Selasa, 03 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 2: (bukan) Bus Pariwisata

Sore berganti malam. suara bising kendaraan mulai perlahan hilang kemudian hening seiring larutnya alam dipenghujung siang, suara malam mulai diperdengarkan saya yang setelah sholat mangrib kembali mencari makan dan kembali bercengkrama bersama bapak security, sekalian ini suatu cara mengurangi kedramatisan malam ini. 
Menyusun barang-barang bawaan yang katanya hanya boleh maximal 15 Kg saja.  Siap semua sembari meseragamkan barang-barang dari mess yang dikirim kesini tempo hari. Sebuah Backpack gunung, satu Backpack sandang hitam dan satu tas kecil.

tas kecil yang biasa bercokol didalamnya kamera saku dan beberapa buku saku serta sepotong cargert Hanphone, (biar sewaktu-waktu bisa langsung digunakan saat colokan didepan mata hehe).

“Diharapkan kepada peserta OJT 4 besok berkumpul jam 04:00 Wib di koridor Sultan Syarif Kasim II Air Port” kembali surat panggilan itu saya baca melalui Email pribadi. Sejauh ini berjalan dengan baik, setelah memastikan ke siabang perihal keberangkatan saya besok pagi-pagi sekali. Besok saya akan diatar oleh mas Munte, ia adalah teman kantor saudara saya yang semakin gendut itu. dengan menggunakan kendaraan kantor.

Jam 03:30 Wib saya sudah terjaga dari tidur, dengan badan yang sebetulnya tak mau bergerak untuk turun dari kasur. Namun, mesti dipaksakan untuk bangkit dan siap-siap. Merapikan ransel (padahal sudah rapi). Jam empat kurang sudah terdengar suara mobil didepan mess sederhana ini, tampa harus ia menklatson saya sudah tau mas Munte sudah siap ngantar saya ke bandara.

Dengan mata setengah ngantuk sejurus kemudian saya  sudah PW di kursi depan, setelah beberapa detik yang lalu melempar dua ransel besar di bangku tengah. Bau udara sepertiga malam masih sumerbak lewat kisi-kisi kaca mobil putih ini, ada tetesan embun menari-nari dihempas angin. Seakan bersorak “Selamat pagi..kaka’ ”!!! “Selamat pagi..kaka’!! Goo!! Goo!! Goo!!.. Dengan gaya cilider khas bocah-bocah lucu ditaman kanak-kanak. Aroma pagi menambah sayu mata ini, ia yang hanya terlelap beberapa jam saja. Munte adalah karyawan pindahan dari medan, asli Sumatera Utara yang sudah berkeluarga dikota ini. 

“Sory ya bro saya pagi-pagi sudah merepotkan”. Ucapku pada munte. 

“aHHH… tak apa-apa itu bang, biasanya itu…..” ucapnya kedengaran semangat. (padahal memang orang batak ngomongnya semacam itu.wajar).

“tadi malam bang!!,… aku kan mau Tidur ciritanya…” . 

“tiba-tiba kaget aku bang!!…, telpon aku berbunyii….”!..”aku kira siapa pulak malam-malam telpon aku..”. 

“Rupanya bapak Depi…. (baca:Defi).”aku Tanyaklah..”.

“ada apa rupanya pak”??. aku kira entah apa pulak!! ..ehhh Rupanya... mintak toolong. antar adeknya besok pagi Jam Empat”! .. ucapnya dengan semangat.(padahal (sekali lagi)  memang pembawaanya begitu).

“Haha…” .ketawa ku polos. 

“Iya.. maafkan aku ya bang”,..! “terimaksih banyak atas bantuanya”.! ucap ku merasa begitu terbantu pagi ini.

kami terus berbicang-bicang selama perjalanan, termasuk menjelaskan agenda kegiatan saya dan teman seangkatan beberapa waktu kedepan.

Laju mobil baru saja melewati gerbang beton berhiaskan ukiran khas melayu, dilapisi warna emas yang begitu mencolok. Lajur menuju bandara sekali-sekali terlihat Taksi berlalu lalang ditengah dingin suasana. Mobil terus melaju membelah badan jalan, membelah dinginnya alam yang masih begitu kelam. mata saya menatap jauh menembus kaca sebelah kiri.
Saat ini masih terlihat jelas bintang gemintang berkelap kelip dari kejauhan. 
Seakan segerombolan berobor menemani awal perjalanan saya pagi ini. Mencoba menutun semangat dalam lipatan nankaku dipengujung jenuhku beberapa bulan yang lalu itu.

tapi sekarang sepotong hati ini sungguh tak henti berucap syukur……..” ‘maka nikmat yang mana lagi yang kau dustakan.”?

Dikoridor pintu masuk bandara sudah terlihat (sangat ramai) wajah-wajah berseragam putih-hitam. Tapi lebih ramai lagi dengan bapak-bapak, ibuk-ibuk dan sanak saudara mereka yang menemani. Sebagian besar rekan-rekan yang akan berangkat pagi ini diantar oleh sanak family mereka, diantar oleh orang-orang tersayang di sekeliling mereka.

 ****
Disini, sembari turun. kujabat erat tangan Munte erat-erat,  
“terimakasih banyak teman”. Ucap ku seiring ku lempar segurat senyum tulus kepadanya.

“Iya sama-sama bang hati-hati ya”. Ucapnya singkat, kemudian ia menyeringai dengan senyum khas silainya.

Pertama panitia dari pihak perusahaan mengumpulkan teman-teman yang mau berangkat pagi ini, dengan jumlah 130 peserta berdatangan bersama keluarga masing-masing mendampingi. Begitu juga dengan saya, ransel gunung saya sendiri yang menemani haha. Beberapa menit berdiri diantara teman-teman, kemudian kita di instruksikan untuk berkumpul disebuah lorong tunggu untuk antri. antri pembagian print-out tiket. 

Panitia yang hanya dua orang saja terlihat kewalahan mengatur sebanyak ini peserta yang akan diberangkatkan. Beberapa menit kemudian menunggu check-in. dan ini agak lama, mungkin pihak maskapai masih belum Ready karena masih begitu pagi. Disaat seperti ini paling pas untuk menunaikan sholat subuh. Sekitar pukul 06 lewat beberapa menit dengan membentuk formasi antrian yang begitu panjang, akhirnya sekian menit berlalu akhirnya boarding pas berhasil didapat. 

ini rombongan yang bikin lelah petugas. Pagi ini saya kembali berjumpa dengan rekan sealumni Teknik Kimia Politeknik ATI Padang, mereka adalah Asrul, Arif dan Dimas. Empat serangkai inilah ibaratnya perwakilan dari Poltek Academy Of Technology Industry Padang di On the Job Trening angkatan 4 PT.Pembangkitan Jawa Bali Services ini.

****
Biru langit terhampar luas bersikut imaji ku, awan putih menggulung-gulung indah bak kapas tampa senoktah hitam pun
Sehayal ku mengambang diatas kapas-kapas putih itu. tidur siang bagai sofa nan empuk, menyelam, bermandikan bak busa nan jernih. menatap asik titik-titik atap rumah penduduk dan memerhati kelokan jalan raya yang hanya segurat kulit telapak tangan saja . Padahal cantiknya awan-awan ini sudah berkali-kali kusaksikan dari atas ini, dan tetap saja pesonanya memanjakan mata. 

Beberapa senti meter saja sebatas kaca ini adalah perbedaan yang besar, perbedaan pergerakan angin, perbedaan tekanan,dan perbedaan gravitasi bumi. 
angin semakin kencang(bahkan sangat kencang) tekanan semakin kecil, dan grafitasi bumi juga kan semakin kecil. Maka urungkan niatmu itu untuk bermandikan awan diluarsana kawan. Bahaya wkwkw…:D

Dua jam tiga puluh menit lebih, perlahan tapi pasti burung besi ini mulai mendarat di Juanda Air Port, Surabaya. Penerbangan yang cukup lama dibandingkan Sukarno Hatta, Cengkareng. Tanggerang atau pun Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, yang saya kunjungi beberapa waktu yang lalu. 
Detik-detik landing pesona Bandar udara Internasional Juanda seakan bersorak menyambut 
Well Come tuan Fari IkwahBackpacker” sembari menyuguhkan senyum yang merekah sempurna. “Selamat menimba ilmu dan berpetualang di negeri kami tuan”. :)

Seratus tiga puluh orang jumlah para pelatihan dan penuntut ilmu di bidang pembangkitan energy pelistrikan guna memenuhi kebutuhan penduduk negeri. Bersama keluarga besar PLN program ini sudah menjadi ketentuan untuk enginner-enginner muda agar kaya akan ilmu pembangkitan energi. Satu minggu ini agendanya adalah Diklat kedisiplinan dan wawasan kebangsaan dilaksanakan di Depo Pendidikan (Dodik) Belanegara punya Resimen Induk (rindam) V/Brawijaya di Rampal, Malang.Jawa Timur.

Diruang tunggu bus bandara teman-teman pada terpaku menanti bus jemputan, mungkin sebentar lagi akan segera datang. tapi entah kenapa lama sekali rasanya, atau mungkin karena perut saya yang sudah mulai lapar menciut dan cacing-cacing mulai bernyayi-nyanyi huLala bumm…bumm.
Beberapa teman-teman ada yang memebentuk lingkaran-lingkaran lesehan di tengah kesibukan orang berlalu-lalang. Bus-bus kota berbagai dareah muncul timbul silih berganti, suara-suara bapak-bapak yang bahasanya mulai terasa lain terngiang-ngiang ditelinga saya, ajakkan supir taksi untuk menghantar “nakkemana mas”? hayuk saya antar”, dan kesibukan para petugas bandara yang tampak selalu siap siaga setiap saat.  

Dan sedari tadi pada wajah teman-teman mulai tampak arsiran kusam karena tertidur selama dua jaman saat penerbangan beberapa menit yang lalu, ditambah menuggu bus yang tak kunjung ini.
Saya, asrul, arif dan beberapa teman yang lainnya sedang bercerita dan sudah entah kesekian kalinya mencoba menerka-nerka nak macam apa kegiatan kita beberapa minggu kedepan. 

Peserta yang bertebaran, dibanyak posisi semakin tak beraturan disepanjang area tunggu jemputan, lagi asik-asik tertawa dan bergurau. mungkin saja bergurau tentang beberapa orang teman yang baru pertama kali berpisah dengan keuarganya. Miris?? LOL.. :D.
Beberapa menit berselang dengan panas yang sudah mulai berefek pada tingkat keringat dan bau tubuh, bus jemputan belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Hanya bus-bus besar daerah sejawa timur yang bebas lalu lalang. 

Awalnya tampa kami hiraukan tiba-tiba suara sirine mobil unimog (Truk Militer) mengaumm menggema keras sekali, mungkin hingga berskala puluh-puluh meter  diarea bandara. Suara itu memecah obrolan kami semua. empat mobil Unimog besar bewarna hijau tua mendadak parkir didepan kami. di tengah-tengah yang lagi asik becengkrama berserak, ngaur-ngidul . Tiba-tiba semua mulut-mulut itu terdiam, terheran-heran padahal beberapa puluh detik yang lalu gelak tawaan masih segar terdengar, cekikikan bebas tak terkira menghiasi tiap-tiap sudut. Tapi sekarang??

Ditengah-tengah sirine yang masih memekakkan telinga, tampa aba-aba atau semacam basa-basi berupa informasi dan sepatah kata dari panitiapun. 
Dari pintu-pintu unimog hijau tua itulah pertama kali manusia-manusia loreng menguji kesabaran kami, menguji mental kami, menguji fisik kami, dan menguji intelektual, rohani kami selama tujuh hari kedepan. Tampa aba-taba tampa pemberitahuan dan tampa kami sadari, ini lah sesungguhnya mobil jemputan kami sesungguhnya, bukan bus Pariwisata “Gede” full AC dan full Music, malahan Truk Militer, Sipp!!. :D 
 
Suara hitungan dan setengah bentakkan dariToa mulai mengelayut ditelinga-telinga kami. mereka-mereka yang berbaju loreng hijau pekat kira-kira sepuluh orang berbadan besar, garangnya wajahnya sungguh berbanding lurus dengan suara yang terlontar dari mulutnya. Tampa berlama-lama kami diinstruksikan untuk membentuk barisan berbanjar. 
Ada yang langsung mengambil posisi, ada yang sedang narik-narik barang bawaanya ke tempat barisan, ada yang clingak-cilinguk tak tau harus mau apa, dan ada juga yang diam saja tampa ada reaksi apa-apa diam tampa kata. Heran.

....
Bersambung 

klik gambar untuk melihat ukuran maksimal


Koridor Sultan Syarif Kasim II Air Port”



Empat serangkai alumni Teknik Kimia POLITEKNIK ATI Padang

 Menatap asik titik-titik atap rumah penduduk


 lelah menunggu (yang katanya) bus,
 Mulai tampak arsiran kusam di wajah-wajah mu teman


Farieco Paldona Putra


Tidak ada komentar:

Posting Komentar