Sumba, Daniel, Ferdy, Edo, Rian, Raju, Herdi
dan saya. mereka adalah makluk-makluk yang ditakdirkan untuk bersatu, semenjak Negara Api menyerang kami tinggal disatu padepokan (rumah
kontrakan.. :D). Kami hidup dalam keharmonisan, walau hanya bernaung di
sebuah gubuk tua dan reot selama satu bulan lamanya. (Njirrr…segitunya wkwkwkw...:D).
Sore-sore
adalah jam-jam "Ide sedunia". akhir minggu
adalah hari yang pas untuk berkeliling-keliling, hari berkunjung, hari untuk "Gebolang " merasakan seberapa menariknya
dunia diluar sana.
Setelah menghabiskan waktu untuk bernegosiasi bejam-jam dikelas,
berpiring-piring nasi dikedai makan, berpuluh cemilan di kontrakan. Akhirnya ide
cimerlang itu muncul juga kepermukaan kepala kami yang masih krisis akan rambut itu.
Oke, saya, Sumba, Daniel, Ferdy, Edo, Rian, Raju, Herdi, semuanya sepakat akhir
minggu ini siap untuk mengerayangi
kota Yogyakarta (Jogja). kota yang asik untuk ngejajan dipinggir jalan, kota seni dan budaya yang selalu menjadi
pilihan utama bagi pejalan Nusantara.
Setelah kelas
belajar usai, kami se satu rumah seperti biasa pulang "bergerombolan" bak
pasukan "Genji Perfect Seiha" di film "Crows Zero" hehehe..
Rencana yang sudah dibuat harus dilanjutkan, salah satu yang
mensponsori (a.s.i.k ^-^ ) dalam rencana perjanan yang belum pernah dicoba ini
adalah Zul. Zul adalah manusia kurus tinggi yang tingal hanya beberapa meter
saja dari kontrakan kami. ia punya teman di Jogja, teman yang bakal ngemandu kami untuk ncari tempat tinggal
disana. Jam tiga sore kami berangkat dari depan kontrakan menggunakan sebuah oplet
menuju terminal Sidoarjo.
Angkot
mengantar kami hingga terminal, tahap ini cukup bayar "lima ribu rupiah"
saja per orang. Tampa menunggu lama-lama bus bertuliskan Jogyakarta dibagian
kaca depannya pun menyapa kami. kernek yang cekatan bersorak parau ditengah
keramaian,
“jogja mas…”? kami Sembilan orang berduyun-duyun mengikuti arah bus
yang mulai melambat. bus cukup menampung kami hingga tampa harus berdiri. Bersama
bus besar antar kota dalam propinsi ini, jam empat sore kami bertolak dari
Sidoarjo menuju kota Jogyakarta, kota yang berjulukan kota kraton itu membuat saya penaran berat. Kami semua belum pernah
kekota ini, kota yang terlalu sering saya tongkrongin di tipi-tipi h e h e….
Sebagai tips
agar aman dari berbagai kejahatan selama dalam dalam bus ini dia:
pertama pliiiiissss…. Bro “jangan taro
dompet di ketiak,” pliss gue mohon…. jangaaaan…"!! (melong-long), Jangan coba-coba menirukan kebiasaan ibu-ibu beli cabe dan kentang di
pasar” -_- .wkwkwkw....
Kedua jangan guling-guling dilantai lesehan bus agar perhatian semua orang teruju pada mu kemudian, berharap para
penumpang bersorak kamu…. “ KAMU…
LUARBIASAAAA….!! Hahaha
“ tapi, bersikaplah sewajarnya saja. Trakhir jangan terlalu
super kepo pada orang baru disebelah kamu, Dingamparrrr… itu ngak enak lho.. hehe. sekian tips singkat dari saya.. :D
Dari keterangan
seseorang yang duduk disebelah saya, menuju kota jogja kita butuh jarak tempuh "tujuh" sampai "delapan" jam perjalanan. Selama perjalanan kita akan melewati kota-kota
yang cukup ternama di Jawa timur.
****
Senja mulai
menguasai Alam. menenggelamkan matahari secara perlahan-lahan dikaki langit, bersisakan
rona merah bercampur abu-abu yang mulai kelam. sisa –sisa cahaya dari ufuk
barat itu masih menyisakan segurat cahaya
kuning redup menyirami sisi-sisi kaca bus ini. kaca yang sedari tadi
saya intipi untuk memandang hamparan sawah diluar sana, ia bersisi-sisian
bersama jalur rel yang berkelok-kelok mengikuti jalan bus ini. Piring-piring
pesawahan menyisakan kekuningan batang-batang padi sehabis panen raya. sawah
berdampingan secara harmonis bersama sederhana rerumahan penduduk, mengingatkan
saya akan Negeri seribu gonjong, sumatera barat. Rinduku padamu.
****
Jam digital hanphone
saya sudah menunjukkan waktu untuk bermunajat kepada sang Maha Cinta, saatnya
bertayamum dan sholat dalam posisi duduk. Siang berganti malam, dan kerinduan
itu kembali menerawang di ruas-ruas otak ini dan ruang-ruang bus ini. pegamen
silih berganti mendendangakan lagu yang makin-lama semakin tak jelas bahasa
sunda atau jawanya itu. logat yang sulit saya gambarkan. Beberapa kali bus berhenti
dipertigaan dan beberapa kali masuk keterminal-terminal, disaat itulah ibu-ibu,
bapak-bapak, kakek-kakek, nenek-nenek berkeliaran dari pintu depan sepanjang
mobil hingga pintu belakang. semuanya pedagang asongan, menjajakan barang
dagangannya masing-masing, mulai mengeluarkan potongan demi potongan makanan
dan minuman dari keranjang dan mulai menawarkanya .
Ada juga beberapa
pedagang menggunakan cara-cara yang kreatif sekaligus “jahat binggittts” kesemua penumpang. pertama-tama tampa aba-aba…
kue-kue dikeranjangnya dibagikan rata keseluruh penumpang satu persatu. Dengan
tampang polos kami-kami mengamini,
memegangnya. beberapa teman-teman tampak clingak-clingukan satu sama lain “maksutnya
ini tuh apa??”. .”Mau di apakan ini kue..”?. saya tau saat-saat seperti ini
mereka sudah begitu lapar. Kasihan. pertanyaan-pertanyaan itu masih saja tetap
timbul ditengah-tengah hematnya kami dalam beberapa minggu belakang. apakah ini
jatah para penumpang dari armada bus ini??. mungkinkah ini gratis..??.
Dengan
ekspresi kaku melonggo polos masih memegang sebuah kue yang cukup menggiurkan
itu. selang beberapa menit tak lama kemudian bapak tukang asongan kue tadi
kembali beraksi, tampa merasa berdosa kembali ngutip kue-kue tersebut dari
tangan-tangan penumpang satuper satu.
Termasuk kami yang masih megang kue yang barangkali sudah ditetesi ilerrr.. kami itu -_-. Jadi dari tadi bapak ini nunggu reaksi para penumpang apakah mau buka bungkusnya
atau malah tidak diapa-apain? jika buka bungkus berarti beli dan bayar.
Setelah
bapak itu berlalu kamipun cekikikan tak tertahan.
Diperjalanan
jam delapan malam bus berhenti di sebuah kedai makan, kedai yang tampak
sederhana tapi remenya kebangetan.
Dengan persedian uang saku yang Tak seberapa kami pun beli beberapa makanan dikedai tersebut.
Oya sebagai informasi
jika teman-teman berangkat dari Sidoarjo maka teman-teman akan melewati
beberapa kota sebelum sampai di kota Yogyakarta. Saya akan memberi petunjuk
sederhana, ini rute yang bakal teman-teman lalui.
Sidoarjo--> Mojosari --> Mojokerto--> Diwek--> Baron--> kota nganjuk--> Wilangan-->
Mejayan--> Madiun Kota--> kota Magetan--> Sukoharjo--> Kalasan--> Yogyakarta.
Perjalanan
yang perlu melewati banyak kota dan daerah, wajar saja lama perjalanan tujuh
sampai delapan jam. Biaya bus dari Sidoarjoà Jogja, / orangnya "lima puluh lima ribu".
Malam
menguasai bumi, mengusai semua yang tadi sore saya lihat indahnya padi-padi
yang menguning terhampar luas hingga sejauh mata memandang. Sesekali hingga
kekaki pebukitan yang entah bukit apa namanya. Lampu-lampu jalanan ikut
membantu laju bus istimewa ini, bus yang mebawa kami ke kota istimewa. kota seniman
bagi anak-anak kreatif dinegeri ini. ah… dulu hanya sebatas angan-angan untuk
bisa mengunjungi kota ini. Alhamdulillah, walaupun injakan kaki ini belum
sampai.
****
Jam sebelas
malam kami usdah sampai hingga di pertigaan Janti.
Hari sudah larut, kami diturunkan disini di pertigaan dibawah jalan layang, jalanan
masih disibukan oleh kendaraan berlalu lalang. Masih ramai, disini kami menunggu seorang teman dari teman
kami Zul.
Ditepi jalan raya, disamping mini market, disebelah pangkalan ojek. disanalah kami pertamakali menginjakkan kaki di tanah Yogyakarta, Hehe. walau
tak ubahnya bak anak kehilangan induk.
Butuh puluhan menit menunggu kawan ini,
satu yang paling dibutuhkan saat ini yaitu tempat tidur, meluruskan kaki
dan pinggang kepala.
Berkat bantuan teman
dari teman kami ini, meski ia harus berputar-putar dulu ke di berapa lajur jalan,
akhirnya ia mendapati sebuah wisma yang cukup murah berjarak satu kilo meter
dari pertigaan Janti ini. tampa perlu berbelas kasihan kami semua harus
menyerbu kegai nasi buk dee.. seadanya seberang jalan guna menina bobokan
cacing-cacing dalam perut kami yang sedari tadi menjerit-jerit. Sepotong daging
ayam kecil, sepiring nasi, sayur dan sambel. Delapan ribu.waw murah.
Wisma
Prambanan, awalnya kami ingin mencari mesjid atau mushollah di SPBU terdekat,
tidur disana. Toh hanya nunggu pagi yang hanya tinggal beberapa jam saja lagi.
Semuanya berubah karena alasan keamanan dari gangguan para zombie jalanan,
kelelawar gang malam yang suka bikin rusuh kesiapa saja yang baru nginjakin
kaki disini. wisma dengan kamar yang cukup lebar dua tempat tidur tambah
lesehan yang cukup menampung kami semua tidur disini. Biaya semalam wisma ini tiga ratus lima puluh ribu.
Artinya
dengan jumlah segitu dibagi kami semua, cukup irit bukan? itulah keuntungan
pergi bersama-sama. Jumlah baginya lebih geedee hehe. Bersama malam kami semua
kembali menunaikan sholat yang sepat tertunda karena alasan perjalanan. Bersama
malam kami juga kembali menyusun renacana ngebolang esok paginya.
Dari nama
Wisma Prambanan cukup memeberi petunjuk nak kemana kaki kami melangkah ditahap
pertama ini, betul… yaitu candi Prambanan. Dari wisma sekitar jam tujuh pagi
kita sudah keluar untuk memulai menelusuri jalan sekalian mencari sarapan. kami
kembali ke arah pertigaan dimana kami diturunkan dari bus tadi malam, tapi
besebrangan jalan. Disana terdapat Halte bus trans Jogja. Bersama bus
tersebutlah kita akan diantar ke arah posisi candi yang biasa disebut-sebut roro jonggrang tersebut.
Sekalai lagi
saya menemukan bus trans kota yang cukup nyaman selain di kota pekanbaru. kalau
kamu pernah naik bus ini, maka kamu akan melihat dibagian dalam terdapat dua
orang petugas mengenakan seragam jawa dan topi yang dinamakan blangkon khas jawa. Bus yang kita
tumpangi akan mengikuti jalur Adisucipto Air port, terlihat rame sekali
turis-turis disisni, dan dari halte ke halte.
Saatnya kita
sampai di halte dimana kita harus turun, disini banyak terdapat delman yang
sudah siap melayani pengunjung yang hendak kemana. Bersama dua delman kita
semua diantarkan menuju candi prambanan, dengan sedikit kebingungan berkeliling
mencari gerbang tiket masuk. Digerbang masing-masing dikenai biaya sebesar tiga
puluh ribu. setiap orang menggunakan sebuah ID card untuk bisa masuk keseluruh
area candi.
Pertama-tama
kita akan disambut oleh taman yang indah, rerumputan, pepohonan rindang seakan
senyumnya merekah tertuju pada siapa saja yang datang berkunjung disini. kedua
kita akan disapa santun oleh bangunan batu abu-abu coklat menjulang ke atas
langit, sungguh mengesankan. Guratan mengisaratkan kematangan ditengah
pergantian waktu dari masa-kemasa, dari periode ke periode. Kokohnya menunjukkan
umur ribuan tahun. Makin kesini kesini, saat kamu melangkahkan kaki kepelataran
ini …diantara candi yang menjulang. Seakan merasakan jutaan misteri tersimpan
dibalik bangunan megah ini. ini menunjukkan betapa kreatifan manusia.
....
Bersambung
Farieco Paldona Putra
klik gambar untuk melihat lebih maksimal
klik gambar untuk melihat lebih maksimal
Wisma, Janti Jogja
naik delman itimewa :D
ibu-ibu bersepeda (difoto dar atas delman)
siap bayar, foto dulu pak dee.. hehe
menjulang, amazing Arcitekture
pintu masuk
mungkin masih kokoh hingga ribuan tahun lagi
didalam gelap sekali, ada bau-bau bunga dan sesajian
susuanan yang detail sekali
tak lekang oleh jaman
para pejalan kaki
jalur pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar