“Hai
kamu!!!........
“Ada
telinga ngak kamu!!!? Sini!!”..
“kamu
maju!! Kamu yang dibelakang…!!
“Manusia
macam apa kalian ini!!! Berbaris saja tidak bisa”…!!
"kamu…
fuss Up 25 kali!!! " saya menelan ludah. menyaksikan mereka yang
mendadak dapat jatah hukuman.
Ditengah kagetnya semua peserta tak ubahnya
bak tawanan para pembajak pemeberontak nankasar yang tak peduli dengan laparnya
perut kami. Hanya bungkam tak berdaya.
Gema
Toa tak henti-hentinya menggelitik pedas daun telinga
kami. Sekejab barisan berbanjar yang dibentuk secara mendadak itu mulai dibagi
empat bagian.
Perlahan satu-persatu langsung naik mobil Unimog Angkatan Darat
tersebut. semuanya taat sesuai intruksi para manusia loreng, tentu saja pressing semacam ini untuk tujuh hari
kedepan .
Kapasitas mobil ini jelas dipaksakan, kami
digabung dengan tumpukan barang-barang. sungguh bikin dengkul lelah men.“ini lah awal ketidak nyamanan
yang berbuah pelajaran yang saya rasakan atau mungkin bagi semua peserta
setelah berproses nanti.
Di dalam mobil barak kami dibekali tiga
potong kue dan segelas air mineral, sebagai penghibur cacing-cacing perut kami
yang sedari tadi dendangnya Bondan
prakoso “Ya sudahlah..kaka..!!.”.
Perjalanan cukup jauh yaitu menuju kota
Malang, berjarak kurang lebih tiga jam perjalanan. Sepanjang perjalanan tampa
ada penjagaan dibelakang, semua pada ribut seperti awal lagi. Ada yang ngakak,
ada yang berkicau: “selamat menikmati azab
dunia kawan-kawan”, ada yang sibuk mencari-cari barang bawaannya… “cekikikan”, ada yang berkenalan satu
sama lain, ada yang menatap kosong keluar jendela terpal yang bergoyang-goyang
dihembus angin.
Ditengah perjalanan, sesekali kulempar
pandangan kearah bak truk yang terbuka dibagian belakang. Menatap langit yang
perlahan mulai kelam dan sendu, ia tak lagi secerah kemarin, kemarin di kota Pekanbaru.
Tanpa durasi yang panjang rerintik hujan menghiasi perjalanan kami menuju kota
Apel (Malang). Negeri dimana seorang Iwan setyawan dibesarkan, ia dan
hidupnya yang getir itu. hingga menginspirasi orang-orang lewat bukunya “9
Summers 10 Autumns”.
Disela-sela rerintik hujan memebasahi, Pukul
15 wib sekian-sekian kami semua diberhentikan desebuah gerbang yang tak ubahnya
semacam pintu masuk padepokan jaman kerajaan-kerajaan dulu, saya rasa cukup
sering kita lihat dalam film-filem laga. Dibagian atas ada plang disatukan oleh dua tiang tua dan bertuliskan “ SELAMAT DATANG DI DODIK BELA NEGARA RINDAM
V BRAWIJAYA MALANG”. Dalam hitungan tak sampai sepersejari tangan saja
semua peserta sudah turun dari mobil Militer itu, dilapangan rumput berbaris
berbanjar tiga kelompok. diatas genangan air, berlumpur dan becek. disitulah
bergelimang sepatu-sepatu Pantofel
kami. Ujian emosional kami semua diuji, beberapa potong kata sambutan dan
perlahan berlari melewati gerbang dan masuk kemedan latihan kedisiplinan, dan
tidak akan melewati gerbang ini selama satu minggu kedepan.hikk!!hik!!
Rintik hujan masih asik bertubi-tubi menyapa
kepala-kepala kami, kami kembali duduk lesehan berbaris dua persaf diaspal yang
mulai basah. Langit ini tak lagi langit diNegeri
Melayu seperti yang saya pandang kemarin. Setelah pembagian anggota kompi - per kompi, cacing-cacing perut yang
sedari tadi merengek kini mulai ada
tanda-tanda sahutan pengobat rasa lapar kami semua. dengan aba-aba yang pasti,
intruksi doa dari pelatih (para manusia loreng).
Nasi kotak yang dibagikan mampu
membungkam suara-suara keluh kesah, ocehan kecil dari suara peserta hingga
beberapa menit. ocehan karena sepatu pantofel hitam mereka kini beroleskan
lumpur, dan saya-mereka pada akhirnya tak akan peduli dengan sepatu yang hanya sekedar kotor.
Sore ini mulai menempati barak masing-masing,
barak beton yang berpenghuni berkisar 40 orang, masing-masing satu tempat
tidur, satu bantal, dan satu lemari. Bangunan ini panjang dengan arah dan
posisi tidur, lemari berjejer rapi dan besih sekali. Di ujung batang hidung
saya mulai tercium aroma kedisiplinan nan kental disini, didaun telinga ini
mulai terngiang-ngiang hardikkan
suara-suara garang para pelatih demi menempa jiwa-jiwa yang berjibaku siang
malam.
Sembari istirahat sejenak, peserta
berkesempatan untuk bersih-bersih dan melaksanakan sholat, sebelum mangrib
semua peserta sudah berbaris didepan lapangan. Latihan kedisiplinan dan wawasan
kebangsaan kami dimulai, diharapkan ke jiwa kami benih-benih rasa cinta itu tumbuh
dan mekar kepada negeri ini.
Malam pertama diawali aturan-aturan selama
tinggal dibarak, mulai dari cara terbaik munggunakan sprai tempat tidur, tata
letak baju dilemari, susunan sepatu. Semua harus satu cara dan metode kerapian
yang sama. Jika ada yang berbeda maka tunggu saja hukumannya dari para pelatih.
Kami juga mendapatkan satu ransel berisi atribut, sepatu PDL, sepatu olah raga,
kaos kaki, buku saku, seragam olah raga, seragam kerja, topi. ini yang akan kami
kenakan selama belajar disini.
Matahari tengah beranjak tenggelam dikaki
cakrawala, sayangnya tak terlihat sungguh terhalang dua tiga bangunan aparatur
Negara, serta pohon-pohon rimbun yang menghiasi pingir kawasan lapangan. hanya
seburat kemerahan berpadu warna kelabu dilangit brawijaya, dapat saya lirik
dari sela-sela dedaunan rindang itu.
Diawal malam ini melalui dua orang
bapak-bapak ahli cukur berbadan kurus
berambut rapi sengaja didatangkan “khusus
malam ini”. tak butuh banyak waktu untuk menyulap kepala-kepala kami
menjadi botak, ( bahkan benar-benar
botak) jangankan hanya sejambak, bila
kamu coba nenyentuhnya hanya kesat-kesat geli gimana gitu yang kau rasa..hahaha
:D.
Malam itu juga media komunikasi beserta media
hiburan kami D.I.S.I.T.A. Semenjak malam itu juga kami kami tidak diperolehkan
menggunakan semua jenis elektronik, Hanphone, Gedget, pemutar music, labtop,
camera dan sebagainya.(bikin Galau ga tuh :D) Ohya termasuk dilarang merokok
selama pelatihan tujuh ini (bangi yang perokok) Ini salah satu strategi
komandan agar kami f.o.k.u.s untuk berlatih dan belajar selama di rampal.
Kedisiplinan kami dilatih untuk semua hal,
mulai dari hal-hal yang paling kecil (sepele) hingga hal yang besar. dari waktu
makan, tidur, sholat, mandi, bersih-bersih ruangan tidur, dan semua-kegiatan
latihan fisik lainnya.
Besok paginya setelah selesai dibuka oleh
komandan Rindam, kami resmi mulai diklat diDodik Bela Negara. Sebagai
tujuannya, seperti yang dibilang para Komandan Pelatih untuk memebentuk siswa “Diklat
masuk sebagai kambing”, “keluar menjadi macan” (walau awalnya komandan tersebut
keceplosan “sengaja” bilang masuk sebagai kambing keluar menjadi sate kambing
wkwkwkwk…. :D )
Kegiatan keseharianya sangat padat mulai
bangun jam 4 dini hari, terus senam pagi sebelum matahari terbit, sholat subuh,
makan bersama, apel pagi, lari siang, latihan PBB, gerak jalan, materi dikelas,
makan malam (jenis makanan untuk semua peserta sama tak lebih dan tak kurang), sholat
selalu berjamaah di masjid Bela Negara. kegiatan-kagiatan semacam itulah menu
kami setiap harinya, dan akan perlahan mentransformasi kami semua masuk hanya sebagai
kambing akhirnya keluar menjadi macan hehehe..
Dari jadwal kegiatan yang begitu ketat, disini
mau tak mau kami harus lebih “jenius”
mengatur waktu secara pribadi, kapan waktunya mandi, kapan waktunya cuci baju,
kapan waktunya bersih-berih ruangan, termasuk kapan waktunya curi-curi tidur di
kelas saat materi berlangsung hehehe...
****
Ada beberapa kegiatan yang menjadi favorite saya
selama diklat, salah satunya latihan bela diri militer yang biasa disebut Kim Jong-Un atau Young Moo Do, ini tuh latihan bela diri berasal dari Negara Korea.
saat ini baru diperuntukkan pada Militer Angkatan Darat. Kegiatan menarik lain
adalah Out bond berupa meluncur
lewat tali dari ketinggian pohon ke pohon yang tinggi, berjalan diatas untaian
tali, estafet bola pimpong menggunakan belahan pipa dan beberapa game nan butuh
kerja sama lainnya. kegitan yang cukup menantang lain adalah Caraka Malam, kegiatan dilaksakan
ditengah malam (sekalian uji nyali bos :D) kegitan ini intinya seperti simulasi buat
peserta untuk menjadi kurir rahasia atau “caraka” dimana fungsinya menyampaikan
pesan rahasia dari pimpinan kelompok kita kepimpinan kelompok kawan yang lain.
ini banyak dipraktekkan diwaktu perang atau jaman sebelum ada alat komunikasi elektronik
dulu. Nah, tugas menjadi seorang caraka ini tidak mudah bro!, kami harus
melewati jalur yang sudah disiapkan oleh pelatih dan kita tuh harus seorang
diri, tanpa boleh ngebawa peralatan penerangan apapun, cuma bermodal tanda
jejak dan tali raffia. Sayangnya kegiatan ini Gagal Total untuk diadakan karena pas malamnya, Malang di guyur hujan
deras. Saya kecewa sekali.T_T...
Dan yang
terakhir adalah kegiatan yang paling melelalahkan yaitu latihan gerak jalan dan
PBB, upacara bendera, ini adalah kegiatan yang paling menguras tenaga, bikin
lelah, dan bikin tenggorokan ngak enak. Kagiatan ini entah kenapa jadwalnya
harus ditengah hari, saat matahari lagi lekang maksimal, dan kami semacam gabah
yang dijemur dibawah panasnya bumi, dan bikin kepala-kepala botak kami terasa
panas dan nyiluu. Secara perlahan
mungka-mungka kami ikut belang dan kusam.
Walau selama disini
para komandan palatih main hardik-hardik kami dan sangat ketat dengan ketepatan
waktu. Disisi lain, yang saya salut para pelatihnya itu fair, jika salah
dibilang salah dan kalau benar mereka pun mengapresiasi kita. Pernah suatu
ketika dalam kegitan sholat jamaah, seharusnya semua yang muslim wajib
mengikuti sholat jamaah di masjid (soalnya 130 orang semuanya laki-laki), dan
tenyata ada dua orang yang ketahuan tidak sholat. Maka sesatu barak kena
hukuman, semuanya merayap dan fuss up.
Dan pernah juga ada teman-teman yang On
Time mengikuti kegiatan, disana mereka mengucapkan terimakasih mengapresiasi
agar menjadi tolak ukur bagi yang kelompok yang lain.
Wawasan kebangsaan dengan berbagai jenis
materi dikelas kita juga diberi pemahaman tentang situasi bangsa, menghargai
perjuangan para pahlawan dimasa penjajahan dan bagaimana mengisi kemerdekaan
bangsa. cukup dalam materi ini yang
saya terima, perbandingan hidup dijaman dulu dan bagaimana kondisi Indonesia
saat ini.
bagaiman pertahanan Indonesia saat ini, bagaimana pola penjajahan
negera lain ke Negara kita Indonesia hingga detik ini, bahkan hingga saya
melunis tulisan ini sekarang.
“penjajahan itu masih berkecamuk kawan” masih
berlansung, kita masih berada dibawah tekanan yang tinggi, dari penjajah yang
jauh lebih tangguh, lebih super dan kasar.
dan yang paling disayangkan hal
tersebut kita di hajar pada semua aspek kehidupan kawan. “Sekali lagi dari
semua aspek kehidupan”. Sungguh menyedihkan, dan pada dasarnya disanalah letak
tugas kita sesungguhnya kawan “Para Pemuda Indonesia”.
****
Tak terasa diklat
sudah sampai pada malam penutupan, malam api unggun. Acara satu ini Diadakan
ditengah-tengah lapangan bola Rindam V. malam ini adalah acara puncak kegiatan,
malam yang bikin hati senang karena besoknya tidak adalagi latihan PBB tibawah
terik matahari, latihan gerak jalan dibawah rerintik hujan, upacara bendera dilapangan
rumput air tergenang.
Disisi lain saya
merasa sedih rasanya penempaan kami untuk disiplin belum cukup masih banyak
hal-hal yang belum kami matangkan, dan mengenal satu sama lain.
tapi
disinilah tugas kami selanjutnya harus berlatih berdisiplin secara mandiri, dan
aktif belajar memperluas wawasan terakhir ikut melanjutkan perjuangan mengisi
kemerdekaan dengan prestasi-prestasi diri. Dan harapanya dapat menjadi contoh
yang baik ditengah-tengah masyahrakat nantinya.
Acara malam
penutupan dengan barisan berformasi “U”, disela-sela suara tokek yang menyaring
di sudut-sudut lapangan. Kami dengan hikmat menyanyikan lagu mengheningkan
cipta.
Dengan seluruh angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja diribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang wahai bunga putra bangsa
Harga jasa
Kau Cahya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Diakhir lagu
empat sumbu kembang Api menghiasi malam yang kelam. Dan disusul dengan api
unggun yang cukup menghangatkan tubuh yang sedari tadi dingin dihembus udara
malam. Secara perlahan semua peserta bergeser merapat ke sumber api,
kebersamaan makin terasa. semuanya saling berangkulan, tertawa, berjoget dan
bernyanyi bersama-sama. Malam yang menyenangkan hati, kebersamaan malam yang
mampu menciptakan segurat senyum bahagia dimungka-mungka kami yang lelah
seminggu lamanya .
Hari ini kami
masih bangun sepagi biasanya, hanya saja kegiatan mulai r e n g g a n g. Hanya
penutupan secara resmi saja yang kami ikuti. segera memepersiapkan kelompok
masing-masing untuk menampilkan gerak jalan terbaik didepan pimpinan komandan
Bela Negara atas tempaan kami selama seminggu ini.
tolak ukur keberhasilan
secara nyata adalah menampilkan tingkat kedisiplinan, kelihaian PBB kami, dan tentu
saja ujian intelektual mengenai wawasan kebangsaan pada hari keempat.
Jam
sepuluh pagi kami sudah siap dengan barisan yang rapi, pakaian yang rapi, topi
yang terpasang mantap. Diawali aba-aba yang menggema dan menampilkan PBB yang benar
sesuai dengan yang dilatih. kepada pimpinan komandan Rindam dan jajarannya kami
memeberi hormat, sebagai penghargaan kepada para pelatih kami. yang akan selalu
kami ingat dan berupaya berdisiplin dan berwawasan dalam hidup diluar sana. "Terimakasih Komandan"
Bersambung
Hari terakhir di Rampal
Tolong jangan cari yang mana mungka saya :D...
Acara penutupan secara resmi
Gerbang pertama
Para pelatih Komandan
Farieco Paldona Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar