Rabu, 25 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 6 : PERAMBANAN MENYAPA MU

Sumba, Daniel, Ferdy, Edo, Rian, Raju, Herdi dan saya. mereka adalah makluk-makluk yang ditakdirkan untuk bersatu, semenjak Negara Api menyerang  kami tinggal disatu padepokan (rumah kontrakan.. :D). Kami hidup dalam keharmonisan, walau hanya bernaung di sebuah gubuk tua dan reot selama satu bulan lamanya. (Njirrr…segitunya wkwkwkw...:D).
Sore-sore adalah jam-jam "Ide sedunia". akhir minggu adalah hari yang pas untuk berkeliling-keliling, hari berkunjung, hari untuk "Gebolang " merasakan seberapa menariknya dunia diluar sana. 
Setelah menghabiskan waktu untuk bernegosiasi bejam-jam dikelas, berpiring-piring nasi dikedai makan, berpuluh cemilan di kontrakan. Akhirnya ide cimerlang itu muncul juga kepermukaan kepala kami yang masih krisis akan rambut itu. Oke, saya, Sumba, Daniel, Ferdy, Edo, Rian, Raju, Herdi, semuanya sepakat akhir minggu ini siap untuk mengerayangi kota Yogyakarta (Jogja). kota yang asik untuk ngejajan dipinggir jalan, kota seni dan budaya yang selalu menjadi pilihan utama bagi pejalan Nusantara.

Setelah kelas belajar usai, kami se satu rumah seperti biasa pulang "bergerombolan" bak pasukan "Genji Perfect Seiha" di film "Crows Zero" hehehe..
Rencana yang sudah dibuat harus dilanjutkan, salah satu yang mensponsori (a.s.i.k ^-^ ) dalam rencana perjanan yang belum pernah dicoba ini adalah Zul. Zul adalah manusia kurus tinggi yang tingal hanya beberapa meter saja dari kontrakan kami. ia punya teman di Jogja, teman yang bakal ngemandu kami untuk ncari tempat tinggal disana. Jam tiga sore kami berangkat dari depan kontrakan menggunakan sebuah oplet menuju terminal Sidoarjo.

Angkot mengantar kami hingga terminal, tahap ini cukup bayar "lima ribu rupiah" saja per orang. Tampa menunggu lama-lama bus bertuliskan Jogyakarta dibagian kaca depannya pun menyapa kami. kernek yang cekatan bersorak parau ditengah keramaian, 
“jogja mas…”? kami Sembilan orang berduyun-duyun mengikuti arah bus yang mulai melambat. bus cukup menampung kami hingga tampa harus berdiri. Bersama bus besar antar kota dalam propinsi ini, jam empat sore kami bertolak dari Sidoarjo menuju kota Jogyakarta, kota yang berjulukan kota kraton itu membuat saya penaran berat. Kami semua belum pernah kekota ini, kota yang terlalu sering saya tongkrongin di tipi-tipi h e h e….

Sebagai tips agar aman dari berbagai kejahatan selama dalam dalam bus ini dia: 
pertama pliiiiissss…. Bro “jangan taro dompet di ketiak,” pliss gue mohon…. jangaaaan…"!! (melong-long), Jangan coba-coba menirukan kebiasaan ibu-ibu beli cabe dan kentang di pasar” -_- .wkwkwkw....

Kedua jangan guling-guling dilantai lesehan bus agar perhatian semua orang teruju pada mu kemudian, berharap para penumpang bersorak kamu…. “  KAMU… LUARBIASAAAA….!! Hahaha
“ tapi, bersikaplah sewajarnya saja. Trakhir jangan terlalu super kepo pada orang baru disebelah kamu, Dingamparrrr… itu ngak enak lho.. hehe.  sekian tips singkat dari saya.. :D

Dari keterangan seseorang yang duduk disebelah saya, menuju kota jogja kita butuh jarak tempuh "tujuh" sampai "delapan" jam perjalanan. Selama perjalanan kita akan melewati kota-kota yang cukup ternama di Jawa timur.

****
Senja mulai menguasai Alam. menenggelamkan matahari secara perlahan-lahan dikaki langit, bersisakan rona merah bercampur abu-abu yang mulai kelam. sisa –sisa cahaya dari ufuk barat itu masih menyisakan segurat cahaya  kuning redup menyirami sisi-sisi kaca bus ini. kaca yang sedari tadi saya intipi untuk memandang hamparan sawah diluar sana, ia bersisi-sisian bersama jalur rel yang berkelok-kelok mengikuti jalan bus ini. Piring-piring pesawahan menyisakan kekuningan batang-batang padi sehabis panen raya. sawah berdampingan secara harmonis bersama sederhana rerumahan penduduk, mengingatkan saya akan Negeri seribu gonjong, sumatera barat. Rinduku padamu. 

****
Jam digital hanphone saya sudah menunjukkan waktu untuk bermunajat kepada sang Maha Cinta, saatnya bertayamum dan sholat dalam posisi duduk. Siang berganti malam, dan kerinduan itu kembali menerawang di ruas-ruas otak ini dan ruang-ruang bus ini. pegamen silih berganti mendendangakan lagu yang makin-lama semakin tak jelas bahasa sunda atau jawanya itu. logat yang sulit saya gambarkan. Beberapa kali bus berhenti dipertigaan dan beberapa kali masuk keterminal-terminal, disaat itulah ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-kakek, nenek-nenek berkeliaran dari pintu depan sepanjang mobil hingga pintu belakang. semuanya pedagang asongan, menjajakan barang dagangannya masing-masing, mulai mengeluarkan potongan demi potongan makanan dan minuman dari keranjang dan mulai menawarkanya . 

Ada juga beberapa pedagang menggunakan cara-cara yang kreatif sekaligus “jahat binggittts” kesemua penumpang. pertama-tama tampa aba-aba… kue-kue dikeranjangnya dibagikan rata keseluruh penumpang satu persatu. Dengan tampang polos kami-kami mengamini, memegangnya. beberapa teman-teman tampak clingak-clingukan satu sama lain “maksutnya ini tuh apa??”. .”Mau di apakan ini kue..”?. saya tau saat-saat seperti ini mereka sudah begitu lapar. Kasihan. pertanyaan-pertanyaan itu masih saja tetap timbul ditengah-tengah hematnya kami dalam beberapa minggu belakang. apakah ini jatah para penumpang dari armada bus ini??. mungkinkah ini gratis..??. 
Dengan ekspresi kaku melonggo polos masih memegang sebuah kue yang cukup menggiurkan itu. selang beberapa menit tak lama kemudian bapak tukang asongan kue tadi kembali beraksi, tampa merasa berdosa kembali ngutip kue-kue tersebut dari tangan-tangan penumpang satuper satu. 
Termasuk kami yang masih megang kue yang barangkali sudah ditetesi ilerrr.. kami itu -_-. Jadi dari tadi bapak ini nunggu reaksi para penumpang apakah mau buka bungkusnya atau malah tidak diapa-apain? jika buka bungkus berarti beli dan bayar. 
Setelah bapak itu berlalu kamipun cekikikan tak tertahan.

Diperjalanan jam delapan malam bus berhenti di sebuah kedai makan, kedai yang tampak sederhana tapi remenya kebangetan. Dengan persedian uang saku yang Tak seberapa kami pun beli beberapa makanan dikedai tersebut.

Oya sebagai informasi jika teman-teman berangkat dari Sidoarjo maka teman-teman akan melewati beberapa kota sebelum sampai di kota Yogyakarta. Saya akan memberi petunjuk sederhana, ini rute yang bakal teman-teman lalui. 

Sidoarjo--> Mojosari --> Mojokerto--> Diwek--> Baron--> kota nganjuk--> Wilangan--> Mejayan--> Madiun Kota--> kota Magetan--> Sukoharjo--> Kalasan--> Yogyakarta.

Perjalanan yang perlu melewati banyak kota dan daerah, wajar saja lama perjalanan tujuh sampai delapan jam. Biaya bus dari Sidoarjoà Jogja, / orangnya "lima puluh lima ribu".
 
Malam menguasai bumi, mengusai semua yang tadi sore saya lihat indahnya padi-padi yang menguning terhampar luas hingga sejauh mata memandang. Sesekali hingga kekaki pebukitan yang entah bukit apa namanya. Lampu-lampu jalanan ikut membantu laju bus istimewa ini, bus yang mebawa kami ke kota istimewa. kota seniman bagi anak-anak kreatif dinegeri ini. ah… dulu hanya sebatas angan-angan untuk bisa mengunjungi kota ini. Alhamdulillah, walaupun injakan kaki ini belum sampai.

****
Jam sebelas malam kami usdah sampai hingga di pertigaan Janti. Hari sudah larut, kami diturunkan disini di pertigaan dibawah jalan layang, jalanan masih disibukan oleh kendaraan berlalu lalang. Masih ramai,  disini kami menunggu seorang teman dari teman kami Zul. 
Ditepi jalan raya, disamping mini market, disebelah pangkalan ojek. disanalah kami pertamakali menginjakkan kaki di tanah Yogyakarta, Hehe. walau tak ubahnya bak anak kehilangan induk. Butuh puluhan menit menunggu kawan ini,  satu yang paling dibutuhkan saat ini yaitu tempat tidur, meluruskan kaki dan pinggang kepala. 
Berkat bantuan teman dari teman kami ini, meski ia harus berputar-putar dulu ke di berapa lajur jalan, akhirnya ia mendapati sebuah wisma yang cukup murah berjarak satu kilo meter dari pertigaan Janti ini. tampa perlu berbelas kasihan kami semua harus menyerbu kegai nasi buk dee.. seadanya seberang jalan guna menina bobokan cacing-cacing dalam perut kami yang sedari tadi menjerit-jerit. Sepotong daging ayam kecil, sepiring nasi, sayur dan sambel. Delapan ribu.waw murah.

Wisma Prambanan, awalnya kami ingin mencari mesjid atau mushollah di SPBU terdekat, tidur disana. Toh hanya nunggu pagi yang hanya tinggal beberapa jam saja lagi. Semuanya berubah karena alasan keamanan dari gangguan para zombie jalanan, kelelawar gang malam yang suka bikin rusuh kesiapa saja yang baru nginjakin kaki disini. wisma dengan kamar yang cukup lebar dua tempat tidur tambah lesehan yang cukup menampung kami semua tidur disini. Biaya semalam wisma ini tiga ratus lima puluh ribu
Artinya dengan jumlah segitu dibagi kami semua, cukup irit bukan? itulah keuntungan pergi bersama-sama. Jumlah baginya lebih geedee hehe. Bersama malam kami semua kembali menunaikan sholat yang sepat tertunda karena alasan perjalanan. Bersama malam kami juga kembali menyusun renacana ngebolang esok paginya.

Dari nama Wisma Prambanan cukup memeberi petunjuk nak kemana kaki kami melangkah ditahap pertama ini, betul… yaitu candi Prambanan. Dari wisma sekitar jam tujuh pagi kita sudah keluar untuk memulai menelusuri jalan sekalian mencari sarapan. kami kembali ke arah pertigaan dimana kami diturunkan dari bus tadi malam, tapi besebrangan jalan. Disana terdapat Halte bus trans Jogja. Bersama bus tersebutlah kita akan diantar ke arah posisi candi yang biasa disebut-sebut roro jonggrang tersebut.

Sekalai lagi saya menemukan bus trans kota yang cukup nyaman selain di kota pekanbaru. kalau kamu pernah naik bus ini, maka kamu akan melihat dibagian dalam terdapat dua orang petugas mengenakan seragam jawa dan topi yang dinamakan blangkon khas jawa. Bus yang kita tumpangi akan mengikuti jalur Adisucipto Air port, terlihat rame sekali turis-turis disisni, dan dari halte ke halte.
 
Saatnya kita sampai di halte dimana kita harus turun, disini banyak terdapat delman yang sudah siap melayani pengunjung yang hendak kemana. Bersama dua delman kita semua diantarkan menuju candi prambanan, dengan sedikit kebingungan berkeliling mencari gerbang tiket masuk. Digerbang masing-masing dikenai biaya sebesar tiga puluh ribu. setiap orang menggunakan sebuah ID card untuk bisa masuk keseluruh area candi.

Pertama-tama kita akan disambut oleh taman yang indah, rerumputan, pepohonan rindang seakan senyumnya merekah tertuju pada siapa saja yang datang berkunjung disini. kedua kita akan disapa santun oleh bangunan batu abu-abu coklat menjulang ke atas langit, sungguh mengesankan. Guratan mengisaratkan kematangan ditengah pergantian waktu dari masa-kemasa, dari periode ke periode. Kokohnya menunjukkan umur ribuan tahun. Makin kesini kesini, saat kamu melangkahkan kaki kepelataran ini …diantara candi yang menjulang. Seakan merasakan jutaan misteri tersimpan dibalik bangunan megah ini. ini menunjukkan betapa kreatifan manusia.
....
Bersambung

Farieco Paldona Putra 

klik gambar untuk melihat lebih maksimal 



 Wisma, Janti Jogja


 naik delman itimewa :D
 ibu-ibu bersepeda (difoto dar atas delman)
siap bayar, foto dulu pak dee.. hehe
menjulang, amazing Arcitekture
pintu masuk



mungkin masih kokoh hingga ribuan tahun lagi
didalam gelap sekali, ada bau-bau bunga dan sesajian
susuanan yang detail sekali


tak lekang oleh jaman


para pejalan kaki



jalur pulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar