Sabtu, 28 Februari 2015

JEJAK LANGKAH Episode 1: Sampai nanti Kota kecil

Tas Carrier oranye berdaya tampung 36 L nangkring pas dipungung saya, terasa oleng dan agak berat di bagian pundak karena pressing talinya yang melingkar kiri kanan atas bahu. walau isinya hanya beberapa potong pakaian, buku bacaan, buku catatan pribadi, dan beberapa sendal sepatu yang harus menjadi satu. dibagian leher atas terkalungkan tetali tas hitam kecil yang biasa saya bawa-bawa kebanyak ruang dan tempat. dua backpack ini adalah barang sekali bawaan terakhirku, karena dua hari yang lalu barang-barang yang selama ini menemani sepanjang hidup di sebuah kamar mungil mess 26 K sudah saya kirimkan ke Pekanbaru. 
berkat bantuan dua abang-abang promotor rokok bermerek (teman dari abang saya) rute Pekanbaru-Perawang-Siak, barang yang tak seberapa itu untuk sementara waktu bakal di simpan dikediaman saudara laki-laki saya di Marapoyan, Pekanbaru. sekali lagi terimakasih kepada abang-abang yang telah membantu menitipkan barang, hingga selamat sampai tujuan. walau isinya sebagian besar pakaian dan buku-buku. 

Saya berpijak hanya bebeberapa  belas meter saja dari sebuah kampus Poli Teknik Rumbai. sepuluh menit yang lalu saya baru saja berjabatan tangan dengan seorang sahabat namanya Bisri ditempat ini. genggam jabatannya  masih terasa hangat ditelapak dan jemari. Tau saja, pagi ini saya kembali merepotkan mereka-mereka itu. tidak itu saja, semalam saya nginap dimess sahabat saya Jefri sebagai malam terakhir di Mess KM 4 Perawang, emoga saja itu bukanlah yang terakhir. 

Bisri yang masih tercatat sebagai mahasiswa disalah satu perguruan tinggi diPekanbaru ini, ia bekerja sambil kuliah. kebetulan Sabtu pagi ini ia ada kelas. Dengan mengunakan sepeda motornya kami bertolak dari messnya Jefri, saya dan Bisri bertolak ke kota hanya berjarak satu jam saja dari sini. satu jam itu kita mesti melewati hamparan kebun yang luas, kebun kelapa sawit. Kalau orang Perawang biasa nyebutnya PT Sirr.   
Sampai disini, entah kapan lagi saya akan berjumpa dengan Sahabat-sahabat di Perawang nan teruji kesetianya itu, diantaranya seperti Bisri dan Jefri. Mereka adalah pribadi nyata pemuda-pemuda yang peduli dengan banyak hal. saya akui mulai semenjak awal mengenal mereka, sampai belajar ilmu agama bersama, hingga saling berbaur selama dua setengah tahun ini sungguh mengesankan. semoga kita bersua lagi kawan, di dimensi waktu dan tempat yang berbeda.

Pagi ini lima belas menitan dari posisi ku berdiri ini, Bus Trans kota yang kutunggu-tunggu datang juga. lajunya dari kejauhan memecah lamunan tentang Perawang, saya tinggal disana selama tiga tahun tiga bulan. mengalami banyak hal, mentransformasi diri untuk harus lebih banyak belajar, untuk bersabar, untuk menjaga diri dan keluarga, belajar setia pada orang-orang sekeliling, menjaga kekeluargaan dengan penuh suka dukanya.
Ahhhh…!! terlalu banyak kenangan, tak terkatakan. “I like Perawang” kota kecil yang tak terlupakan, semoga esok hari saya akan kembali menjejaki mu, dalam Jejak Langkah yang ke sekian dan bertemu dengan orang-orang luar biasa disana. 

Putih, biru menjadi warna khas mendominasi badan bus. Banyak orang memandang jalur rute transportasi di tanah negeri melayu ini cukup membinggungkan. tapi pemerintah kota cukup jeli dengan problem ini, kehadiran Trans Pekanbaru ditengah-tengah masyarakat di kota ini. cukup membantu jika mau bepergian, termasuk pendatang baru seperti saya. Dan tentu saja akan lebih hemat bagi saya yang naik dari Rumbai menuju Marapoyan, Kubang (ini wilayah dari sudut-kesudut Kota lho). Dengan jarak sejauh itu kita butuh waktu 40 menit lebih dengan segala macet, berhenti dihalte-halte dan sebagainya. 

Rumbai-Kubang itu kita perlu dua kali transit. Satu lagi, menggunakan armada ini tentu saja lebih ekonomis dan cukup nyaman. Tak terbayang bagi sipejalan kelas sandal jepit seperti saya jika naik oplet sejauh itu, dengan suhu yang bisa bikin meleleh. Mungkin saya akan menghabiskan berpuluh-puluh ribu untuk sampai keMarapoyan, kubang. Selain efek kantong saya kering, tenggorokan saya juga akan kering akibat krisis cairan dan amazingnya panas tengah hari dikota ini.

Dan matahari pun mulai menampakkan kegarangannya, bersinar begitu cerah saat hangatnya pagi menyambut teriknya siang. Cahaya-cahaya tajam menyeruak bebas menembus kaca-kaca bus, terasa hangat saat menyentuh kulit jemari. 

Bus bernomor seri-08 itu dengan leluasa membelah jalan Riau, tampak belum seramai seperti biasanya. mungkin karena hari ini hari sabtu dan masih cukup pagi bagi orang-orang yang malas bangkit dari tempat tidur, walau sekedar untuk berolah raga dipenghujung minggu ini. saya mengamati entah sudah berapa kali bus ini berdampingan dengan bus kota lainya, meninggalkan asap knalpon tebal. menganggu udara pagi dengan gas buang bewarna hitam, kadang gemar sekali ngetem sesukanya, berkecepatan tak menentu. 

ah.. mungkin saja sang sopir ngejar setoran diawal waktu dan menaroh rapan pada para pelajar dan mahasiswa yang mulai sibuk di pagi ini. Tak jarang bagi mereka yang berkendara sepeda motor kadang harus terpinggirkan di sisi badan jalan, harus terbiasa dengan keadaan ini kalau tidak bisa-bisa kecelakaan berlalu lintas terjadi begitu saja.
Serambi menikmati suasana, saya manfaatkan waktu untuk membalas Chat teman-teman yang sedari tadi masuk, umumnya dari teman-teman sejawat mess Perawang,

 sudah sampai dimana bro?
smoga lancar perjalanannya besok ya” jangan lupa teman mu yang KECEH BADAiii- ini ya” :D
kapan-kapan main lagi lah kesini” dan lain-lain.
Saya balas dengan cepat dan seserpihan tulisan dan segurat senyuman. InshaAllah sob…

****
Dijalan sudirman. Bagi yang akan melanjutkan rute Marapoyan, Pasir putih. maka bakal transit disalah satu halte disana, dengan menggunakan Bus ber nomor seri-01. Sepanjang jalan sudirman, suasana yang cukup bikin nyaman dihari terakhir ini, sebelum keberangkatan ini. menatap deretan gedung pemerintahan dan swasta sepanjang kana kiri jalan. 
Toko Buku, oh iya….. toko buku terbesar dikota ini. Mata ku baru saja menyapu sebuah tempat paling saya favoritkan itu, tempat yang menyenangkan. tempat saya bisa melihat uniknya hoby orang-orang dibelahan bumi sana, tempat dimana saya bisa merasakan bagaimana pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan negeri seperti Negara-negara diluar sana. bagaimana begitu banyak cara untuk mengispirasi orang-orang. Bagaimana peran kreatifitas mampu memudahkan pekerjaan, dan lain sebagainya. 

Toko buku yang terkenal ini, sering sekali saya kunjungi beberapa tahun ini. Saat libur, adalah saatnya mencari sesuatu yang membuat saya lebih banyak tau bagaimana menariknya sesuatu diluar sana. Makin saya mengetahui, semakin besar ingin saya mengunjunginya, menjamahnya, merasakannya, dan berbaur dengan orang-orangnya (jiwa backpacker). Ahhh… kadang tak jarang saya tuliskan rencana-rencana yang menarik (menarik bagi saya)dalam secarik kertas. Dibanyak waktu imajinasi-imajinasi itu suka menari-nari indah dikepala. 

Beberapa menit berlalu, bus akan berhenti di persimpangan pasir putih. Biasanya orang bilang disini halte EsDe karena pas dekat sebuah bangunan Sekolah Dasar. Saatnya  transit sekali lagi, biasanya disini perlu menunggu agak lama kira-kira 10-15 menit, mungkin khusus dirute ini armada bus yang tidak begitu banyak. Nah.. di Halte ‘EsDe” disini bus yang melewati daerah Kubang adalah bernomor seri-06. 
 Inget no serinya, jangan salah. Karena di halte ini akan berhenti bus dengan no seri yang berbeda. Pernah beberapa waktu yang lalu, mungkin sore itu saya sedang lelah, dekil, keringatan kosentrasih tak menentu. 
Bus yang ditungguin datang, perlahan naik (tampa melihat no seri dibagian kaca) dan beberapa menit kemudian baru sadar ternyata arahnya berlawanan dengan yang saya mau, “lho, mas ini arahnya kemana? Ke Sudirman mas”. Lalu saya clingak-clingukan lihat kaca depan. Yahh..ampun “Ini…Kosong Satu”. Ok fixs… saya salah bus. Dengan terpaksa saya berhenti di halte terdekat. Dengan gontai nungguin bus dan balik lagi.. lelah saya. Smenjak itu saya semakin lebih fokus lagi dalam nginget no seri bus. Focus untuk yang lain belum tentu sih haha.

Sampai di gerbang kantor depan saya beri kode keseorang security, tentu saja sudah begitu hafal dengan wajah saya begitu juga dengan saya pada wajahnya, karena sering berkunjung kesini. ia sedang santai di dalam sebuah bilik penjagaan. Perlahan ia membukakkan pagar, sembari melempar senyum seperti biasa ke saya. Saya tau ia sudah mengetahui kedatangan saya kesini, kesekian belasan kali yaitu numpang “nginap gratis”. 

Gimana mas” jadi besok berangkat ?”’ Tanyanya singkat sambil mempersilahkan saya duduk dikursi panjang pelataran pos jaga yang setia ia tongkrongin itu. “InsyAllah besok pagi-pagi sekali pak”. Jawab ku. setelah beberapa percakapan, saya kemudian ambil konci, perlahan mohon diri untuk bertolak ketempat tinggal si abang. Saudara saya ini ia bekerja di kantor cabang perusahaan rokok ternama tersebut (kantornya yang ada pos penjagaan ini). 
tepat dibelakang kantor ini lah ia tinggal, nan saya ketahui karena jabatannya sudah cukup lumayan maka ia dapat fasilitas sebuah mess. Satu dari dua mes yang ada. L-u-m-a-y-a-n.

Si abang kebetulan sedang tidak ada ditempat, posisinya sedang berada di Tanjung Pinang, kepulauan Riau. ia ada urusan pekerjaan sekalian ada urusan keluarganya disana. Jadi malam ini tetap seperti biasa aku sendiri. menuggu pagi esok, minggu 01 Maret 2015. tak terasa setelah istirahat sebentar perutku yang sedari tadi hanya bersarapan lontong gulai (bersama sahabat saya Jefri) sudah mulai kembali menciut. Makanan, bahan-bahan di kulkas dan didapur sedang kosong. Oke sebaiknya cari keluar saja.

Langit mulai ditutupi dengan gumpalan putih awan, terlihat cukup jelas dari balik bangunan dua lantai ini. Sesekali suara mobil box perlahan membentuk barisian dan parkir yang rapi, tepat dikiri dan belakang gedung ini. 

Sekali lima belas menit atau mungkin lebih cepat. Diatas kepala selalu  terdengar dengan sangat jelas mengaum suara pesawat yang bakal landing atau pun sedang take off. Hunian ini sangat dekat dengn bandara Sultan Syarif kasim II, sakin dekatnya polusi suaranya memekakan telinga. Mungkin jaraknya hanya 15 menit saja dari sini.

Alam sore secara alami perlahan menurunkan tingkat kalor efek panas Ultraviolet dipenghujung hari ini. Sembari warna cahanya mulai menguning membasuh debu yang beterbangan disepanjang jalanan. aku duduk mengamati di depan mess ini. Menikmati suasana yang mungkin untuk beberapa waktu kedepan akan saya rindukan. 
ahhhhh… mungkin lebih kepada suasana dan sahabat-sahabat saya di Perawang sana. Ini mungkin bait-bait terakhir yang saya rindukan dipenghujung Februari dipekanbaru ini. Mungkin esok akan ada sesuatu yang lebih menarik untuk dikaji, dengan pola fikir, referensi perilaku, keragaman, mengapresiasi usaha orang lain, sahabat-sahabat baru dan mungkin banyak lagi. walau hanya pergi belajar beberapa bulan saja.

Ah….. mungkin banyak lagi perubahan positif yang ada didepan saya saat ini. Dan tentu keadaan ini mendorong saya untuk tetap tegar menjalaninya dengan baik. 

Bukan, bukan saya kurang merasa beruntung karena keberangkatan besok tidak ada yang menemani oleh siapa pun di Air Port, atau saya malam ini hanya sendiri disini. Ah.. tidak, sungguh tidak sesederhana itu kawan. Entah kenapa begitu “terasa” meninggalkan orang-orang mengesankan dari sebuah kota kecil bernama Perawang, yang sekian puluh bulan bersama, sungguh aku merindukan kebersamaan itu.

 jeprett...saat Trans Pekanbaru lagi kosong di pagi hari

 sepi,ya udah selfie lah :D

...
Bersambung


Farieco Paldona Putra

Jumat, 27 Februari 2015

SEBAIT CINTA BERSAMA MU RU 1 IKPP

Tiga puluh delapan bulan berada diantara sebuah keluarga baru. Okey… Apakah itu masih pas untuk disebut sebagai keluarga baru? Pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari siklus kehidupan manusia, perlahan kita akan memiliki ikatan emosi yang kuat, melebur bersama mereka dibanyak hal. Hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki pola hidup yang lebih baik, mereka-mereka mempunyai hoby yang unik, memiliki kebiasaan konyol hingga mengundang gelak tawa sebagai suatu penawar nan ampuh dalam memecahkan pelik masalah didada. 
Pengobat rindu bila rasa ingin pulang itu datang, selalu menjadi pelipur lara di perantauan disaat tak bisa pulang meski berbulan-bulan. Berangkali ini adalah makna dari rasa persaudaraan, rasa saling memiliki, berikatan batin, insting saling betanggung jawab satu sama lain walau terkadang tampa harus diinstruksikan. 

Punya keluarga di tanah perantauan adalah sebuah kado istimewa dari sang penguasa bumi. saat kamu lagi sepi sendiri, mereka adalah hadiah bagi kamu disaat kamu butuh untuk berkeluh kesah berbagi cerita. penghibur saat kamu mulai lelah, mencari solusi bersama bila ada problematika. Kebersamaan akan mengikis sifat individualisme pada diri, membalikkan sifat angkuh dihati, dan secara alami akan mengajarkan kita bagaimana pentingnya saling membangun empati satu sama lain. 

Masih segar di ingatan saya bagaimana kebersamaan sungguh merubah banyak hal, tidaklah harus saya contohkan satu persatu kawan. Saya merasa hampa tampa mereka disisi, kadang diantara mereka harus menjadi orang tua bangi kita, menjadi perwakilan diurusan-urusan kita, tempat mengadu, bercerita, dan kadang-kadang juga mesti menjadi lawan walau hanya sekedar dalam pertandingan badminton ataupun futsal hehehe...

Masih ingat betul perpisahan pertama paling berkesan itu adalah saat masih Ingusan dahulu perpisahan bersama teman-teman Sekolah Dasar. Ini adalah…salah satu moment paling terpukul dalam hidup saya hikk!! hikk!! (*alahh.. huahaha @maklum lah anak kecil.

Berpisah dengan teman-teman sepermainan, seperbolaan, sepersepedaan, seperkelahian, ahh… itu rasanya nyesek.. benget boy (*sakitnya tuhh… disini oiiihh.!!. selang beberapa waktu udah merasanyaman saat duduk dibangku SMP, ehh… tak terasa beberapa tahun berjalan sudah tamat lagi, sedih lagi!! Selanjutnya masuk SMA … selang beberapa tahun tamat lagi, Galau lagi, udah gitu aja terus…sampai kamu lelahhhh dengan semua ini. Haha.

Kesedihan dalam perpisahan akan membawa banyak makna dalam kehidupan, dan perpisahan adalah pagian kecil dari jutaan makna dalam perjalanan hidup kita. Kita akan menyadari bahwa dengan terus bersiklus dalam pertemuan, perpisahan akan memperkaya kita bersama orang-orang yang terus mendorong kita ke keadaan yang lebih baik. Semakin banyak orang-orang yang membuat kamu tersenyum di sekitar kamu, maka disitu kebahagian dan balanced life akan kita rasakan secara perlahan, dan ini sudah menjadi hukum alam. Tetap lah bersyukur kawan, jika saat ini masih di suguhkan orang-orang yang setia menemani kita saat ini, munkin ia berperan sebagai seorang sahabat, seorang kakak, seorang abang, sebagai orang Tua, dan semacamnya.    
 
Ohya, beberapa waktu lalu saya kembali bersiklus dalam hal memeperkaya diri dalam hubungan persaudaraan. Mungkin ini sudah menjadi jalanya, perpisahan sementara harus terjadi dan saya tahu diluar sana aka ada keluarga baru menanti bisa saja mereka dengan komposisi yang lebih beragam, lebih unik, lebih gregeettt, dan bisa jadi lebih kecehhh badaii mebahanaaa hulalaa… hehehe. Dalam hal ini tentu saja tidak melupankan keluarga-keluarga hebat sebelumnya. Akan tetap menjadi bagian dalam hidup akan tetap ada di hati, dan semoga akan ada masanya untuk saling bersilaturahim kembali aamiin..

Berhubung alhamdulillah saya dikaruniahi rejeki yang lebih baik (dapat pekerjaan yang baru) beberapa waktu lalu saya dan keluarga saya ter-kecehhh, RU 1 ( R & D Laboratorium) PT. Indah Kiat Pulp & Paper Perawang, mengadakan acara perpisahan kecil-kecilan. Semoga kita tetap menjadi keluarga selamanya aamiin… (plisss jangan nangiss…hehe)

Documentasi-documentasi..


















                                            
Farieco Paldona Putra

Minggu, 15 Februari 2015

SI ZOMBIE DAN SISA WAKTU

Jalan setapak masih terasa menanjak sejadi-jadinya dipelupuk mata, seakan tak berbatas, tak tuntas, tak berkesudahan

Berpuluh harapan perlahan sirna, menggumpal berwujudnya hanya sebatas angan

Kini rindu ku padamu, wahai dunia diluar sana, begitu ingin ku dekap mu erat
Dinding abu-abu dan ruangan sederhana ini barangkali belasan tahun setelah hari ini akan tetap menjadi potongan cerita dalam tahap kehidupanku.
****
Warna langit mulai menggelap saat mata ku terbuka terjuntai diatas kasur beralaskan spray dominan kuning, sore ini terasa begitu pendek sekali, menjulurkan tangan dan jemari sambil menatap hape mungil terdadiatas meja bersama tumpukan buku-buku yang belum tuntas ku baca. Mata sendu, pikiran nan tak lagi stabil, badan lelah. kadang ini sudah menjadi pola yang begitu biasa dalam beberapa waktu terakhirku.

Dalam pengujung doa nan begitu banyak terucap, lama-lama “garis-garis” itu mulai perlahan saling bertemu satu sama lain. Nutrisi rindu-rindu itu mulai saling merasuk ke tubuh nan-kaku, tubuh nan-haus akan ribuan cerita menarik diluar sana. Iya cerita bersama mu diluar sana, rindu dengan kencangnya deru angin malam, rindu dengan suara alam yang menunjukkan kepada diri ini bahwa “hei…dunia ini luas sekali kawan”.

Mata ku masih belum bisa diajak berdiskusi dengan baik, padahal sudah siang begini. Badan tak lagi seirama, kepala agak terasa asing, jelas sekali itu sebuah protes bahwa ia bekerja tak lagi seperti seharusnya. Dinding kamar masih kaku menatapku, ia enggan untuk mengucapkan “selamat siang sob”, dan begitu malas untuk sekedar berbasa-basi “bangkitlah…, mandi sana! Setela itu kita makan siang bro”! buruan,.

ah.. kepala ku masih terasa tidak begitu baik. begitu berat untuk segera bangkit, perlahan ku paksakan badan lengan menarik kain yang terjuntai dibalik kaca kamar kesayangan ku itu. warnanya warna biru muda, langit yang tadinya gelap kini mulai menampakkan wajah seadanya, putih seperti kapas menggumpal. cahaya pantulan dari kaca itu cukup menyilaukan, saat ia menyapu mata ku, wajah ku nan kusam *kece badai. okey… memang sudah saatnya untuk bangkit hhhhfffsss……

Hari ini aku pulang pagi “lagi” setelah bertolak dari ruangan Lab yang hanya berjarak kurang dari 3 menit saja dari kamar ini, lab itu jika mataku ditutup dengan secarik kain kemudian melaksakan tugas seperti biasa, barangkali ku mampu melakukannya. Iya sakin ku hafalnya dengan ruangan-ruangan ini, sekat-sekat ini, bandul-bandul ini, computer-komputer ini dan beberapa macam peralatan analisa. Malam adalah teman ku, aku si zombie dan kerinduan yang tertahan pada indahnya negeri ini. menikmati malam terasa begitu panjang, ingin rasanya menatap malam dengan sesuatu yang baru sesuatu yang barangkali hari kemarin ku tidak mengalaminya. Rasa untuk mencari sesuatu yang baru itu makin memuncah semenjak enam bulan terakhir, mulai semua ini terasa begitu biasa, mulai semua ini terasa alpa untuk di kaji, mulai semua ini menguap dalam hangatnya keinginanku untuk menyelam dalam sejuta cerita mengagumkan diluar sana.

Oh tuhan… malam ini terasa begitu lama ku lalui, bahkan semenjak enam bulan terakhir, aku si Zombie yang lelah, terkurung. Ku bisa merasakan saat menunggu pagi tiba, ku menunggu sepotong getaran semangat dalam menatap dunia. Pagi adalah awal yang indah, ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan di depan bangunan ini. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di atas hutan kayu sebelah timur perumahan hingga mencapai kaki langit negeri asap ini. Kala pagi tiba berarti adalah suatu rutinitas yang melelahkan setelah melampaui atas nama pagi, mimpi-mimpi kembali terlewati, hingga rasa syukur itu semakin terlihat ada. 

Ratusan siang sebelum siang ini adalah masa yang harus aku inggat sepanjang umurku masih ada, akan ada masanya dimana ditengah kagalauan dan lelahnya hati, kita akan perlu melakukan perbandingan pola hidup dari satu periode ke periode yang lain. Dari masa perjuangan hidup ke perjuangan hidup kita yang lain. Tampa kita sadari semua itu saling berhubungan satu sama lain. dan rasa syukur akan selalu terpatri dalam hati.

Hai.. taukah kamu, siang ini adalah siang dipenghujung waktu ku disini dikamar ini, dikota ini, ditempat dimana 3 X 12 bulan lebih telah ku lewati disini. Dan sore ini terhitung adalah sore-sore terakhir ku di siak indra pura ini. Ahh… aku bakal merindukan tempat ini. Hik..hikk..

Ada kalanya dalam berbagai jenis kegagalan yang kita alami itu semua merupakan salah satu cara sang penguasa langit “menempa” kita, tampa kita sadari. sewajar-wajarnya kita bakal mengeluh, lelah tak berdaya berpeluh keringat air mata, hal tersebut akan menjadi isarat fisik atas kerinduan akan hidup yang lebih baik.

Kita setiap harinya diberi waktu dua puluh empat jam dan itu adalah modal kita untuk “mendisain hidup kita sendiri, dan itu tak tergantikan kawan. “sungguh-sungguh tidak tergantikan”. Dan sang penguasa langit masih menyuguhkan itu hingga detik ini. Tidak kah kau bersyukur dengan semua itu?

Selamat memanfaatkan waktu mu kawan. Dan mari pelan-pelan menggoda dan merayu betapa menariknya pesona alam diluar sana, menyelami jutaan cerita indah anak negeri diluar sana. Seperti yang kau rindu-rindukan selama ini.


 
  

 menghitung sisa-sisa sang waktu


Farieco Paldona Putra




  

Selasa, 10 Februari 2015

RASA KU PADA MU

Aroma subuh menyeruak dari lagit-langit kamar mungil ini, suara tilawah Qur’an melantun syahdu mengiringi dingin pagi yang berembun. ya, suara itu dari mesjid berjarak tak jauh dari sini. aku tau, alunan tilawah itu bukan berasal si om garim, dimana suaranya tidak ubahnya seperti suaranya sikomeng, menurutku. Tapi tak lain tak bukan dari sebuah kaset yang diputar berulang-ulang setiap kali waktu Sholat masuk. 

Pelan-pelan ku paksakan mengangkat sebatang tubuh ini. beraaat sekali!, mungkin puluhan anak-anak setan sedang bergelantungan riang dimata dan tubuhku. Segera ku bangkit, kemudian berwudu’. 
Bersujud dipelatran sajadah, melantunkan baik-bait puja dan puji rindu, keluh kesah, segenap rasa yang tak pasti, mengadu dan mengutaran segala kegamangan kepada Sang Maha pendengar.

**
Kembali ku teringat tentang mu yang disana, tentang kesetimbangan atara rasa ku dan rasamu.

Dingin dan sepinya dunia diawal hari ini membuat ku berjibaku bersama sepotong jaket tebal yang kukenakan. segenap dinginnya udara pagi, dengan suhu lingkungan hingga mendekati titik beku aseton, aku masih disini menikmati sang dipengujung malam. 
Bercumbu dengan secangkir Teh yang di ekstrak dengan C02 superkritik kemudian melaju menari-nari diatas screw conveyor, dan perlahan masuk kedalam lambung. berkapasitas seadanya ia berperan sebagai sebuah reactor ideal kontinu didalam tubuh, dengan katalis asam klorida. 

Tapi sungguh apalah daya, aku tidak berminat menghabiskan waktu untuk mempelajari kinetikanya. kalau teringat tentang reactor tiba-tiba terbesit kenangan dalam perpaduan dan iteraksi antara rasa ku dan rasamu beberapa waktu lalu, meski dalam diam. 

Dengan segenap kesetiaan dan kepercayaan sebagai agitatornya, niat karena Allah SWT sebagai katalis untuk mempercepat reaksi, serta memperkecil waktu tinggal demi aplikasi impian-impian kita.

Aku tau rasa itu harus dalam kendali yang baik, dan berproses sebagaimana mestinya. Sudah kah kau mngerti dalam hal ini, hal dimana  “obsesi karena rasa dihati”? 
Ketika rasa mu yang masih belum menemukan titik kejelasan, kau akan bermandikan keringat berlarian kesana kemari, bekejar-kejaran seperti seorang Engginer kehilangan valve dan sambungan pipa kesayanganya. 

Kau akan banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari kekurang dan kelebihannya. dan kau tau? Pemahaman tentang semua itu penting untuk mencapai kesetimbangan rasa kita. Kau akan menghadapinya walau tak peduli apa yang bakal kau hadapi kelak dikemudian hari, dan kau akan selalu kembali memikirkan rasa itu kala sepi menyerang. 
Seiring waktu setelah kau mendapatnya kau akan menyadari betapa konyolnya hal itu, kemudian tersenyum, melamun dan akhirnya sadar bahwa semuanya sungguh tidak seperti yang dibayangkan.

Pagi ini masih terasa begitu sangat dingin sekali, dengan keadaan semacam ini aku berharap dapat memberi keuntungan bagi kelangsungan proses rasa kita. Dimana proses tersebut butuh dua atau tiga tahap lagi untuk mencapai steady state. 
Lain hal, kita harus siap siaga akan terjadi semacam gangguan-gangguan yang terukur maupun yang tidak terukur, mungkin saja dari orang-orang sekitar kita. 

Maka kita harus siap dengan metode pengandalian diri yang mumpuni agar kita tetap berada pada jalur yang baik dan jalur yang kita impikan bersama. Dan tentu saja jangan sekali-kali memncoba untuk mengecewakan sang Maha pencipta Kodrat.

Bejuanglah kau yang ku rindu, menjaga rasa mu sebelum ku datang menjemput. Dekaplah rasa itu dalam balutan niat mu Karena-Nya. marilah kita berbagi panas rindu dalam doa nan iklas, aku tak peduli apakah itu konduksi, konveksi bahkan radiasi. Karena entah kenapa aku percaya karena tampa pertukaran panas rindu dalam doa, proses kita akan pudar kemudian secara perlahan merlambat dan akhirnya berhenti.

Wahai kau yang ku rindu, kau tahu? rasa ini ada hubungannya dengan zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh otak kita? Barangkali aku lebih mengangap itu adalah “kotak mesin”, dimesin itu lah bercokol semua perasan dan emosi kita. 
Dan otak itulah yang mengirimkan sinyal ke tubuh, hingga kau merasakan semua yang menyangkut suka duka dalam jatuh cinta dan segenap apa yang kau rasakan. 

Maka sekali lagi aku inggatkan, berjuanglah untuk mnegendalikan rasa itu. jaga lah kualitasnya sebelum datang waktunya. Dan tentu saja kualitas itu akan menjadi parameter penting dalam proses dimana ia hendak  berlabuh suatu saat nanti.

Bisa saja karena Pheromones, hingga kita bisa merasakan hal yang sama. hasil dari penelitian Pheromones adalah salah satu hormon kebahagiaan yang bertanggung jawab atas gejolak perasaan manusia ketika jatuh cinta. dengan hormon itu kita jadi sering memikirkan satu sama lain, dan jangan heran kika kau akan sering melamun. 

Jangan mengkhawatirkan hal ini, karena percayalah dengan keyakinan kepada-Nya semua ini bisa dikendalikan :)

Wahai kau yang disana,

Aku tak peduli apa kata Perry. Mc Cabe, GeanKoplis, Smith, Brownell maupun si pak tua Van Ness tentang design rasa kita,
 
Biarlah kita merancang sendiri, 

Seberapa tinggi dan seberapa besar kapasitas kolom destilasi kita. 

Seberapa tebal flanges kita.

Jikalau cost estimation-nya cocok dan sesuai, 

Maka aku akan membuatmu sekokoh Cooling Tower,

Seanggun Evaporator yang berstandar, 

dan secantik continuous stirret tank reactor.

Rasa cinta itu adalah energi. energi cinta itu kekal, tidak hilang. hanya saja akan berubah dari satu bentuk kebentuk lainnya, karena akan selalu ada faktor-faktor lain yang akan mempengaruhinya dalam jangka waktu tertentu.   

Dan yakinlah tentang rasa ini, bahwa pentrasformasi energi cinta itu adalah pernikahan. Sungguh.

Sekali lagi, yaitu “Pernikahan”.

**
Di pagi ini udara semangat baru menyapa, selesai menyisir rambut dan bergaya didepan kaca. kini saatnya berangkat kerja, mengais rezeki dan tentu saja demi perwujudan rasa ku padamu :-).





Farieco Paldona Putra