup mereka. Sebagai bentuk lain dalam mengenang keberadaan generasi kita saat ini kawan. Kami juga sama persis merasa  seperti itu, semua ini begitu  berarti harus dijaga dan dilestarikan. 

Menuju jalan keluar kita akan mendapati sebuah mesjid, disanalah kami sholat. Ohya disamping pintu keluar wilayah Candi kita kan melintasi lokasi yang umum ditongkrongi oleh para pengunjung yang sudah lelah berwisata mata kesana kemari. 
Kamu tentu tau wisata apa selanjutnya! :D. yap…bener sekali. "Wisata kuliner". Gerbang keluar kita akan menemukan hamparan meja makan dan minum yang berjejer panjang sekali (menurut saya) satu banjar panjang. Disini kita akan ditawari daftar makanan khas dan minuman yang beragam, begitu juga dengan harganya, Cukup murah. Siap makan, di pintu keluarnya lagi kita akan sampai wisata berikutnya yaitu "Wisata cendramata". nah disini sangat menyerupai pasar tradisional banget, tapi isinya adalah hampir semua jenis yang berhubungan dengan Yogyakarta, mulai dari kaos, batik, sepatu, sandal, gelang, alat musik, mainan kunci, makanan dan banyak lagi jenis yang lainnya. 

Mengunjungi pasar cedramata kami sudahi .Kami lanjutkan perjalanan berensut meninggalkan Roro Jongrang itu. hujan mulai turun dari langit, awan kelabu berarak menemani kami melintasi pinggir jalan menuju halte bus. Jejak langkah selanjutnya adalah jalan yang paling fenomenal (menurut saya) di Jogja, yaitu Malioboro. Malioboro adalah nama sebuah jalan di tengah kota Jogja, dekat dengan gedung pemerintahan,  perbelanjaan makanan dan pasar tradisional yang masih sangat kental keberadaanya.

****
Trans Jogja memberhentikan kami beberapa meter saja sebelum stasiun KA Jogja kota. Jalan ini adalah tempat "pejalan kaki" kota terFavorit versi saya, berada diposisi teratas. tentu saja pelataran pejalan kakinya lebar banget, bersih dan teratur. Perlahan tapi pasti kami kembali bertebaran menggerayangi jejalanan kota yang dikenal "kota pelajar" ini. Perlintasan  stasiun kereta jelas mulai tumpah oleh manusia berlalu lalang. 
Ditengah keramaian kami tetap mendokumentasikan lokasi-lokasi yang kami anggap sensasional dimata. Dan spesial bangi orang-orag tentang kota Jogja. Kota ini juga dikenal sebagai kota pasar tradisional memikat hati. tepat dipenyeberangan rel kereta kita akan disambut oleh jalan yang paling terkenal di jogja ini yaitu jalam Malioboro. Sebetulnya jalanan ini sama seperti jalan pada umumnya, hanya saja jalan dua lajur tersebut  selalu  dipadati oleh orang berlalu lalang sepajang waktu. Di jalan Malioboro ini banyak sekali terdapat tempat wisata kuliner, termpat berbelanja pakaian, dan makanan, tak lupa jug makanan-makanan kecil dipinggir jalan. Buat asik suasana sore bukan? ^_^. 

Ada beberapa soal yang cukup menarik perhatian saya disepanjang jalan ini. yang pertama adalah soal Kenyamanan. saya termasuk orang yang suka sekali berjalan kaki (daratan, gunung, pesisir pantai) ada hal-hal baru yang saya temukan saat menelusuri suatu tempat. ada perbandingan rasa yang berujung kata syukur kala memandang orang-orang baru, tempat-tepat menabjubkan, dan itu adalah sudah menjadi kebutuhan bagi saya  sebagai makluk sosial, barangkali kamu juga demikian adanya. Kenyamanan sepanjang jalan Malioboro yang pertama adalah Musik, jika kamu lebih mengamati dan memerhati suasana jalan ini, maka kamu akan menedengar suara musik yang asik. Tiang-tiang lampu jalanan tersedia spiker (alat pengeras suara) musik yang dapat menghibur para pejalan kaki di sepanjang trotoar lebar itu. selain itu di bagian-bagian tertentu juga ada kelompok-kelompok anak muda yang memainkan alat musik di pinggir jalan. khas, berjiwa seni, kreatif dan menarik.

Kedua yang menarik adalah Budaya, tak salah kota Jogja ini di juluki kota seni dan budaya. Kota yang tak meninggalkan nilai-nilai kebudayaan ditengah arus serba kemodernan. ada terasa nada-nada harmonisasi antara nilai budaya dan nilai kemajuan jaman, keduanya saling mengimbangi. Jasa transportasi disepanjang jalan ini masih dipenuhi becak-becak sepeda ontel unik dan tradisional. dengan Segenap sikap yang bersahaja "mereka" siap mengantar para pengunjung mengitari kota. tak ubahnya bak taksi-taksi kuning ditengah kota Time Square USA ^_^. Kota jogja Modern tapi ketradisionalanya masih terjaga hingga sekarang. 

Ketika kami melewati gerbang kantor Gubernur Istimewa Yogyakarta. Ternyata sore ini adalah sore yang spesial, spesial karena ada pameran dan karnaval karya-karya berbagai komunitas dalam rangka memperingati hari ke Kratonan daerah istimewa Yogyakarta. 

Kerumanan manusia tak ubahnya macam pasar disepanjang jalan Malioboro itu, bak lautan manusia yang haus akan uniknya pertunjukan seni negeri ini. ini lah sesi yang saya suka dalam tahap perjalanan ini, melihat budaya orang lain dari sudut pandang yang berbeda. manikmati raut-raut wajah-wajah mereka yang berupaya memepertahankan nilai budaya hingga detik ini. berseragam tradisional, menyanyikan dendangan berirama khas yang diajarkan dari generasi sebelum mereka (leluhur mereka). semangat melestarikan budaya semacam itu sungguh mampu membangkitkan tekat dihati. 

Kami terus mengikuti arakan-arakan berbagai bentuk tari dan beragam karakter unik itu, ada burung elang, mongster, nenek sihir, topeng raksasa, ayam dan sebagainya. Perayaan yang diadakan sekali setahun ini berlangsung sangat meriah. Ditengah keruman orang-orang selalu terselip potrekan dari mereka yang kagum akan kreatifitas didepan mata mereka.

Ketiga hal yang membuat saya semakin kagum pada daerah istimewa Yogyakarta ini adalah  keramah tamahan, Toto kromo yang baik. buktinya adalah disaat kami berfoto diantara kerumunan ada yang tersengol tak sengaja oleh injakan saya, sebelum kata maaf terucap malah mereka yang berekpresi merasa bersalah dan bilang “monggo.. mas.. monggo..!, sambil ia tersenyum. Sama halnya dengan para tukang  becak yang pintar melayani dan menawarkan jasanya antar jemput.

Jika kita teruskan jalan hingga kepengujung jalan ini, kita akan akan menemukan persimpangan dimana terdapat salah satu Bank bangunannya unik, diseberangnya juga terdapat kantor pos berbangunan tua jelas ini adalah tipe bangunanan peningaln kolonial belanda. Waktu pun berada pada penghujung sore, saatnya menelusuri sudut-sudut kota mencari losmen murah untuk tidur bersama malam ini. Bermalam di kota Jogja kota pelajar kota yang asik buat manusia-manusia semacam kami "sang pejalan kaki". menikmati budaya negeri ini, memahami tentang "keseimbangan". Keseinbangan  antara budaya dan manusia berdampingan harmonis ditengah jaman Ternologi dan kemoderatan tampa batas.

Malam tetap begini, seperti malam-malam sebelumnya langit yang tadi menguning seburat pancaran dari ufuk barat dengan perlahan tapi pasti pun hilang, mengisaratkan enggan untuk kembali.
Disini tempat ku menatap berbagai hal berbeda dari hari ke hari. Tetap bersabar dalam perjalanan, merasakan dendangan melodi-melodi sang Cakrawala dan berakhir mengema di hati. Berharap dalam setiap lantunan doa, aku, kamu bahkan kita!. akan tetap bisa melanjutkan jejak langkah ini sampai kata "Faham" itu nyata adanya dan mampu berinisiatif baik ditengah masarakat dan mengapresiasi budaya sendiri dalam keharmonisan hidup, hingga patut dihargai oleh orang-orang di luar sana.
...........
……

Bersambung

Farieco Paldona Putra


klik gambar untuk melihan ukuran gabar secara maksimal


 Rel penyebrangan stasiun KA
 Kawat berbentuk ayam

 Tiang paling Fenomenal di Jogja

 Stasiun KA Yogyakarta

Para pejalan kaki

 Ditengah kerumunan, topeng raksasa yang unik
 Berupa sesajian, hasil pertanian masyarakat setempat
 Burung elang, gagah perkasa
 Sesosok raksasa merah
 Moment terbaik ditengah keramaian
 Tuyul-tuyul :D
Dipenghujung jalan Malioboro 
 Selfie boys
 Bangunan tua putih dibelakang adalah, sebuah Bank unik, bekas peninggalan Belanda
 Bangunan tua ini dimalam hari, terlihat megah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar