Sore berganti malam. suara bising kendaraan
mulai perlahan hilang kemudian hening seiring larutnya alam dipenghujung siang,
suara malam mulai diperdengarkan saya yang setelah sholat mangrib kembali
mencari makan dan kembali bercengkrama bersama bapak security, sekalian ini
suatu cara mengurangi kedramatisan
malam ini.
Menyusun barang-barang bawaan yang katanya hanya boleh maximal 15 Kg
saja. Siap semua sembari meseragamkan
barang-barang dari mess yang dikirim kesini tempo hari. Sebuah Backpack gunung,
satu Backpack sandang hitam dan satu tas kecil.
tas kecil yang biasa bercokol didalamnya kamera
saku dan beberapa buku saku serta sepotong cargert Hanphone, (biar
sewaktu-waktu bisa langsung digunakan saat colokan didepan mata hehe).
“Diharapkan kepada
peserta OJT 4 besok berkumpul jam 04:00 Wib di koridor Sultan Syarif Kasim II
Air Port”
kembali surat panggilan itu saya baca melalui Email
pribadi. Sejauh ini berjalan dengan baik, setelah memastikan ke siabang perihal
keberangkatan saya besok pagi-pagi sekali. Besok saya akan diatar oleh mas
Munte, ia adalah teman kantor saudara saya yang semakin gendut itu. dengan
menggunakan kendaraan kantor.
Jam 03:30 Wib saya sudah terjaga dari tidur,
dengan badan yang sebetulnya tak mau bergerak untuk turun dari kasur. Namun,
mesti dipaksakan untuk bangkit dan siap-siap. Merapikan ransel (padahal sudah
rapi). Jam empat kurang sudah terdengar suara mobil didepan mess sederhana ini,
tampa harus ia menklatson saya sudah tau mas Munte sudah siap ngantar saya ke
bandara.
Dengan mata setengah ngantuk sejurus kemudian
saya sudah PW di kursi depan, setelah beberapa
detik yang lalu melempar dua ransel besar di bangku tengah. Bau udara sepertiga
malam masih sumerbak lewat kisi-kisi kaca mobil putih ini, ada tetesan embun
menari-nari dihempas angin. Seakan bersorak “Selamat
pagi..kaka’ ”!!! “Selamat pagi..kaka’!! Goo!! Goo!! Goo!!.. Dengan
gaya cilider khas bocah-bocah lucu
ditaman kanak-kanak. Aroma pagi menambah sayu mata ini, ia yang hanya terlelap
beberapa jam saja. Munte adalah karyawan pindahan dari medan, asli Sumatera
Utara yang sudah berkeluarga dikota ini.
“Sory
ya bro saya pagi-pagi sudah merepotkan”. Ucapku pada munte.
“aHHH…
tak apa-apa itu bang, biasanya itu…..” ucapnya kedengaran
semangat. (padahal memang orang batak ngomongnya semacam itu.wajar).
“tadi
malam bang!!,… aku kan mau Tidur ciritanya…” .
“tiba-tiba
kaget aku bang!!…, telpon aku berbunyii….”!..”aku kira siapa pulak malam-malam
telpon aku..”.
“Rupanya
bapak Depi…. (baca:Defi).”aku Tanyaklah..”.
“ada
apa rupanya pak”??. aku kira entah apa pulak!! ..ehhh Rupanya... mintak toolong.
antar adeknya besok pagi Jam Empat”! .. ucapnya dengan
semangat.(padahal (sekali lagi) memang
pembawaanya begitu).
“Haha…”
.ketawa ku polos.
“Iya..
maafkan aku ya bang”,..! “terimaksih banyak atas bantuanya”.! ucap
ku merasa begitu terbantu pagi ini.
kami terus berbicang-bicang selama
perjalanan, termasuk menjelaskan agenda kegiatan saya dan teman seangkatan
beberapa waktu kedepan.
Laju mobil baru saja melewati gerbang beton
berhiaskan ukiran khas melayu, dilapisi warna emas yang begitu mencolok. Lajur menuju
bandara sekali-sekali terlihat Taksi berlalu lalang ditengah dingin suasana.
Mobil terus melaju membelah badan jalan, membelah dinginnya alam yang masih
begitu kelam. mata saya menatap jauh menembus kaca sebelah kiri.
Saat ini masih terlihat jelas bintang
gemintang berkelap kelip dari kejauhan.
Seakan segerombolan berobor menemani
awal perjalanan saya pagi ini. Mencoba menutun semangat dalam lipatan nankaku
dipengujung jenuhku beberapa bulan yang lalu itu.
tapi sekarang sepotong
hati ini sungguh tak henti berucap syukur……..” ‘maka nikmat yang mana lagi yang
kau dustakan.”?
Dikoridor pintu masuk bandara sudah terlihat
(sangat ramai) wajah-wajah berseragam putih-hitam. Tapi lebih ramai lagi dengan
bapak-bapak, ibuk-ibuk dan sanak saudara mereka yang menemani. Sebagian besar
rekan-rekan yang akan berangkat pagi ini diantar oleh sanak family mereka,
diantar oleh orang-orang tersayang di sekeliling mereka.
****
Disini, sembari turun. kujabat erat tangan
Munte erat-erat,
“terimakasih banyak
teman”. Ucap ku seiring ku lempar segurat senyum tulus kepadanya.
“Iya sama-sama bang hati-hati ya”. Ucapnya
singkat, kemudian ia menyeringai dengan senyum khas silainya.
Pertama panitia dari pihak perusahaan
mengumpulkan teman-teman yang mau berangkat pagi ini, dengan jumlah 130 peserta
berdatangan bersama keluarga masing-masing mendampingi. Begitu juga dengan
saya, ransel gunung saya sendiri yang menemani haha. Beberapa menit berdiri
diantara teman-teman, kemudian kita di instruksikan untuk berkumpul disebuah
lorong tunggu untuk antri. antri pembagian print-out tiket.
Panitia yang hanya dua orang saja terlihat
kewalahan mengatur sebanyak ini peserta yang akan diberangkatkan. Beberapa menit
kemudian menunggu check-in. dan ini
agak lama, mungkin pihak maskapai masih belum Ready karena masih begitu pagi.
Disaat seperti ini paling pas untuk menunaikan sholat subuh. Sekitar pukul 06
lewat beberapa menit dengan membentuk formasi antrian yang begitu panjang, akhirnya
sekian menit berlalu akhirnya boarding
pas berhasil didapat.
ini rombongan yang bikin lelah petugas. Pagi
ini saya kembali berjumpa dengan rekan sealumni Teknik Kimia Politeknik ATI
Padang, mereka adalah Asrul, Arif dan Dimas. Empat serangkai inilah ibaratnya
perwakilan dari Poltek Academy Of Technology Industry Padang di On the Job
Trening angkatan 4 PT.Pembangkitan Jawa Bali Services ini.
****
Biru
langit terhampar luas bersikut imaji ku, awan putih menggulung-gulung indah bak
kapas tampa senoktah hitam pun
Sehayal
ku mengambang diatas kapas-kapas putih itu. tidur siang bagai sofa nan empuk,
menyelam, bermandikan bak busa nan jernih. menatap asik titik-titik atap rumah
penduduk dan memerhati kelokan jalan raya yang hanya segurat kulit telapak
tangan saja . Padahal cantiknya awan-awan ini sudah berkali-kali kusaksikan
dari atas ini, dan tetap saja pesonanya memanjakan mata.
Beberapa senti meter saja sebatas kaca ini
adalah perbedaan yang besar, perbedaan pergerakan angin, perbedaan tekanan,dan
perbedaan gravitasi bumi.
angin semakin kencang(bahkan sangat kencang) tekanan
semakin kecil, dan grafitasi bumi juga kan semakin kecil. Maka urungkan niatmu itu
untuk bermandikan awan diluarsana kawan. Bahaya wkwkw…:D
Dua jam tiga puluh menit lebih, perlahan tapi pasti burung
besi ini mulai mendarat di Juanda Air Port, Surabaya. Penerbangan yang cukup lama dibandingkan
Sukarno Hatta, Cengkareng. Tanggerang atau pun Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang,
yang saya kunjungi beberapa waktu yang lalu.
Detik-detik landing pesona Bandar udara Internasional Juanda seakan bersorak menyambut
“Well Come tuan Fari IkwahBackpacker”
sembari menyuguhkan senyum yang merekah sempurna. “Selamat menimba ilmu dan berpetualang di negeri kami tuan”. :)
Seratus
tiga puluh orang jumlah para pelatihan dan penuntut ilmu
di bidang pembangkitan energy pelistrikan guna memenuhi kebutuhan penduduk
negeri. Bersama keluarga besar PLN program ini sudah menjadi ketentuan untuk
enginner-enginner muda agar kaya akan ilmu pembangkitan energi. Satu minggu ini
agendanya adalah Diklat kedisiplinan dan wawasan kebangsaan dilaksanakan di Depo Pendidikan
(Dodik) Belanegara punya Resimen Induk (rindam) V/Brawijaya di Rampal, Malang.Jawa
Timur.
Diruang tunggu bus bandara teman-teman pada
terpaku menanti bus jemputan, mungkin sebentar lagi akan segera datang. tapi
entah kenapa lama sekali rasanya, atau mungkin karena perut saya yang sudah
mulai lapar menciut dan cacing-cacing mulai bernyayi-nyanyi huLala bumm…bumm.
Beberapa teman-teman ada yang memebentuk
lingkaran-lingkaran lesehan di tengah kesibukan orang berlalu-lalang. Bus-bus
kota berbagai dareah muncul timbul silih berganti, suara-suara bapak-bapak yang
bahasanya mulai terasa lain terngiang-ngiang ditelinga saya, ajakkan supir
taksi untuk menghantar “nakkemana mas”?
hayuk saya antar”, dan kesibukan para petugas bandara yang tampak selalu
siap siaga setiap saat.
Dan sedari tadi pada wajah teman-teman mulai
tampak arsiran kusam karena tertidur selama dua jaman saat penerbangan beberapa
menit yang lalu, ditambah menuggu bus yang tak kunjung ini.
Saya, asrul, arif dan beberapa teman yang lainnya
sedang bercerita dan sudah entah kesekian kalinya mencoba menerka-nerka nak
macam apa kegiatan kita beberapa minggu kedepan.
Peserta yang bertebaran, dibanyak posisi semakin
tak beraturan disepanjang area tunggu jemputan, lagi asik-asik tertawa dan
bergurau. mungkin saja bergurau tentang beberapa orang teman yang baru pertama
kali berpisah dengan keuarganya. Miris?? LOL.. :D.
Beberapa menit berselang dengan panas yang
sudah mulai berefek pada tingkat keringat dan bau tubuh, bus jemputan belum
juga menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Hanya bus-bus besar daerah sejawa
timur yang bebas lalu lalang.
Awalnya tampa kami hiraukan tiba-tiba suara
sirine mobil unimog (Truk Militer) mengaumm menggema keras sekali, mungkin
hingga berskala puluh-puluh meter diarea
bandara. Suara itu memecah obrolan kami semua. empat mobil Unimog besar bewarna
hijau tua mendadak parkir didepan kami. di tengah-tengah yang lagi asik
becengkrama berserak, ngaur-ngidul . Tiba-tiba semua mulut-mulut itu terdiam, terheran-heran
padahal beberapa puluh detik yang lalu gelak tawaan masih segar terdengar,
cekikikan bebas tak terkira menghiasi tiap-tiap sudut. Tapi sekarang??
Ditengah-tengah sirine yang masih memekakkan
telinga, tampa aba-aba atau semacam basa-basi berupa informasi dan sepatah kata
dari panitiapun.
Dari pintu-pintu unimog hijau tua itulah
pertama kali manusia-manusia loreng menguji kesabaran kami, menguji mental
kami, menguji fisik kami, dan menguji intelektual, rohani kami selama tujuh
hari kedepan. Tampa aba-taba tampa pemberitahuan dan tampa kami sadari, ini lah
sesungguhnya mobil jemputan kami sesungguhnya, bukan bus Pariwisata “Gede” full
AC dan full Music, malahan Truk Militer, Sipp!!. :D
Suara hitungan dan setengah bentakkan dariToa
mulai mengelayut ditelinga-telinga kami. mereka-mereka yang berbaju
loreng hijau pekat kira-kira sepuluh orang berbadan besar, garangnya wajahnya
sungguh berbanding lurus dengan suara yang terlontar dari mulutnya. Tampa
berlama-lama kami diinstruksikan untuk membentuk barisan berbanjar.
Ada yang
langsung mengambil posisi, ada yang sedang narik-narik barang bawaanya ke
tempat barisan, ada yang clingak-cilinguk tak tau harus mau apa, dan ada juga
yang diam saja tampa ada reaksi apa-apa diam tampa kata. Heran.
....
Bersambung
klik gambar untuk melihat ukuran maksimal
Koridor Sultan Syarif Kasim II Air Port”
Empat
serangkai alumni Teknik Kimia POLITEKNIK ATI Padang
Menatap asik titik-titik
atap rumah penduduk
lelah menunggu (yang katanya) bus,
Mulai tampak arsiran kusam di wajah-wajah mu teman
Mulai tampak arsiran kusam di wajah-wajah mu teman
Farieco Paldona Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar