Senin, 09 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 3: Terimakasih Komandan

“Hai kamu!!!........ 

“Ada telinga ngak kamu!!!? Sini!!”.. 

“kamu maju!! Kamu yang dibelakang…!! 

“Manusia macam apa kalian ini!!! Berbaris saja tidak bisa”…!!

"kamu… fuss Up 25 kali!!! " saya menelan ludah. menyaksikan mereka yang mendadak dapat jatah hukuman.

Ditengah kagetnya semua peserta tak ubahnya bak tawanan para pembajak pemeberontak nankasar yang tak peduli dengan laparnya perut kami. Hanya bungkam tak berdaya.
Gema Toa tak henti-hentinya menggelitik pedas daun telinga kami. Sekejab barisan berbanjar yang dibentuk secara mendadak itu mulai dibagi empat bagian. 
Perlahan satu-persatu langsung naik mobil Unimog Angkatan Darat tersebut. semuanya taat sesuai intruksi para manusia loreng, tentu saja pressing semacam ini untuk tujuh hari kedepan .
Kapasitas mobil ini jelas dipaksakan, kami digabung dengan tumpukan barang-barang. sungguh bikin dengkul lelah men.“ini lah awal ketidak nyamanan yang berbuah pelajaran yang saya rasakan atau mungkin bagi semua peserta setelah berproses nanti.
Di dalam mobil barak kami dibekali tiga potong kue dan segelas air mineral, sebagai penghibur cacing-cacing perut kami yang sedari tadi dendangnya Bondan prakosoYa sudahlah..kaka..!!.”. 

Perjalanan cukup jauh yaitu menuju kota Malang, berjarak kurang lebih tiga jam perjalanan. Sepanjang perjalanan tampa ada penjagaan dibelakang, semua pada ribut seperti awal lagi. Ada yang ngakak, ada yang berkicau: “selamat menikmati azab dunia kawan-kawan”, ada yang sibuk mencari-cari barang bawaannya… “cekikikan”, ada yang berkenalan satu sama lain, ada yang menatap kosong keluar jendela terpal yang bergoyang-goyang dihembus angin. 

Ditengah perjalanan, sesekali kulempar pandangan kearah bak truk yang terbuka dibagian belakang. Menatap langit yang perlahan mulai kelam dan sendu, ia tak lagi secerah kemarin, kemarin di kota Pekanbaru. Tanpa durasi yang panjang rerintik hujan menghiasi perjalanan kami menuju kota Apel (Malang). Negeri dimana seorang Iwan setyawan dibesarkan, ia dan hidupnya yang getir itu. hingga menginspirasi orang-orang lewat bukunya “9 Summers 10 Autumns”.
 
Disela-sela rerintik hujan memebasahi, Pukul 15 wib sekian-sekian kami semua diberhentikan desebuah gerbang yang tak ubahnya semacam pintu masuk padepokan jaman kerajaan-kerajaan dulu, saya rasa cukup sering kita lihat dalam film-filem laga. Dibagian atas ada plang disatukan oleh dua tiang tua dan bertuliskan “ SELAMAT DATANG DI DODIK BELA NEGARA RINDAM V BRAWIJAYA MALANG”. Dalam hitungan tak sampai sepersejari tangan saja semua peserta sudah turun dari mobil Militer itu, dilapangan rumput berbaris berbanjar tiga kelompok. diatas genangan air, berlumpur dan becek. disitulah bergelimang sepatu-sepatu Pantofel kami. Ujian emosional kami semua diuji, beberapa potong kata sambutan dan perlahan berlari melewati gerbang dan masuk kemedan latihan kedisiplinan, dan tidak akan melewati gerbang ini selama satu minggu kedepan.hikk!!hik!! 

Rintik hujan masih asik bertubi-tubi menyapa kepala-kepala kami, kami kembali duduk lesehan berbaris dua persaf diaspal yang mulai basah. Langit ini  tak lagi langit diNegeri Melayu seperti yang saya pandang kemarin. Setelah pembagian anggota kompi - per kompi, cacing-cacing perut yang sedari tadi merengek kini mulai ada tanda-tanda sahutan pengobat rasa lapar kami semua. dengan aba-aba yang pasti, intruksi doa dari pelatih (para manusia loreng). 
Nasi kotak yang dibagikan mampu membungkam suara-suara keluh kesah, ocehan kecil dari suara peserta hingga beberapa menit. ocehan karena sepatu pantofel hitam mereka kini beroleskan lumpur, dan saya-mereka pada akhirnya tak akan peduli dengan sepatu yang hanya sekedar kotor.

Sore ini mulai menempati barak masing-masing, barak beton yang berpenghuni berkisar 40 orang, masing-masing satu tempat tidur, satu bantal, dan satu lemari. Bangunan ini panjang dengan arah dan posisi tidur, lemari berjejer rapi dan besih sekali. Di ujung batang hidung saya mulai tercium aroma kedisiplinan nan kental disini, didaun telinga ini mulai terngiang-ngiang hardikkan suara-suara garang para pelatih demi menempa jiwa-jiwa yang berjibaku siang malam.

Sembari istirahat sejenak, peserta berkesempatan untuk bersih-bersih dan melaksanakan sholat, sebelum mangrib semua peserta sudah berbaris didepan lapangan. Latihan kedisiplinan dan wawasan kebangsaan kami dimulai, diharapkan ke jiwa kami benih-benih rasa cinta itu tumbuh dan mekar kepada negeri ini.

Malam pertama diawali aturan-aturan selama tinggal dibarak, mulai dari cara terbaik munggunakan sprai tempat tidur, tata letak baju dilemari, susunan sepatu. Semua harus satu cara dan metode kerapian yang sama. Jika ada yang berbeda maka tunggu saja hukumannya dari para pelatih. Kami juga mendapatkan satu ransel berisi atribut, sepatu PDL, sepatu olah raga, kaos kaki, buku saku, seragam olah raga, seragam kerja, topi. ini yang akan kami kenakan selama belajar disini. 

Matahari tengah beranjak tenggelam dikaki cakrawala, sayangnya tak terlihat sungguh terhalang dua tiga bangunan aparatur Negara, serta pohon-pohon rimbun yang menghiasi pingir kawasan lapangan. hanya seburat kemerahan berpadu warna kelabu dilangit brawijaya, dapat saya lirik dari sela-sela dedaunan rindang itu.

Diawal malam ini melalui dua orang bapak-bapak ahli cukur berbadan kurus berambut rapi sengaja didatangkan “khusus malam ini”. tak butuh banyak waktu untuk menyulap kepala-kepala kami menjadi botak, ( bahkan benar-benar botak) jangankan hanya sejambak, bila kamu coba nenyentuhnya hanya kesat-kesat geli gimana gitu yang kau rasa..hahaha :D. 

Malam itu juga media komunikasi beserta media hiburan kami D.I.S.I.T.A. Semenjak malam itu juga kami kami tidak diperolehkan menggunakan semua jenis elektronik, Hanphone, Gedget, pemutar music, labtop, camera dan sebagainya.(bikin Galau ga tuh :D) Ohya termasuk dilarang merokok selama pelatihan tujuh ini (bangi yang perokok) Ini salah satu strategi komandan agar kami f.o.k.u.s untuk berlatih dan belajar selama di rampal.

Kedisiplinan kami dilatih untuk semua hal, mulai dari hal-hal yang paling kecil (sepele) hingga hal yang besar. dari waktu makan, tidur, sholat, mandi, bersih-bersih ruangan tidur, dan semua-kegiatan latihan fisik lainnya.
Besok paginya setelah selesai dibuka oleh komandan Rindam, kami resmi mulai diklat diDodik Bela Negara. Sebagai tujuannya, seperti yang dibilang para Komandan Pelatih untuk memebentuk siswa “Diklat masuk sebagai kambing”, “keluar menjadi macan” (walau awalnya komandan tersebut keceplosan “sengaja” bilang masuk sebagai kambing keluar menjadi sate kambing wkwkwkwk…. :D )

Kegiatan keseharianya sangat padat mulai bangun jam 4 dini hari, terus senam pagi sebelum matahari terbit, sholat subuh, makan bersama, apel pagi, lari siang, latihan PBB, gerak jalan, materi dikelas, makan malam (jenis makanan untuk semua peserta sama tak lebih dan tak kurang), sholat selalu berjamaah di masjid Bela Negara. kegiatan-kagiatan semacam itulah menu kami setiap harinya, dan akan perlahan mentransformasi kami semua masuk hanya sebagai kambing akhirnya keluar menjadi macan hehehe..

Dari jadwal kegiatan yang begitu ketat, disini mau tak mau kami harus lebih “jenius” mengatur waktu secara pribadi, kapan waktunya mandi, kapan waktunya cuci baju, kapan waktunya bersih-berih ruangan, termasuk kapan waktunya curi-curi tidur di kelas saat materi berlangsung hehehe...
****
Ada beberapa kegiatan yang menjadi favorite saya selama diklat, salah satunya latihan bela diri militer yang biasa disebut Kim Jong-Un atau Young Moo Do, ini tuh latihan bela diri berasal dari Negara Korea. saat ini baru diperuntukkan pada Militer Angkatan Darat. Kegiatan menarik lain adalah Out bond berupa meluncur lewat tali dari ketinggian pohon ke pohon yang tinggi, berjalan diatas untaian tali, estafet bola pimpong menggunakan belahan pipa dan beberapa game nan butuh kerja sama lainnya. kegitan yang cukup menantang lain adalah Caraka Malam, kegiatan dilaksakan ditengah malam (sekalian uji nyali bos :D) kegitan ini intinya seperti simulasi buat peserta untuk menjadi kurir rahasia atau “caraka” dimana fungsinya menyampaikan pesan rahasia dari pimpinan kelompok kita kepimpinan kelompok kawan yang lain. 
ini banyak dipraktekkan diwaktu perang atau jaman sebelum ada alat komunikasi elektronik dulu. Nah, tugas menjadi seorang caraka ini tidak mudah bro!, kami harus melewati jalur yang sudah disiapkan oleh pelatih dan kita tuh harus seorang diri, tanpa boleh ngebawa peralatan penerangan apapun, cuma bermodal tanda jejak dan tali raffia. Sayangnya kegiatan ini Gagal Total untuk diadakan karena pas malamnya, Malang di guyur hujan deras. Saya kecewa sekali.T_T...

Dan yang terakhir adalah kegiatan yang paling melelalahkan yaitu latihan gerak jalan dan PBB, upacara bendera, ini adalah kegiatan yang paling menguras tenaga, bikin lelah, dan bikin tenggorokan ngak enak. Kagiatan ini entah kenapa jadwalnya harus ditengah hari, saat matahari lagi lekang maksimal, dan kami semacam gabah yang dijemur dibawah panasnya bumi, dan bikin kepala-kepala botak kami terasa panas dan nyiluu. Secara perlahan mungka-mungka kami ikut belang dan kusam.

Walau selama disini para komandan palatih main hardik-hardik kami dan sangat ketat dengan ketepatan waktu. Disisi lain, yang saya salut para pelatihnya itu fair, jika salah dibilang salah dan kalau benar mereka pun mengapresiasi kita. Pernah suatu ketika dalam kegitan sholat jamaah, seharusnya semua yang muslim wajib mengikuti sholat jamaah di masjid (soalnya 130 orang semuanya laki-laki), dan tenyata ada dua orang yang ketahuan tidak sholat. Maka sesatu barak kena hukuman, semuanya merayap dan fuss up. 
Dan pernah juga ada teman-teman yang On Time mengikuti kegiatan, disana mereka mengucapkan terimakasih mengapresiasi agar menjadi tolak ukur bagi yang kelompok yang lain.
Wawasan kebangsaan dengan berbagai jenis materi dikelas kita juga diberi pemahaman tentang situasi bangsa, menghargai perjuangan para pahlawan dimasa penjajahan dan bagaimana mengisi kemerdekaan bangsa. cukup dalam materi ini yang saya terima, perbandingan hidup dijaman dulu dan bagaimana kondisi Indonesia saat ini. 
bagaiman pertahanan Indonesia saat ini, bagaimana pola penjajahan negera lain ke Negara kita Indonesia hingga detik ini, bahkan hingga saya melunis tulisan ini sekarang. 
“penjajahan itu masih berkecamuk kawan” masih berlansung, kita masih berada dibawah tekanan yang tinggi, dari penjajah yang jauh lebih tangguh, lebih super dan kasar. 
dan yang paling disayangkan hal tersebut kita di hajar pada semua aspek kehidupan kawan. “Sekali lagi dari semua aspek kehidupan”. Sungguh menyedihkan, dan pada dasarnya disanalah letak tugas kita sesungguhnya kawan “Para Pemuda Indonesia”.

****
Tak terasa diklat sudah sampai pada malam penutupan, malam api unggun. Acara satu ini Diadakan ditengah-tengah lapangan bola Rindam V. malam ini adalah acara puncak kegiatan, malam yang bikin hati senang karena besoknya tidak adalagi latihan PBB tibawah terik matahari, latihan gerak jalan dibawah rerintik hujan, upacara bendera dilapangan rumput air tergenang.   
Disisi lain saya merasa sedih rasanya penempaan kami untuk disiplin belum cukup masih banyak hal-hal yang belum kami matangkan, dan mengenal satu sama lain.
tapi disinilah tugas kami selanjutnya harus berlatih berdisiplin secara mandiri, dan aktif belajar memperluas wawasan terakhir ikut melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan dengan prestasi-prestasi diri. Dan harapanya dapat menjadi contoh yang baik ditengah-tengah masyahrakat nantinya. 

Acara malam penutupan dengan barisan berformasi “U”, disela-sela suara tokek yang menyaring di sudut-sudut lapangan. Kami dengan hikmat menyanyikan lagu mengheningkan cipta.


Dengan seluruh angkasa raya memuji

Pahlawan negara


Nan gugur remaja diribaan bendera


Bela nusa bangsa


Kau kukenang wahai bunga putra bangsa

Harga jasa


Kau Cahya pelita


Bagi Indonesia merdeka


Diakhir lagu empat sumbu kembang Api menghiasi malam yang kelam. Dan disusul dengan api unggun yang cukup menghangatkan tubuh yang sedari tadi dingin dihembus udara malam. Secara perlahan semua peserta bergeser merapat ke sumber api, kebersamaan makin terasa. semuanya saling berangkulan, tertawa, berjoget dan bernyanyi bersama-sama. Malam yang menyenangkan hati, kebersamaan malam yang mampu menciptakan segurat senyum bahagia dimungka-mungka kami yang lelah seminggu lamanya .

Hari ini kami masih bangun sepagi biasanya, hanya saja kegiatan mulai r e n g g a n g. Hanya penutupan secara resmi saja yang kami ikuti. segera memepersiapkan kelompok masing-masing untuk menampilkan gerak jalan terbaik didepan pimpinan komandan Bela Negara atas tempaan kami selama seminggu ini. 
tolak ukur keberhasilan secara nyata adalah menampilkan tingkat kedisiplinan, kelihaian PBB kami, dan tentu saja ujian intelektual mengenai wawasan kebangsaan pada hari keempat. 
Jam sepuluh pagi kami sudah siap dengan barisan yang rapi, pakaian yang rapi, topi yang terpasang mantap. Diawali aba-aba yang menggema dan menampilkan PBB yang benar sesuai dengan yang dilatih. kepada pimpinan komandan Rindam dan jajarannya kami memeberi hormat, sebagai penghargaan kepada para pelatih kami. yang akan selalu kami ingat dan berupaya berdisiplin dan berwawasan dalam hidup diluar sana. "Terimakasih Komandan"


Bersambung

 Hari terakhir di Rampal


Tolong jangan cari yang mana mungka saya  :D...

Acara penutupan secara resmi

Gerbang pertama

 Para pelatih Komandan



Farieco Paldona Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar