Minggu, 25 Januari 2015

DARI "JARAK" KITA BELAJAR BAGAIMANA "MERINDU"

Siang ini saat saya sedang asik menyelesaikan pekerkaan di depan layar computer, selang beberapa waktu harus terhenti sejenak karena suara dering dari telephone gengamku.. trililittt…!! trililitt…!! trililitt…!!. 

Ibu. Ya ibu ku memanggil via telephone, perlahan ku tingalkan pekerjaan ku dan sejenak duduk tenang di ruangan yang kira-kira tidak mengaggu rekan kerja yang lain. 
kembali suara nyaring bersahaja itu ku perdengarkan, kembali suara yang ku rindu-rindukan itu bercengkrama hangat memenuhi daun telingaku, dan berimajinasi di sudut-sudut pikiranku tentang raut wajahnya, terbayang di pelupuk mata merekah senyumnya.

“Assalamualaikum.. “  ucapnya  merdu. begitu ia membuka pembicaraan.

“nak sedang kerja?” gimana, sehat kah disana”?

Dengan pertanyaan yang cenderung sama terucap, dan jawaban ku juga cenderung tak begitu kreatif kurlontarkan. Tapi aku selalu rindu dengan pertanyaan-pertanyan sederhana semacam itu, pertanyaan biasa tapi seakan berasa masih berada sepenuhnya di lingkaran penjagaan dua orang malaikat ku itu. padahal mereka entah berapa ratusan kilo meter dari kantor ini.

“walaikumsalam.w.wb.”  jawab ku sembil tersenyum.

“Alhamdulillah sehat bu, iya ini sedang kerja.”

“Disana gimana? sehatkah semua?” Tanya ku kembali.

kembali ku nikmati suara itu. suara seseorang yang begitu jauh dari sini, seseorang yang sudah tiga bulan terakhir ini belum sempat ku cium tanggannya.

“Syukurlah .. disini juga sehat semua.. “ jangan lupa makan siang ya.” !

 Kurasakan beberapa percakapan singkat itu bagaikan perpanjangan nyawa merasuk dalam sanubari ini, sebuah percakapan singkat yang seakan menjadi pelecut untuk segera pulang.
Saat berada dirantau orang kita akan lebih faham arti dari kerinduan

Kala jauh dari keluarga kita akan lebih tau berharganya waktu saat berkumpul dengan keluarga

Hidup dirantau orang mengajarkan kita lebih dewasa menghadapi getirnya hidup, lebih berani mengambil kesempatan.

Hidup dirantau orang mengajarkan kita arti kemandirian yang sejati, hidup merantau itu kadang memaksa kita menyerap ilmu dari segala penjuru, dari mana saja dan dari siapa saja. Pelajaran bisa didapat dari buku teks hingga tumpukan cucian dan bahkan sisa uang di dalam dompet.


**
kata Imam Syafii:


Orang berilmu dan beradab tidak diam di kampung halaman

Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang





Farieco Paldona Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar