Selasa, 05 Mei 2015

JEJAK LANGKAH Episode 10 : "Negeri Hobbit di tanah Indonesia ku"

Terik matahari begitu terasa menyengat diubun-ubun, panas lekang diantara permukaan hamparan pepasir yang luas. Menuruni, menelusuri gunung kawah jalanan pasir yang mungkin sudah jutaan orang melewati tempat ini. panasnya cuaca siang tidak menyurutkan langkah kaki orang-orang berkunjung ke gunung tua ini. Kuda hilir-mudik tiap sebentar, sama halnya mas-mas si pemilik kuda nan tak pernah bosan menawarkan jasanya kepada orang didepannya “kang kudanya kang” cukup empat puluh ribu saja”.

Jasa kuda ini sudah biasa ngantar para pengunjung hingga tangga pertama dikaki gunung kawah, biasanya yang mau naik kuda ini adalah anak-anak dan kaum ibu-ibu yang tak cukup kuat untuk jalan naik keatas. Sepanjang jalan penurunan kita akan disuguhi bau pesing kotoran kuda beserta debu pasir yang menganggu pernafasan dan pandangan (sebaiknya kenakan masker dan dan kaca mata hitam). 

Didataran bawah kita akan makin menemukan keramaian para pengunjung, selain kuda yang bersusun siap di gunakan jasanya, disini juga banyak terdapat mobil Jip-jip berbagai warna, kerennya tetap bikin asik. Dibawah sini juga kamu akal banyak menemukan para pedagang, jual kaos khas Bromo, bunga Ederwais, berbagai macam minuman Es, makanan kecil, bahkan bakso dan sejenisnya, ini tehh Gunung atau Pasar ya?? .. hehe.

Bersama rombongan yang lain kita kembali berkumpul diarea dataran parkir, berbarengan kembali melanjutkan perjalanan menuju Gunung Sumeru. Bersama teman-teman, justru target utama bukanlah puncak gunung Sumeru, tak lain adalah Danau Ranu Kumbolo. Perkiraan waktu cukuplah sekedar untuk meneguk air segar di ranu kumbolo walau tengah malam tak apalah. Sepeda motor kami perlahan-lahan kembali bermain bersama hamparan butiran pasir yang seakan tak berkesudahan ini. melintas diantara angin yang kencang sang terik masih menyengat di hidung dan wajah kami (jadi belang bos haha). 

Melewati pasir juga menjadi tantangan tersendiri bagi kami semua, kadang pasir yang dalam membuat roda tak mampu menarik beban sepeda motor bebek ini, tak jarang oleng kiri dan kanan, rentan mengalami kecelakaan. Medan pasir seperti ini kudu gas pelan-pelan, kalau tidak ban depan akan membanting secara mendadak, ada diantara rombongan kami motornya oleng kiri dan jatuh. untung saja tidak kenapa-kenapa, sepeda motor kami rata-rata bebek semua huhu, beda lagi ceritanya kalau pakai trecker bro hehe.

Setelah kira-kira satu jam perjalanan kita akan memasuki kawasan padang semak, padang ilalang dan padang tanaman hijau, di kawasan ini secara perlahan kita akan meninggalkan medan pasir. Makin kesini makin menunjukan nuansa bukit-bukit yang indah, bukit hijau lereng yang menawan, ada bunga-bunga yang indah di sisi-sisi jalan yang kami lewati. 

Terus berjalan mengikuti jalan setapak berbatuan sepeda motor kami cukup greget melewati rute ini, tapi seakan tak terasa karena didepan kami pemandangan luar biasa indah. Salah satu dari kami bilang “kawan-kawan inilah yang disebut banyak orang “bukit teletubbies” bukit yang terhampar luas berwarna hijau dan rapi. “Ahhh.. mengagumkan, terimakasih Tuhan”.

Udara panas matahari siang masih meliuk-liuk menjilati mungka-mungka kami, tapi mata masih tetap di hypnotis dengan lukisan alam yang tak bisa diungkapkan dengan bahasa batang pasampan sekalipun. Lereng bukit yang terjal ditumbuhi hijaunya gulma-gulma memukau dan bunga-bunga liar seakan menyapa setiap siapa yang melewati jalan ini. saya sempat terfikir “beneran saya berada di Indonesia”??, serasa bak negeri hobbit yang tak nyata, tapi ini benaran nyata. ya Tuhan ini hanya bagian terkecil dari Indonesia, saya semakin jatuh cinta dengan Negeri ini, selalu penasaran setiap perjalanan, dan semakin jatuh hati pada Indonesia.

Tenang saja agar kalian terpancing untuk memulai perjalanan yang paling menarik dalam hidup kalian, saya akan selalu menampilkan gambar-gambar yang saya abadikan sendiri. saya suguhkan special buat kalian teman-teman pengunjung setia blog ini ^_^.

****
Medan jalan menuju kawasan taman Nasional Bromo Tengger Semeru sudah agak lebih terjal, rute berbatu dan dinding kiri jalan masih cukup tegak. disini sepeda motor kami kembali diuji ketangguhannya. Semakin lama semakin jauh perlahan meniti ketas diantara pohon-pohon dipinggiran bukit. 
Makin kesini alam masih tarus memanjakan mata-mata bagi siapa saja yang sampai hingga kesini, bukit dan padang rumput terhampar luas memperlihatkan pesona alam sesungguhnya batas kaki bukit dan bahkan bukit-bukit itu sendiri. 

Kami sudah sampai dipertigaan kawasan taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dipertigaan ini jika kamu lurus adalah arah menuju Surabaya dan malang, sedangkan ke kiri adalah rute menuju gunung Semeru. Gunung tertinggi di pulau Jawa. 

Angin cukup kencang diantara rerumput ilalang melambai-lambai dipinggiran, konsisten mengikuti dorongan angin. jalan berukuran sedang dan ber aspal satu jalur, menuju dataran tinggi perkampungan Ranu Pane, rute jalan sangat berfariasi, naik turun, kelokan tajam dan tetap saja pohon disisi jalan setia menemani. 

Dari sisi kiri rute ini kita masih dapat melihat hamparan padang rumput dibukit-bukit Teletubbies, disisinya lagi masih terlihat hamparan pasir terlihat guratan jalan setapak yang kita lewati tadi, Keren.

Sekitar 50 menit perjalanan kita akan disambut dengan mekarnya sayur kol, hijau bersusun daun bawang merah, dan rapinya barisan tanaman kentang ditengah pematang ladang disisi kiri kanan jalan. jalan sudah mulai tak ber aspal lagi, rumah penduduk sederhana berjejer dipinggir-pinggir. Terus mengikuti jalan ini, kami semua dari kejahuan disambut oleh sebuah gerbang besi bertuliskan, “selamat datang diwisata Ranu Pane”. Lumajang, Jawa Timur.

Parkiran sepeda motor tak jauh dari sebuah mesjid sederhana, kami menumpang tempat dan waktu untuk istirahat sejenak sekaligus menunaikan sholat jumat. Mata yang masih protes-protes karena kurang tidur kini makin rapuh disiram dinginya air dataran tinggi ini. brrrrrrr…!!!.

Hujan masih menemani perjalanan ini, bersisian dengan ladang sayur dan danau Ranu Pane. Danau ranu pane adalah danau pertama yang bakal kamu temui sebelum naik ke Sumeru, mirip telaga tempat pemancingan lebih tepatnya. Rencana kami untuk naik, minimal hingga ranu kumbolo kami kepoin dah ke warga setempat lansung. Ternyata kita tidak dapat izin buat naik, karena kawasan sumeru sedang ada pemekaran. Pemekaran ini berlangsung hingga beberapa bulan, tujuanya adalah untuk memaksimalkan perkembangan tumbuhan dan hutan disana. Mungkin selama ini hutannya tanaman banyak yang rusak kali ya huhuhu, kasihan.

Setelah melewati hampir setengah pinggiran danau kini kita akan memasuki jalan ke ranu regulo, danau kedua sebelum ranu kumbolo. Dengan alasan tidak dibukanya jalan untuk naik setidaknya kita sampai disini jadilah.
jalan setapak disisi ladang-ladang warga ini sudah begitu umum dilewati orang-orang. buktinya kala kami melewati kawasan ini tetap saja berpas-pasan dengan petani-petani hingga kelompok warga luarkota sedang piknik disekitar pinggiran danau.

Hujan masih setia menetesi kepala-kepala kami, dan sampailah kami didanau Ranu Regulo danau yang cantik dipinggir-pinggirya ada beberapa tenda-tenda pengunjung yang menyempatkan nginap disini.

Di danau ranu regulo ini kami merjumpai sepasang suami istri renta, mereka sedang duduk istirahat dan menjadikan seonggok kayu menjadi unggun api disebuah pondokan kecil, tampa dinding, beralaskan tanah. mereka berteduh disana kala rintik hujan masih cukup membasahi. Kami tak lama disini, puas melihat-lihat danau dibawah rerintik hujan, kami pun bergabung bersama sepasang suami istri itu sedang istirahat sambil membuat unggun api, api unggun cukup menghangatkan kami. mencoba beromunikasi dengan pasangan lanjut usia ini. mereka berbicara dengan lancar, tapi satu pun dari kami tak menegerti karena bahasa yang digunakan bahasa jawa yang tetap saja tak kami pahami. Ngomong sepotong lalu mereka tretawa, kami senyum-senyum binggung kemudian kami juga ikut “cekikikan” walau tak tau itu maksutnya untuk apa…hehe.

Ujan pun tak kunjung betul-betul reda, kami perlahan beranjak balik keperumahan penduduk tepat dimana sepeda motor kami diparkir. Menatap tiap setapak langkah petani desa ini, dipenghujung senja kami pamitan kepada seorang bapak-bapak yang sudah sudi memberi tempat istirahat buat kami semua.

Alam mulai kelam, bersama sepeda motor yang kami gunakan. kami kembali menyusuri jalan aspal diantara ladang sayur warga sekitar, meliuk-liuk indah kadang lereng pebukitan kadang berbentuk jurang tapi disana tetap saja ada hamparan sayur mayur yang mengagumkan.
***

Perjalanan kami selajutnya adalah Batu, kota Malang, kota di Inonesia yang paling terkenal dengan buah Apel ini. di kota Batu nanti kami akan menemuai….. 

Bersambung..

Farieco Paldona Putra,
Batang Pasampan, Solok Selatan 

 klik gambar untuk memaksimalkan tampilan gambar


 

banyak pedagang dibagian bawah gunung kawah



medan yang hanya ada hamparan pasir


selamat datang di surga negeriku, Indonesia


saya tak bisa berkata-kata saat mengabadikan gambar ini, mata saya tersihir

seakan berada di negeri sihir Harry Potter


Indonesiaku surgaku




Bukit teletubbies melihat bukit-bukit ini secara langsung  bikin merinding...  cantik sekali

bukit teletubbies ini di Indonesia lho... saat saya ngambil gambar ini saya hanya bisa ternganga-nganga

dipingir-pingir jalan ada bungga-bunga yang melambai-lambai cantik mengikuti arah angin


hamparan yang sangat luas, masih nampak sisa-sisa jalan yang kami lewati
negeri hobbit di tanah Indonesia ku

masih di bukit teletubbies Indonesia




menatap surganya INDONESIA Terimakasih Tuhan, bantu kami Menjaganya..


gerbang Utama menuju Danau Ranu Pane

Danau Ranu Pane

saya dan teman-teman latar danau Ranu Pane

Danau Ranu Regulo, danau kedua. berketinggian lebih kurang 2100 MDPL suhu minimal -4 - 25 C


masih danau Ranu Pane

ladang sayur penduduk yang bersusun rapi dan cantik

didaerah ini penghasil sayur-sayur segar, pulang dari sini jangan lupa bawah oleh-oleh sayur ya hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar