Kamis, 02 Oktober 2014

Ngopi "diatas awan" part 2



Nanda selaku Leader dalam pendakian kali ini semacam memberi kode, siap berangkat. saya, Buyung, Zainal, Adeh, dan Bowo serempak kembali memeriksa barang bawaan masing-masing. Saling merapatkan badan, setengah berpelukan semua pada menundukkan kepala dan berdoa sepenuh hati, agar perjalanan tetap dalam kendali dan aman.

Sebelum kami mulai bergerak, diarea posko 1 ini bisa dibilang lokasinya cukup luas. Dengan kondisi itu ternyata dimanfaatkan oleh sekelompok anak Pramuka, kalo ngak salah anak SMP-an gitu. Dan diatara tenda mereka yang sudah terpasang dengan mantap, mereka juga bikin sebuah unggun besar, disamping unggun itu ada beberapa orang guru sebagai pendamping kegiatan kepramukaan. 
Masih segar di ingatan saya, mereka mengenakan jacket dan sarung tangan dengan warna yang mencolok, mereka tersenyum sumbringah kala kami serentak menyapa. 
Ahhh… luar biasa (ucapku dalam hati) ini salah satu yang bikin saya nyaman, walau hanya sekedar sepotong senyuman serta respek yang hangat dari warga setempat. tentunya dengan keberadaan kami ini ibaratnya sudah menjadi suatu sabutan posistih dan awal yang baik. 
Kemudian kami ngobrol-ngobrol dengan pendamping siswa tersebut, ternyata mereka berasal dari kepramukaan salah satu sekolah di kota Padang. Hayoik!

Ohya, barangkali ada yang bertanya-tanya, kok naik gunungnya di malam hari sih?, kenapa ngak siang-siang aja??
Ok jadi gini, ada beberapa alasan penting kenapa naik gunung itu di lakukan dimalam hari. yang pertama alasanya karena cuaca. kalo di negeri kita di bulan April, Juni, Juli, Agustus itu biasanya bulan dimana umumnya cuaca di Indonesia agak panas betul?. 

Jadi alasannya biar ngak begitu terganggu dengan cuaca panasnya dan bikin cepat capek, tapi kalo malam cuaca dingin-berangin masih bisa diatasi dengan mengenakan jaket yang cukup. Alasan yang kedua karena ingin menyaksikan Sunrise (matahari terbit) secara langsung pas sampai di puncak gunung nantinya. 

Jadi teman-teman bisa menyeting sendiri durasi perjalanan mulai naik di awal malam, dan sesampainya di puncak di awal pagi. Nah moment saat proses terbit matahari itu yang menjadi  moment mahal kawan. 
Ngarti kan maksutnya kenapa moment mahal?? Gini, Karena aktifitas Alam yang hanya beberapa menit itu luar biasa kereeeen Gilaaa. Biasanya banyak dari teman-teman para pendaki manfaatin itu dengan mengabadikan fenomena alam diawal hari tersebut dalam bentuk foto atau bikin video gitu. Jadi itu alasannya kira-kira. 

ohya satu lagi kenapa naik malam? karena itu justru lebih menghemat waktu.bagi teman-teman yang datangnya dari luar daerah, yang terbilang jauh dari daerah ini misalnya kami nih dari Provinsi Riau dituntut dengan jadwal kerja. Dengan waktu yang terbatas kami menargetkan besok pagi sudah sampai di puncak, terus ke taman bunga Ederwais, muter-muter disana sekitar 3-4 jam. kemudian kembali turun gunung. Sampai dibawah sorenya, kemudian siap asyar kita berangkat lagi ke Riau, karena paginya esok kembali beraktifitas di tempat kerja. Jadi itu alur sederhana perjalanan kami.hehe

Baiklah trekking kali ini kami mulai, senter di tangan masing-masing kami hidupkan, untuk menerangi perjalan kami hingga puncak.  dari belakang rumah sederhana posko 1 ini, kami melangkah beriringan perlahan-lahan menapaki jalur pendakian. 
Saat ini bisa dikatakan masih jalur lebar, karena jalur ini masih kontras dengan aktifitas penduduk kaki gunung setiap harinya. memang seperti kebanyakan, mata pencarian mereka tak lain adalah bertani dan berladang. Hamparan ladang-ladang masyarakat yang begitu luas di dominasi oleh beraneka ragam  sayur-sayuran, berupa: sawi, kol, wortel, kentang, cabe, bawang, mentimun dan lain-lain. walau tidak begitu jelas dimalam hari, tapi oke! sayurnya segerrr-benerr lho… :-D 

Setengah Jam perjalalan yang kami lewati masih hamparan luas ladang-ladang penduduk, di sebelah kiri jalan terdapat deretan pohon bambu, rumpunnya nampak perkasa diatara yang lain, menjulang tinggi di tengah malam dan tentunya dibawah sepotong rembulan purnama. Siapa sangka, selain kabar baik mengenai cuaca yang pas malam ini, perjalanan kami juga di temani oleh cahaya rembulan yang terang “subahanalloh”. 

Jadilah kami satu kesatuan rombongan kecil hoho... didepan rombongan kecil kami rupanya ada sebuah rombongan pendaki remaja yang lebih besar. kira-kira mereka berjumlah 20 orangan, mereka anak sekolahan SMA gitu, semua laki-laki. ada dua pendamping (orang dewasa) diatara mereka, mereka adalah para pelajar di kaki gunung ini. 
Mereka masih sangat muda, punya semangat yang baik dan nampak sekali keceriaan diwajah mereka, bocah-bocah petualang hehe. Setidaknya dari semangat mereka bikin semangat kami bertambah dan bertambah hueee... kami sempat beriringan dengan rombongan pelajar tersebut ya kira-kira 20 menitan, tapi berhubung mereka istirahat dijalan, kami tetap lanjut (hehe semangat benerr neh preman-preman). 

Tidak lama kami meninggalkan rombongan pelajar, tak terasa kami sudah memasuki zona hutan lebat. Artinya zona ini adalah wilayah alam bebas, dan artinya lagi jalur yang kami tempuh ini adalah jalan setapak diantara gulma-gulma liar dengan lebar rata-rata 40 cm.

Area ini masih terbilang datar, dan basah. area ini terdapat beberapa sumber mata air di sebelah kiri jalan. Bagi teman-teman yang ingin menambah stok air mentah dan seger, biasanya disinilah tempatnya menambah persediaan air buat dibawa ke atas. 
Tapi perbedaan yang paling mendasar adalah di hutan lebat itu menghalangi cahaya bulan tentunya karena dipenuhi pohon-pohon gede, dan suara alam di tengah malam itu bener-bener lebih diperdengarkan. Artinya kita semua harus konsisten dengan jalur yang di lewati, jangan terlalu cepat, jangan terlalu lambat dan jaga jarak dengan anggota yang lain. 

Kami tengah ber Intirahat sejenak



Yang lagi minum itu Ade, dan mendocumentasikan adalah saya hehe

 Bowo lagi duduk santai nih..

Sebetulnya yang paling suka dan pernah naik gunung sebelumnya hanya saya, Nanda dan buyung, sementara Bowo, Ade dan Zainal mereka baru pertama ini nyoba naik gunung. Dan Diantara kami yang pernah terkhir kali mendaki, khusus Gunung Marapi ini hanya saya, itu pun tiga tahun yang lalu haha. sementara Buyung dan Nanda terakhir kali naik gunung ini masih Sekolah Dasar.. hahaha.. (*udah lama kali pun…Woy!! :-D

Oke, beberapa jalur telah kita lalui durasi 3-4 jam perjalanan. Sampailah kita di sebuah area cukup datar dan luas, sudah ada beberapa tenda sih disana. Tendanya kelompok pendaki lain sudah terpasang, kira-kira lebih dari 4 tendaan. Berhubung masih ada lokasi yang pas dan bisa di manfaatin kita memutuskan untuk Istrahat.   
Tampa BaaBiiBuuu.! Kami langsung membersihkan area tenda yang bakal didirikan. Demi efesiensi waktu dan tenaga, pembagian tugaspun dilakukan, Zainal dan Nanda memasang tenda, Ade mencari kayu bakar, dan saya, Bowo dan Buyung mencari sumber air, sekalian menambah persediaan.

Dengan membawa wadah berupa botol plasik kami pun berangkat, setelah mengingat-ingat dimana sumber air, rupanya ada sumber mata air di area treking yang kami lewati tadi. tepatnya di sebuah jembatan, dimana jembatan ini hanya berupa tumpukan-tumpukan bambu panjang yang di bentangkan, lokasi ini benar-benar gelap gulita bro!!, hanya senter ditangan kami masing-masing sebagai alat penuntun jalan yang paling baik. Kalau diperhatikan,  sebetulnya jembatan ini cukup dalam 7-8 Meter, sempit lagi. 

Dibawahnya mengalir aliran air yang kecil sekali. permukaannya adalah karang-karang basah berlumut, sementara disekelilingnya rata-rata pohon-pohon besar, kami mencoba mencari-cari jalur bagaimana caranya agar bisa turun kebawah. Dan bisa mengambil air segera. Setelah 10 menit kami tidak juga menemukan jalur yang ideal untuk turun kebawah. Kemudian saya mencoba mencari jalan sendiri, agar bisa turun kebawah. 

Akhirnya saya memilih untuk mengikuti jalan ke sudut lereng dinding karang. sebetulnya ini cukup licin dan terdapat tempelan-tempelan hijau lumut, tapi saya tetap mencoba. setelah beberapa langkah dengan pijakan seadanya di dinding karang. saya berhasil sampai dekat aliran air, yaitu sebuah aliran kecil yang sebelum jatuh  kebawah. 
Oke, saya mencoba untuk menjangkau aliran air tersebut dengan sebuah botol plastik kosong, setelah bersusah payah memaksimalkan panjang lengan saya, hingga memang tidak cukup sampai. Saya butuh melompat ke sebuah sudut karang dimana ada sedikit pijakan untuk berdiri dan bisa ambil air yang mengalir tersebut. tapi rasanya tidak mungkin, kemungkinan bakal terpeleset dan jatuh itu rasanya terlalu besar. 

“gimana? .. bisa kah”? sahut Buyung yang sedari tadi mengarahkan cahaya senternya ke area air yang akan saya ambil. 

Tiba-tiba Bowo mengambil  inisiatif untuk mencoba, “oke! Eko biar saya yang coba. ‘siapa tau bisa.” Sebelum ia mendekati dan menggantikan saya, ia mesti melewati lereng karang yang cukup licin tadi. Seperti yang saya lakukan. Sebetulnya jalur ini tidak di lewati orang sebelum kami. Bowo perlahan melangkah mendekati posisi saya.

“hati-hati Wo” sahut saya ke pemuda berkaca mata itu. duaa, tigaa langkah cukup oke, walau nampak dia agak sedikit gugup dengan sendal gunungnya. kalo saya sih memang pakai sepatu, dia hampir mendekati posisi saya saat itu, dan satu langkah terakhir???%!@#$!%^&@^!&@ 
Malang tak dapat di tolak mujur tak dapat diraih. dia terpelesetttt. 

Dalam benak saya saat itu adalah membayangkan dalam dan gelapnya aliran sungai kecil ini bikin saya merinding, gelab banget bro tambah lagi permukaannya itu tuh.. karang-karang tajam. Dia terperosot, tangannya mengapai-menggapai panik benda-benda didepannya. 
karena sudah dekat saya, saya dengan cepat menyambar salah satu tangannya, sementara tangan kiri saya memegang sebuah gundukan batu karang sebagi penahan beban sahabat saya itu. Oke jujur dengan sedikit panik dan menahan sekuat-kuat tenaga, saya berhasil menahan tubuhnya dan perlahan menariknya. tabung plastik yang di pegangnya sedari tadi jatuh kebawah.. bunyinya: tunkk..!ntunkk…!!tunkk!

Semua terjadi begitu cepat, dan terlihat jelas perubahan diwajah sahabat saya itu, pucat. kejadian ini mirip seperti seorang sahabat yang meneyelamatkan sahabatnya yang hampir jatuh kebawah jurang seperti di film-film, bedanya ini adalah nyata. bahkan lebih buruk lagi dari apa yang kamu bayangkan. jangankan Buyung yang hanya bisa bengong dari jauh, saya saja ngak menyangka bisa menahan tubuh kawan saya yang sebetulnya lebih berat dari saya sendiri (Read: The Power of kepepet). 
Semoga ini sebuah menjadi pelajaran dan teguran positif bahwa kami mesti lebih berhati-hati lagi, bertindak lebih efisien lagi, dan meminimalkan resiko yang rasanya itu berlebihan.

Dan akhirnya kami mencoba lagi mencari jalur alternatif lain, setelah beberapa waktu akhirnya ketemu, dengan cara berjalan mirip setengah lingkaran lebih naik keatas lagi, diantara pohon-pohon besar kemudin merangkak di akar-akar pohon tersebut. agak susah sih memang, posisinya itu tanah yang sangat miring. Pelan-pelan dan perlahan akhirnya sampai juga di sebuah genangan air dan kami memperoleh airnya.

***
Sementara ditenda kami, sudah terpasang dengan baik tambah sebuah unggun api menyala. kemudian kami merapikan barang-barang bawaan, seiring semuanya merapat kearea unggun. tak lama menunggu air mendidih  dengan menggunakan sebuah kompor mini spritus. bikin kopi hanggat. 
Kami kembali menikmati malam yang luar biasa. dibawah pepohonan rindang dan gede, tentunya ditengah-tengah hutan belantara. dibawah sinaran rembulan serta taburan bintang-bintang yang berkelap-kelip indah diangkasa raya. Saya mencoba terus menikmati dan mendokumentasikan dalam benak ini suasana yang keren. 
percayalah dengan cara seperti ini kamu akan merasakan dimana akan semakin kuat ikatan persaudaraan kamu dengan orang disekeliling kamu. disisi lain kalian bakal lebih tau juga watak dan karakter asli masing teman kalian. iya selama dalam perjalanan ini. 
 Maka akan kelihatan tuh mana teman yang peduli, mana teman yang hanya mikirin diri sendiri, mana yang lebih mengutamakan kebersamaan dan lain-lain.

Setelah asik bercerita, saling mengingatkan dan tetap waspada tentunya. saya, Ade, Zainal dan Bowo memutuskan untuk tidur sejenak kira-kira sampai jam 01:30 wib. sementara Buyung dan Nanda masih di unggun api, mereka masih bercerita banyak dan menikmati malam. tampa perlu tidur nampaknya.

Kira-kira jam dua pagi kita sudah siap kembali menyusun barang-barang bawaan. badan cukup segar kembali dan perlahan melanjutkan perjalanan ke atas. Kondisi area jalan sudah mulai agak menanjak, di kiri jalan masih ada tenda-tenda para pendaki yang masih tengah beristirahat, ada yang sedang tidur di tenda, ada yang lagi menyeduh mie rebus, ada yang sedang bernyanyi sama-sama diiringi denting dawai gitar..keren.

Kami terus perlahan menapaki tanjakan jalan yang semakin miring, disinilah letak daya tahan kami di uji. dimedan seperti ini berjalan perlahan pelan-pelan secara konsisten adalah cara yang paling baik. 
Berjalan melawan  dinginnya malam ditengah hutan bisa diatasi dengan terus berjalan biar suhu tubuh tetap hangat, walau susah untuk berkeringat. Sesekali kami juga manfaatkan waktu untuk beristirahat, dan kembali meneguk air dan beberapa cemilan biskuit. Sebetulnya perjalanan itu sangat melelahkan menyita tenaga tapi karena berjalan konsisten pelan dan melakukannya bersama-sama, sambil saling bercerita dan sedikit becanda. 
maka rasa capek itu ngak bakal terlalu terasa, padahal jarak tempuh kita sudah jauh sekali lho...

Sekitar jam 4 kita sudah sampai di zona awal cadas, artinya zona ini permukaan pijakanya bukan lagi tanah gambut tapi sudah bebatuan, sudah makin tinggi tanjakannya. kemudaian tanda-tanda area cadas tersebut adalah tak semua jenis tumbuhan yang mampu bertahan tumbuh diarea tersebut, nyaris tidak ada pepohonan besar. 
Yang tumbuh hanya tanaman paku-pakuan, seperti paku gajah, paku rambat kecil-kecil, dan gulma-gulma kecil tertentu saja. Jadi hanya tumbuhan-tumbuhan yang bisa bertahan dengan suhu dingin yang bisa tumbuh disini, kalo boleh saya memeperkirakan temperatur area ini 20º C.

Angin semakin terasa kencang, pepohonan lebat yang seperti kami lalui sebelumnya kini tak ada lagi. bulan purnama pun kembali ikut menerangi perjalanan kami, kami tuh bagaikan semut kecil mungil berjumlah enam ekor yang tergopoh-gopoh, perlahan tapi pasti, naik ke puncak gundukan tanah yang kebih tinggi. saya dan teman-teman makin sering istirahat dijalan. Kembali menambah energi dari asupan air mineral tambah roti-rotian yang masih tersisa.  

Dibawah taburan bintang-bintang yang berkelap kelip cantik. dalam duduk istirahat saya kembali mengirup mesra udara dingin, sejuknya tuh..aduhaaaiiii.., menengadah ke atas langin melafazkan rasa syukur. Kupandangi wajah kawan-kawanku, memperhatikan guratan wajah-wajah yang sudah mulai pucat pasi itu. kabar baiknya mereka tersenyum walau capeknya tak terkata. “Hayo lupakan tetang pekerjaan, “nikmatin perjalanan ini, maka rasa capeknya ngak bakal terasa” sahut Nanda kepada kami semua.

mengintip bulan purnama di tengah-tengah Hutan, diantara pepohonan


nih bulan setia menemani perjalanan kami sampe pagi hehe..

Waktu sudah menunjukkan jam 04.35 Wib, sampailah kami di area dimana benar-benar yang ada tuh hanya karang keras belumut, dan paku rambat dimana-mana. Jadi disini tak ada yang menghalangi lagi hanya pohon paku gajah satu-satu yang melebihi tinggi manusia. Angin semakin kencang, tapi di posisi ini sudah cukup ideal buat mengintip negeri Koto Baru dan sekitar dengan pesonanya dimalam hari. Wahhh sunguh sungguh Wonderful, lampu-lampu rumah penduduk masih hidup dong yah.

Kebayangkan? di rumah-rumah penduduk  yang bercahaya berlampu bagaikan lilin-lilin kecil itu, didalamnya terdapat manusia-manusia yang sedang terlelap dalam tidurnya, didalam selimut yang hangat ditemani guling kesayangan. 
Sugguh di awal pagi yang nyaman bagi mereka. 
Sementara kami, berada di puncak gunung berteman dengan terpaan angin yang dingin menusuk tulang, bersahabat dengan hawa gunung yang membakar hasrat untuk mentafakuri alam raya ini. “Subahanalloh”, suasana menjelang subuh yang luar biasa. 

Disini kami bagaikan raksasa yang angkuh, seakan mampu mengenggam seluruh negeri koto baru, sumatera barat. Dan diatas kami ada bintang-bintang yang indah dan lebih agung, sekali-sekali  ada awan-awan tipis kesana kemari.

Sekitar jam 5-an kami memutuskan buat istirahat di sebuah dataran sederhana bebatuan, dilokasi itu kami langsung membuat api unggun untuk bikin kopi hanggat sekaligus memasak Mie instan. Tapi, sementara itu saya dan kawan-kawan memanfaatkan waktu untuk Bertayamum untuk sholat subuh. Karena diarea ini tidak ada yang namanya mata air. 

Seumur hidup saya, dari pengalaman saya naik gunung sebelumnya, inilah sholat yang terasa luar biasa rasanya. subahanalloh kami bisa berjamaah. Saat kami akan sholat ternyata tampa disangka  teman-teman rombongan lain juga ikut sholat dengan kami, begitu juga dengan rombongan yang sedari tadi sudah duluan sampai dan medirikan tenda mereka. 
Barisan shaf semakin banjang dan bertambah kebelakang, dan juga ada wanita lho.. jamaah di bagian belakang. Di atas bebatuan, lingkungan yang begitu miring kami bertakbir dan bersalawat, menengadah. 
diatas awan ini kami bermunajad kepada Zat yang menciptakan langit dan bumi beserta isi-isinya. Menyukuri apa yang ada hari ini, dan mentafakuri kebesaranNya.

ini pemandangan rumah-rumah penduduk di pagi hari, lampu-lampunya masih pada nyalaaa..


Di pagi yang dingin, saat mereka mungkin masih terlelap dalam tidur, semantara kami sudah berada diatas awan

Setelah sholat Subuh secara berjamaah, kami langsung mendidihkan air. Sambil mengelilingi unggun api agar mampu menghangatkan tubuh, ditambah balutan jaket tebal dan sarung tangan di ujung tangan kami. tengah menikmati pesona lampu-lapu rumah penduduk di negeri ranah minang. Kami menyeduh secangkir kopi hanggat dan mie rebus pedas. 
subahanalloh “maka nikmat yang mana lagi yang kau dustakan”?’ “ bercerita dengan sahabat dekat tentang hal menarik di tempat yang eksotis merupakan sesuatu yang tak semua orang mampu menikmati pesonanya.
Nanda

yang kamu lihat ini adalah gunung Singgalang, deket banget rasanya bro!!
lagi bahagia nih, tapi belum sampai puncak
siap-siap untuk lanjutkan perjalanan

Jam sudah menunjukkan pukul 05:27 Wib, kami melanjutkan perjalanan. Rencana untuk sampai di puncak sebelum matahari terbit nampaknya tidak terkejar lagi. masih ada tanjakan cadas karang total (tampa ada tumbuhan) yang mesti kami tempuh. 
Dan tanjakan ini sangat-sangat berbahaya, harus pelan-pelan dan penuh dengan kehati-hatian. medan inilah yang paling di takuti para pendaki gunung, kondisi trek yang hanya rata-rata pas-pas pijakan kaki. disamping itu, permukaanya lereng tajam dan tebing curam udah gitu dalam banget men!, 

di area ini kalo sedikit saja sempat terpeleset maka akan fatal akibatnya, isa-bisa bakal terperosot ke bawah terus jatuh hingga puluhan meter kebawah jurang dan akan di tunggu oleh bebatuan karang yang keras dan ganas. Sebagai saran buat teman-teman dalam ngehadapin trek ini, sebaiknya gunakanlah perlengkapan gung safety yang baik, menggunakan sepatu yang baik, berjalanlah konsisten pelan-pelan, dan bawalah ransel beserta barang bawaan yang tidak berlebihan.  Artinya biar bisa seimbang dengan tuh badan hehe.



 *****

di dunia yang luas ini bukan sekedar duduk manis didepan Labtop atau HP, lantas terkoneksi dengan jejaring sosial yang sebenarnya semu.

tak perlulah banyak komentar serta anggapan-aggapan dan ketakukan yang tak berkesudahan. saat ini juga ambil ranselmu, mari kita telusuri cantiknya negeri negeri, daerah daerah, sungai sungai, gunung gunung, dan hamparan pantai pantai.

kita bakal temukan sisi Amazingnya di negeri Indonesia tercinta ini.

lepaskan resah akan sesuatu diatas meja kerja, dan tentang sesuatu di monitor komputer mu.

kayuh sebilah pendayung itu  yang akan membawa mu ke tengah samudera. tuntun hati untuk lebih banyak melihat kehidupan yang sebetulnya begitu jauh lebih Keren di luar sana.

hingga kau akan menyadari betapa kecilnya 'loe'

betapa lemahnya 'loe' ,

dan betapa singkatnya waktu 'loe men!! .  B-)


********


Nnnnahh… Di titik ini, kita bakal bisa semakin jelas menyaksikan pemandangan alam luerr biasee didepan kami, rumah penduduk, hamparan sawah, jalan, area cocok tanam dan lain lain. pesonanya tuh aaa…cakep.. Sudah pada tau belum kalo gunung Talang sanggat jelas kalo di lihat dari atas gunung Marapi ini. Angkuh banget Gilaaaaaaa…!!



Di trek ini, saya berada diposisi paling depan, dibelakang saya ada Bowo, kemudian Zainal, diikuti Ade dan paling buntut Nanda dan Buyung. 

Kira-kira jam 06:40 Wib, saya sampai di puncak terlebih dahulu, dan berdiri pas dekat tugu berantai. Lanscape koto baru dan kokohnya gunung talang tersuguh cantik didepan saya ya Alloh. Tangan ini perlahan terkepal seiring melafazkan Takbir. 
Menikmati pemandangan anggun dan nyata ini, seakan hilang rasa lelah itu, saya melihat beberapa gundukan awan, haha saya lebih tinggi dari awan itu sentak saya melafaskan alhamdulillaah, Allahuakbar. tersenyum maksimal, dan duduk santai diatas karang. manatap luasnya negeri ini. Subahanalloh.

kala kamu berada posisi seperti ini,  maka kamu akan terdiam beberapa saat dan bilang "aaa,,,, betapa kecilnya sayaaaaa.... hehehe :-D
Bowo: "lagi Takbir nih.." luar biasa
Zainal : perdana dan awal yang baik :-D
salam terindah dari kalian semua telah saya sampaikan di titik tertinggi ini, diatas awan

Beberapa waktu kemudian munculah teman saya Bowo dengan tersengal-sengal hingga mencapai puncak. Karena dengan semangatnya tu anak, sampai bikin saya agak kagettt, tiba-tiba suara lantangnnya dia bertakbir.”Allahuakbar!! di iringi kepalan tangan kanan diatas kepalanya. Luar biasa”, kami toss-tossan. “Selamat sob…”  

***
Kami sampai di puncak, angin berhembus semakin kuat, suhu makin panas terik. Kami beberapa saat saling berpencar, ada yang mengabadikan dirinya dengan berfoto-foto di hamparan pasir luas, nah ini pasir luasnya tu kira-kira seluas lapangan sepak bola. ada yang bikin video, Ada yang makan dan minum. 
 
 
  Zainal; Tuggu beton berantai

 
  Ade








nnnahhh..bukit pas di belakang Zainal itu puncak Marpati, sayangnya kami ngak bisa kesana
depan kita ini kawah dalem sekali..uiihh!!!








yang seperti kolam kecil dibelakang saya itu adalah Danau Singkarak Kabupaten Solok , kecil banget kelihatannya  :)


rombongan kami dan rombongan yang lain

 
 semoga kita termasuk orang-orang yang menyadari akan indahnya negeri ini

 
 Tuhan betapa cantiknya Negeri ini, Bantu kami mejaganya ... Aamiin

Oh iya, Jalan kami selanjutnya adalah menuju sebuah bukit tertinggi namanya Marpati. Marpati ini sebetulnya berupa pebukitan kecil yang dikatakan titik tertinggi digunung Marapi karena memang lebih tinggi dari yang lain. 
Sebelum sampai di bukit kecil ini kita harus melewati jalan dimana posisinya tuh pas disamping sebuah kawah besar. 

Karena disamping kawah yang berbalerang, kadang untuk mencapainya, sering dihalangi oleh asap balerang. arah angin mesti di perhatikan, waktu itu angin mengarah ke titik pebukitan Marpati, artinya jalan yang bakal kami lewati di selimuti asap balerang. 
Dengan mempertimbangkan tingkat keselamatan, Kami memilih tidak jadi naik ke puncak Marpati.
Kami semua lebih memilih memanfaatkan waktu untuk bersantai-santai dan berfoto-foto. Setelah beberapa waktu istirahat kami kembali menyusun rencana, ada yang mengusulkan untuk lanjut ke lereng  belakang, taman bunga Ederwais. Menimbang-nimbang waktu dan sisa tenaga, berhubung sekitar jam 2 atau jam 3 sore kami harus berangkat lagi ke provinsi Riau. Niat itu akhirnya kami tangguhkan.

Semakin siang semakin panas, dan semakin rame orang-orang di puncak ini, rombongan remaja, mahasiswa dan ada juga rombongan bapak-bapak dengan kostum traning seragam. Pokonya rame deh. Hehe.

Oke setelah puas diatas dan capek juga mutar-mutar, kemudian duduk sebentar. Dan kami sepakat turun gunung dengan melewati jalur yang sama. 

Kalo turun itu rasanya bukannya lebih mudah, tapi rasanya lebih sulit mungkin karena medannya terjal jadi kaki ini lebih banyak menahan beban tubuh tambah barang bawaan. Jadi mesti pelan-pelan banget dengan sisa tenaga yang ada. siang itu makin panas, setelah melewati hutan belantara, saya kembali disuguhkan dengan suasana alam yang luar biasa ada suara burung-burung, dan suara-suara penduduk hutan yang nyata.

Kira-kira jam 12.25 Wib dengan wajah yang lemas dan capek ditengah terik panasnya matahari. kami sudah sampai lagi di peristirahatan posko 1. disana kami setengah terkapar, meluruskan kaki, buka sepatu dan sekalian menunggu kedatangan Rido yang bakal ngejemput kami dengan mobilnya.


lelah nih...
capek, tapi oke puasss bangett hehe

Setengah jam berlalu Rido pun datang menjeput kami. Kami perlahan kembali kebawah, mengikuti jalur jalan berkelok-kelok diatara ladang-ladang sayur masyarakat sekitar.

Kita semua kembali lagi kekediaman orang tua nanda, hehe artinya kembali merepotkan orang tua kawan yang satu itu hehe. Lagi dan lagi. tapi keluarga Nanda pokoknya baik bangetlah. Makasih banyak ya bu…. Hehehe. 

kami bersih-bersih, mandi, sholat, makan siang, dan sejenak istirahat. Kira-kira jam 16:15 Wib Kami kembali menyusun barang bawaan masing-masing kemobil, dan kembali berangkat ke Negeri Melayu. 
Negeri dimana kami mencari rejeki untuk menafkahi diri dan orang tua yang sangat kami cintai.

…. 

Terimakasih telah membaca ^_^


By Farieco Paldona Putra




                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar