Nanda selaku Leader dalam pendakian
kali ini semacam memberi kode, siap berangkat. saya, Buyung, Zainal, Adeh, dan
Bowo serempak kembali memeriksa barang bawaan masing-masing. Saling merapatkan
badan, setengah berpelukan semua pada menundukkan kepala dan berdoa sepenuh
hati, agar perjalanan tetap dalam kendali dan aman.
Sebelum kami mulai bergerak, diarea
posko 1 ini bisa dibilang lokasinya cukup luas. Dengan kondisi itu ternyata dimanfaatkan
oleh sekelompok anak Pramuka, kalo ngak salah anak SMP-an gitu. Dan diatara
tenda mereka yang sudah terpasang dengan mantap, mereka juga bikin sebuah unggun
besar, disamping unggun itu ada beberapa orang guru sebagai pendamping kegiatan
kepramukaan.
Masih segar di ingatan saya, mereka mengenakan jacket dan sarung
tangan dengan warna yang mencolok, mereka tersenyum sumbringah kala kami
serentak menyapa.
Ahhh… luar biasa (ucapku dalam hati) ini salah satu yang
bikin saya nyaman, walau hanya sekedar sepotong senyuman serta respek yang hangat
dari warga setempat. tentunya dengan keberadaan kami ini ibaratnya sudah
menjadi suatu sabutan posistih dan awal yang baik.
Kemudian kami ngobrol-ngobrol
dengan pendamping siswa tersebut, ternyata mereka berasal dari kepramukaan salah
satu sekolah di kota Padang. Hayoik!
Ohya, barangkali ada yang
bertanya-tanya, kok naik gunungnya di malam hari sih?, kenapa ngak siang-siang
aja??
Ok jadi gini, ada beberapa alasan
penting kenapa naik gunung itu di lakukan dimalam hari. yang pertama alasanya
karena cuaca. kalo di negeri kita di bulan April, Juni, Juli, Agustus itu
biasanya bulan dimana umumnya cuaca di Indonesia agak panas betul?.
Jadi
alasannya biar ngak begitu terganggu dengan cuaca panasnya dan bikin cepat
capek, tapi kalo malam cuaca dingin-berangin masih bisa diatasi dengan mengenakan
jaket yang cukup. Alasan yang kedua karena ingin menyaksikan Sunrise (matahari terbit) secara
langsung pas sampai di puncak gunung nantinya.
Jadi teman-teman bisa menyeting
sendiri durasi perjalanan mulai naik di awal malam, dan sesampainya di puncak
di awal pagi. Nah moment saat proses terbit matahari itu yang menjadi moment mahal kawan.
Ngarti kan maksutnya kenapa
moment mahal?? Gini, Karena aktifitas Alam yang hanya beberapa menit itu luar biasa
kereeeen Gilaaa. Biasanya banyak dari teman-teman para pendaki manfaatin itu dengan
mengabadikan fenomena alam diawal hari tersebut dalam bentuk foto atau bikin
video gitu. Jadi itu alasannya kira-kira.
ohya satu lagi kenapa naik malam?
karena itu justru lebih menghemat waktu.bagi teman-teman yang datangnya dari
luar daerah, yang terbilang jauh dari daerah ini misalnya kami nih dari
Provinsi Riau dituntut dengan jadwal kerja. Dengan waktu yang terbatas kami
menargetkan besok pagi sudah sampai di puncak, terus ke taman bunga Ederwais,
muter-muter disana sekitar 3-4 jam. kemudian kembali turun gunung. Sampai
dibawah sorenya, kemudian siap asyar kita berangkat lagi ke Riau, karena
paginya esok kembali beraktifitas di tempat kerja. Jadi itu alur sederhana
perjalanan kami.hehe
Baiklah trekking kali ini kami mulai,
senter di tangan masing-masing kami hidupkan, untuk menerangi perjalan kami
hingga puncak. dari belakang rumah
sederhana posko 1 ini, kami melangkah beriringan perlahan-lahan menapaki jalur
pendakian.
Saat ini bisa dikatakan masih jalur lebar, karena jalur ini masih
kontras dengan aktifitas penduduk kaki gunung setiap harinya. memang seperti
kebanyakan, mata pencarian mereka tak lain adalah bertani dan berladang. Hamparan
ladang-ladang masyarakat yang begitu luas di dominasi oleh beraneka ragam sayur-sayuran, berupa: sawi, kol, wortel,
kentang, cabe, bawang, mentimun dan lain-lain. walau tidak begitu jelas dimalam
hari, tapi oke! sayurnya segerrr-benerr lho… :-D
Setengah Jam perjalalan yang kami
lewati masih hamparan luas ladang-ladang penduduk, di sebelah kiri jalan
terdapat deretan pohon bambu, rumpunnya nampak perkasa diatara yang lain,
menjulang tinggi di tengah malam dan tentunya dibawah sepotong rembulan purnama.
Siapa sangka, selain kabar baik mengenai cuaca yang pas malam ini, perjalanan kami
juga di temani oleh cahaya rembulan yang terang “subahanalloh”.
Jadilah kami satu kesatuan rombongan
kecil hoho... didepan rombongan kecil kami rupanya ada sebuah rombongan pendaki
remaja yang lebih besar. kira-kira mereka berjumlah 20 orangan, mereka anak
sekolahan SMA gitu, semua laki-laki. ada dua pendamping (orang dewasa) diatara
mereka, mereka adalah para pelajar di kaki gunung ini.
Mereka masih sangat
muda, punya semangat yang baik dan nampak sekali keceriaan diwajah mereka, bocah-bocah
petualang hehe. Setidaknya dari semangat mereka bikin semangat kami bertambah
dan bertambah hueee... kami sempat beriringan dengan rombongan pelajar tersebut
ya kira-kira 20 menitan, tapi berhubung mereka istirahat dijalan, kami tetap
lanjut (hehe semangat benerr neh preman-preman).
Tidak lama kami meninggalkan rombongan
pelajar, tak terasa kami sudah memasuki zona hutan lebat. Artinya zona ini
adalah wilayah alam bebas, dan artinya lagi jalur yang kami tempuh ini adalah
jalan setapak diantara gulma-gulma liar dengan lebar rata-rata 40 cm.
Area ini masih terbilang datar, dan
basah. area ini terdapat beberapa sumber mata air di sebelah kiri jalan. Bagi
teman-teman yang ingin menambah stok air mentah dan seger, biasanya disinilah
tempatnya menambah persediaan air buat dibawa ke atas.
Tapi perbedaan yang
paling mendasar adalah di hutan lebat itu menghalangi cahaya bulan tentunya
karena dipenuhi pohon-pohon gede, dan suara alam di tengah malam itu
bener-bener lebih diperdengarkan. Artinya kita semua harus konsisten dengan
jalur yang di lewati, jangan terlalu cepat, jangan terlalu lambat dan jaga
jarak dengan anggota yang lain.
Kami tengah ber Intirahat sejenak
Yang lagi minum itu Ade, dan mendocumentasikan adalah saya hehe
Bowo lagi duduk santai nih..
Oke, beberapa jalur telah kita lalui
durasi 3-4 jam perjalanan. Sampailah kita di sebuah area cukup datar dan luas,
sudah ada beberapa tenda sih disana. Tendanya kelompok pendaki lain sudah
terpasang, kira-kira lebih dari 4 tendaan. Berhubung masih ada lokasi yang pas
dan bisa di manfaatin kita memutuskan untuk Istrahat.
Tampa BaaBiiBuuu.! Kami langsung membersihkan
area tenda yang bakal didirikan. Demi efesiensi waktu dan tenaga, pembagian
tugaspun dilakukan, Zainal dan Nanda memasang tenda, Ade mencari kayu bakar,
dan saya, Bowo dan Buyung mencari sumber air, sekalian menambah persediaan.
Dengan membawa wadah berupa botol plasik
kami pun berangkat, setelah mengingat-ingat dimana sumber air, rupanya ada
sumber mata air di area treking yang kami lewati tadi. tepatnya di sebuah
jembatan, dimana jembatan ini hanya berupa tumpukan-tumpukan bambu panjang yang
di bentangkan, lokasi ini benar-benar gelap gulita bro!!, hanya senter ditangan
kami masing-masing sebagai alat penuntun jalan yang paling baik. Kalau
diperhatikan, sebetulnya jembatan ini
cukup dalam 7-8 Meter, sempit lagi.
Dibawahnya mengalir aliran air yang kecil
sekali. permukaannya adalah karang-karang basah berlumut, sementara
disekelilingnya rata-rata pohon-pohon besar, kami mencoba mencari-cari jalur
bagaimana caranya agar bisa turun kebawah. Dan bisa mengambil air segera.
Setelah 10 menit kami tidak juga menemukan jalur yang ideal untuk turun kebawah.
Kemudian saya mencoba mencari jalan sendiri, agar bisa turun kebawah.
Akhirnya saya memilih untuk mengikuti
jalan ke sudut lereng dinding karang. sebetulnya ini cukup licin dan terdapat tempelan-tempelan
hijau lumut, tapi saya tetap mencoba. setelah beberapa langkah dengan pijakan seadanya
di dinding karang. saya berhasil sampai dekat aliran air, yaitu sebuah aliran
kecil yang sebelum jatuh kebawah.
Oke,
saya mencoba untuk menjangkau aliran air tersebut dengan sebuah botol plastik
kosong, setelah bersusah payah memaksimalkan panjang lengan saya, hingga memang
tidak cukup sampai. Saya butuh melompat ke sebuah sudut karang dimana ada
sedikit pijakan untuk berdiri dan bisa ambil air yang mengalir tersebut. tapi
rasanya tidak mungkin, kemungkinan bakal terpeleset dan jatuh itu rasanya
terlalu besar.
“gimana? .. bisa kah”? sahut Buyung
yang sedari tadi mengarahkan cahaya senternya ke area air yang akan saya ambil.
Tiba-tiba Bowo mengambil inisiatif untuk mencoba, “oke! Eko biar saya
yang coba. ‘siapa tau bisa.” Sebelum ia mendekati dan menggantikan saya, ia
mesti melewati lereng karang yang cukup licin tadi. Seperti yang saya lakukan.
Sebetulnya jalur ini tidak di lewati orang sebelum kami. Bowo perlahan melangkah
mendekati posisi saya.
“hati-hati Wo” sahut saya ke pemuda
berkaca mata itu. duaa, tigaa langkah cukup oke, walau nampak dia agak sedikit
gugup dengan sendal gunungnya. kalo saya sih memang pakai sepatu, dia hampir
mendekati posisi saya saat itu, dan satu langkah terakhir???%!@#$!%^&@^!&@
Malang tak dapat di tolak mujur tak dapat diraih. dia terpelesetttt.
Dalam benak saya saat itu adalah membayangkan
dalam dan gelapnya aliran sungai kecil ini bikin saya merinding, gelab banget
bro tambah lagi permukaannya itu tuh.. karang-karang tajam. Dia terperosot,
tangannya mengapai-menggapai panik benda-benda didepannya.
karena sudah dekat
saya, saya dengan cepat menyambar salah satu tangannya, sementara tangan kiri
saya memegang sebuah gundukan batu karang sebagi penahan beban sahabat saya itu.
Oke jujur dengan sedikit panik dan menahan sekuat-kuat tenaga, saya berhasil
menahan tubuhnya dan perlahan menariknya. tabung plastik yang di pegangnya
sedari tadi jatuh kebawah.. bunyinya: tunkk..!ntunkk…!!tunkk!
Semua terjadi begitu cepat, dan
terlihat jelas perubahan diwajah sahabat saya itu, pucat. kejadian ini mirip
seperti seorang sahabat yang meneyelamatkan sahabatnya yang hampir jatuh
kebawah jurang seperti di film-film, bedanya ini adalah nyata. bahkan lebih
buruk lagi dari apa yang kamu bayangkan. jangankan Buyung yang hanya bisa
bengong dari jauh, saya saja ngak menyangka bisa menahan tubuh kawan saya yang
sebetulnya lebih berat dari saya sendiri (Read: The Power of kepepet).
Semoga
ini sebuah menjadi pelajaran dan teguran positif bahwa kami mesti lebih
berhati-hati lagi, bertindak lebih efisien lagi, dan meminimalkan resiko yang
rasanya itu berlebihan.
Dan akhirnya kami mencoba lagi mencari
jalur alternatif lain, setelah beberapa waktu akhirnya ketemu, dengan cara berjalan
mirip setengah lingkaran lebih naik keatas lagi, diantara pohon-pohon besar
kemudin merangkak di akar-akar pohon tersebut. agak susah sih memang, posisinya
itu tanah yang sangat miring. Pelan-pelan dan perlahan akhirnya sampai juga di
sebuah genangan air dan kami memperoleh airnya.
***
Sementara ditenda kami, sudah
terpasang dengan baik tambah sebuah unggun api menyala. kemudian kami merapikan
barang-barang bawaan, seiring semuanya merapat kearea unggun. tak lama menunggu
air mendidih dengan menggunakan sebuah kompor
mini spritus. bikin kopi hanggat.
Kami kembali menikmati malam yang luar biasa.
dibawah pepohonan rindang dan gede, tentunya ditengah-tengah hutan belantara.
dibawah sinaran rembulan serta taburan bintang-bintang yang berkelap-kelip indah
diangkasa raya. Saya mencoba terus menikmati dan mendokumentasikan dalam benak
ini suasana yang keren.
percayalah dengan cara seperti ini kamu akan merasakan
dimana akan semakin kuat ikatan persaudaraan kamu dengan orang disekeliling
kamu. disisi lain kalian bakal lebih tau juga watak dan karakter asli masing
teman kalian. iya selama dalam perjalanan ini.
Maka akan kelihatan tuh mana teman
yang peduli, mana teman yang hanya mikirin diri sendiri, mana yang lebih
mengutamakan kebersamaan dan lain-lain.
Setelah asik bercerita, saling
mengingatkan dan tetap waspada tentunya. saya, Ade, Zainal dan Bowo memutuskan
untuk tidur sejenak kira-kira sampai jam 01:30 wib. sementara Buyung dan Nanda
masih di unggun api, mereka masih bercerita banyak dan menikmati malam. tampa
perlu tidur nampaknya.
Kira-kira jam dua pagi kita sudah siap
kembali menyusun barang-barang bawaan. badan cukup segar kembali dan perlahan
melanjutkan perjalanan ke atas. Kondisi area jalan sudah mulai agak menanjak,
di kiri jalan masih ada tenda-tenda para pendaki yang masih tengah beristirahat,
ada yang sedang tidur di tenda, ada yang lagi menyeduh mie rebus, ada yang sedang
bernyanyi sama-sama diiringi denting dawai gitar..keren.
Kami terus perlahan menapaki tanjakan
jalan yang semakin miring, disinilah letak daya tahan kami di uji. dimedan seperti
ini berjalan perlahan pelan-pelan secara konsisten adalah cara yang paling
baik.
Berjalan melawan dinginnya malam
ditengah hutan bisa diatasi dengan terus berjalan biar suhu tubuh tetap hangat,
walau susah untuk berkeringat. Sesekali kami juga manfaatkan waktu untuk beristirahat,
dan kembali meneguk air dan beberapa cemilan biskuit. Sebetulnya perjalanan itu
sangat melelahkan menyita tenaga tapi karena berjalan konsisten pelan dan
melakukannya bersama-sama, sambil saling bercerita dan sedikit becanda.
maka
rasa capek itu ngak bakal terlalu terasa, padahal jarak tempuh kita sudah jauh
sekali lho...
Sekitar jam 4 kita sudah sampai di
zona awal cadas, artinya zona ini permukaan pijakanya bukan lagi tanah gambut
tapi sudah bebatuan, sudah makin tinggi tanjakannya. kemudaian tanda-tanda area
cadas tersebut adalah tak semua jenis tumbuhan yang mampu bertahan tumbuh
diarea tersebut, nyaris tidak ada pepohonan besar.
Yang tumbuh hanya tanaman
paku-pakuan, seperti paku gajah, paku rambat kecil-kecil, dan gulma-gulma kecil
tertentu saja. Jadi hanya tumbuhan-tumbuhan yang bisa bertahan dengan suhu dingin
yang bisa tumbuh disini, kalo boleh saya memeperkirakan temperatur area ini 20º
C.
Angin semakin terasa kencang, pepohonan
lebat yang seperti kami lalui sebelumnya kini tak ada lagi. bulan purnama pun
kembali ikut menerangi perjalanan kami, kami tuh bagaikan semut kecil mungil
berjumlah enam ekor yang tergopoh-gopoh, perlahan tapi pasti, naik ke puncak
gundukan tanah yang kebih tinggi. saya dan teman-teman makin sering istirahat dijalan.
Kembali menambah energi dari asupan air mineral tambah roti-rotian yang masih
tersisa.
Dibawah taburan bintang-bintang yang
berkelap kelip cantik. dalam duduk istirahat saya kembali mengirup mesra udara
dingin, sejuknya tuh..aduhaaaiiii.., menengadah ke atas langin melafazkan rasa
syukur. Kupandangi wajah kawan-kawanku, memperhatikan guratan wajah-wajah yang
sudah mulai pucat pasi itu. kabar baiknya mereka tersenyum walau capeknya tak
terkata. “Hayo lupakan tetang pekerjaan, “nikmatin perjalanan ini, maka rasa
capeknya ngak bakal terasa” sahut Nanda kepada kami semua.
mengintip bulan purnama di tengah-tengah Hutan, diantara pepohonan
nih bulan setia menemani perjalanan kami sampe pagi hehe..
Waktu sudah menunjukkan jam 04.35 Wib,
sampailah kami di area dimana benar-benar yang ada tuh hanya karang keras
belumut, dan paku rambat dimana-mana. Jadi disini tak ada yang menghalangi lagi
hanya pohon paku gajah satu-satu yang melebihi tinggi manusia. Angin semakin
kencang, tapi di posisi ini sudah cukup ideal buat mengintip negeri Koto Baru
dan sekitar dengan pesonanya dimalam hari. Wahhh sunguh sungguh Wonderful,
lampu-lampu rumah penduduk masih hidup dong yah.
Kebayangkan? di rumah-rumah
penduduk yang bercahaya berlampu
bagaikan lilin-lilin kecil itu, didalamnya terdapat manusia-manusia yang sedang
terlelap dalam tidurnya, didalam selimut yang hangat ditemani guling kesayangan.
Sugguh di awal pagi yang nyaman bagi mereka.
Sementara kami, berada di puncak
gunung berteman dengan terpaan angin yang dingin menusuk tulang, bersahabat
dengan hawa gunung yang membakar hasrat untuk mentafakuri alam raya ini. “Subahanalloh”,
suasana menjelang subuh yang luar biasa.
Disini kami bagaikan raksasa yang
angkuh, seakan mampu mengenggam seluruh negeri koto baru, sumatera barat. Dan
diatas kami ada bintang-bintang yang indah dan lebih agung, sekali-sekali ada awan-awan tipis kesana kemari.
Sekitar jam 5-an kami memutuskan buat
istirahat di sebuah dataran sederhana bebatuan, dilokasi itu kami langsung membuat
api unggun untuk bikin kopi hanggat sekaligus memasak Mie instan. Tapi,
sementara itu saya dan kawan-kawan memanfaatkan waktu untuk Bertayamum untuk
sholat subuh. Karena diarea ini tidak ada yang namanya mata air.
Seumur hidup saya, dari pengalaman saya
naik gunung sebelumnya, inilah sholat yang terasa luar biasa rasanya. subahanalloh
kami bisa berjamaah. Saat kami akan sholat ternyata tampa disangka teman-teman rombongan lain juga ikut sholat
dengan kami, begitu juga dengan rombongan yang sedari tadi sudah duluan sampai
dan medirikan tenda mereka.
Barisan shaf semakin banjang dan bertambah
kebelakang, dan juga ada wanita lho.. jamaah di bagian belakang. Di atas bebatuan,
lingkungan yang begitu miring kami bertakbir dan bersalawat, menengadah.
diatas
awan ini kami bermunajad kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi beserta isi-isinya.
Menyukuri apa yang ada hari ini, dan mentafakuri kebesaranNya.
ini pemandangan rumah-rumah penduduk di pagi hari, lampu-lampunya masih pada nyalaaa..
Di pagi yang dingin, saat mereka mungkin masih terlelap dalam tidur, semantara kami sudah berada diatas awan
Setelah sholat Subuh secara berjamaah,
kami langsung mendidihkan air. Sambil mengelilingi unggun api agar mampu menghangatkan
tubuh, ditambah balutan jaket tebal dan sarung tangan di ujung tangan kami. tengah
menikmati pesona lampu-lapu rumah penduduk di negeri ranah minang. Kami
menyeduh secangkir kopi hanggat dan mie rebus pedas.
subahanalloh “maka nikmat
yang mana lagi yang kau dustakan”?’ “ bercerita dengan sahabat dekat tentang
hal menarik di tempat yang eksotis merupakan sesuatu yang tak semua orang mampu
menikmati pesonanya.
Nanda
yang kamu lihat ini adalah gunung Singgalang, deket banget rasanya bro!!
lagi bahagia nih, tapi belum sampai puncak
siap-siap untuk lanjutkan perjalanan
Jam sudah menunjukkan pukul 05:27 Wib,
kami melanjutkan perjalanan. Rencana untuk sampai di puncak sebelum matahari
terbit nampaknya tidak terkejar lagi. masih ada tanjakan cadas karang total
(tampa ada tumbuhan) yang mesti kami tempuh.
Dan tanjakan ini sangat-sangat
berbahaya, harus pelan-pelan dan penuh dengan kehati-hatian. medan inilah yang
paling di takuti para pendaki gunung, kondisi trek yang hanya rata-rata pas-pas
pijakan kaki. disamping itu, permukaanya lereng tajam dan tebing curam udah
gitu dalam banget men!,
di area ini kalo sedikit saja sempat terpeleset
maka akan fatal akibatnya, isa-bisa bakal terperosot ke bawah terus jatuh hingga
puluhan meter kebawah jurang dan akan di tunggu oleh bebatuan karang yang keras
dan ganas. Sebagai saran buat teman-teman dalam ngehadapin trek ini, sebaiknya gunakanlah
perlengkapan gung safety yang baik, menggunakan sepatu yang baik, berjalanlah
konsisten pelan-pelan, dan bawalah ransel beserta barang bawaan yang tidak berlebihan.
Artinya biar bisa seimbang dengan tuh
badan hehe.
*****
di dunia yang luas ini bukan sekedar duduk manis didepan Labtop atau HP, lantas terkoneksi dengan jejaring sosial yang sebenarnya semu.
tak perlulah banyak komentar serta anggapan-aggapan dan ketakukan yang tak berkesudahan. saat ini juga ambil ranselmu, mari kita telusuri cantiknya negeri negeri, daerah daerah, sungai sungai, gunung gunung, dan hamparan pantai pantai.
kita bakal temukan sisi Amazingnya di negeri Indonesia tercinta ini.
lepaskan resah akan sesuatu diatas meja kerja, dan tentang sesuatu di monitor komputer mu.
kayuh sebilah pendayung itu yang akan membawa mu ke tengah samudera. tuntun hati untuk lebih banyak melihat kehidupan yang sebetulnya begitu jauh lebih Keren di luar sana.
hingga kau akan menyadari betapa kecilnya 'loe'
betapa lemahnya 'loe' ,
dan betapa singkatnya waktu 'loe men!! . B-)
********
Nnnnahh… Di titik ini, kita bakal bisa
semakin jelas menyaksikan pemandangan alam luerr biasee didepan kami, rumah
penduduk, hamparan sawah, jalan, area cocok tanam dan lain lain. pesonanya tuh
aaa…cakep.. Sudah pada tau belum kalo gunung Talang sanggat jelas kalo di lihat
dari atas gunung Marapi ini. Angkuh banget Gilaaaaaaa…!!
Di trek ini, saya berada diposisi
paling depan, dibelakang saya ada Bowo, kemudian Zainal, diikuti Ade dan paling
buntut Nanda dan Buyung.
Kira-kira jam 06:40 Wib, saya sampai
di puncak terlebih dahulu, dan berdiri pas dekat tugu berantai. Lanscape koto baru
dan kokohnya gunung talang tersuguh cantik didepan saya ya Alloh. Tangan ini perlahan
terkepal seiring melafazkan Takbir.
Menikmati pemandangan anggun dan nyata ini,
seakan hilang rasa lelah itu, saya melihat beberapa gundukan awan, haha saya
lebih tinggi dari awan itu sentak saya melafaskan alhamdulillaah, Allahuakbar. tersenyum
maksimal, dan duduk santai diatas karang. manatap luasnya negeri ini.
Subahanalloh.
kala kamu berada posisi seperti ini, maka kamu akan terdiam beberapa saat dan bilang "aaa,,,, betapa kecilnya sayaaaaa.... hehehe :-D
Bowo: "lagi Takbir nih.." luar biasa
Zainal : perdana dan awal yang baik :-D
salam terindah dari kalian semua telah saya sampaikan di titik tertinggi ini, diatas awan
Beberapa waktu kemudian munculah teman
saya Bowo dengan tersengal-sengal hingga mencapai puncak. Karena dengan
semangatnya tu anak, sampai bikin saya agak kagettt, tiba-tiba suara
lantangnnya dia bertakbir.”Allahuakbar!! di iringi kepalan tangan kanan diatas
kepalanya. Luar biasa”, kami toss-tossan. “Selamat sob…”
***
Kami sampai di puncak, angin berhembus
semakin kuat, suhu makin panas terik. Kami beberapa saat saling berpencar, ada
yang mengabadikan dirinya dengan berfoto-foto di hamparan pasir luas, nah ini
pasir luasnya tu kira-kira seluas lapangan sepak bola. ada yang bikin video,
Ada yang makan dan minum.
Zainal; Tuggu beton berantai
Ade
nnnahhh..bukit pas di belakang Zainal itu puncak Marpati, sayangnya kami ngak bisa kesana
depan kita ini kawah dalem sekali..uiihh!!!
yang seperti kolam kecil dibelakang saya itu adalah Danau Singkarak Kabupaten Solok , kecil banget kelihatannya :)
rombongan kami dan rombongan yang lain
semoga kita termasuk orang-orang yang menyadari akan indahnya negeri ini
Tuhan betapa cantiknya Negeri ini, Bantu kami mejaganya ... Aamiin
Sebelum sampai di bukit kecil ini kita harus melewati jalan dimana posisinya
tuh pas disamping sebuah kawah besar.
Karena disamping kawah yang
berbalerang, kadang untuk mencapainya, sering dihalangi oleh asap balerang.
arah angin mesti di perhatikan, waktu itu angin mengarah ke titik pebukitan
Marpati, artinya jalan yang bakal kami lewati di selimuti asap balerang.
Dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan, Kami memilih tidak jadi naik ke puncak Marpati.
Kami semua lebih memilih memanfaatkan
waktu untuk bersantai-santai dan berfoto-foto. Setelah beberapa waktu istirahat
kami kembali menyusun rencana, ada yang mengusulkan untuk lanjut ke lereng belakang, taman bunga Ederwais.
Menimbang-nimbang waktu dan sisa tenaga, berhubung sekitar jam 2 atau jam 3 sore
kami harus berangkat lagi ke provinsi Riau. Niat itu akhirnya kami tangguhkan.
Semakin siang semakin panas, dan
semakin rame orang-orang di puncak ini, rombongan remaja, mahasiswa dan ada
juga rombongan bapak-bapak dengan kostum traning seragam. Pokonya rame deh.
Hehe.
Oke setelah puas diatas dan capek juga
mutar-mutar, kemudian duduk sebentar. Dan kami sepakat turun gunung dengan
melewati jalur yang sama.
Kalo turun itu rasanya bukannya lebih mudah, tapi rasanya
lebih sulit mungkin karena medannya terjal jadi kaki ini lebih banyak menahan
beban tubuh tambah barang bawaan. Jadi mesti pelan-pelan banget dengan sisa tenaga
yang ada. siang itu makin panas, setelah melewati hutan belantara, saya kembali
disuguhkan dengan suasana alam yang luar biasa ada suara burung-burung, dan
suara-suara penduduk hutan yang nyata.
Kira-kira jam 12.25 Wib dengan wajah
yang lemas dan capek ditengah terik panasnya matahari. kami sudah sampai lagi
di peristirahatan posko 1. disana kami setengah terkapar, meluruskan kaki, buka
sepatu dan sekalian menunggu kedatangan Rido yang bakal ngejemput kami dengan
mobilnya.
Setengah jam berlalu Rido pun datang
menjeput kami. Kami perlahan kembali kebawah, mengikuti jalur jalan
berkelok-kelok diatara ladang-ladang sayur masyarakat sekitar.
Kita semua kembali lagi kekediaman
orang tua nanda, hehe artinya kembali merepotkan orang tua kawan yang satu itu
hehe. Lagi dan lagi. tapi keluarga Nanda pokoknya baik bangetlah. Makasih
banyak ya bu…. Hehehe.
kami bersih-bersih, mandi, sholat, makan siang, dan
sejenak istirahat. Kira-kira jam 16:15 Wib Kami kembali menyusun barang bawaan
masing-masing kemobil, dan kembali berangkat ke Negeri Melayu.
Negeri dimana
kami mencari rejeki untuk menafkahi diri dan orang tua yang sangat kami cintai.
….
Terimakasih telah membaca ^_^
By Farieco Paldona Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar