Selasa, 31 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 7 : Pesona Malioboro

Sengatan terik matahari makin terasa di daun telinga. Seluruh pelataran, tangga, teras-teras prambanan tak lengang dikunjungi oleh banyak orang, semua kalangan. anak-anak, remaja, orang tua para turis-turis juga tak luput didalamnya. Dua jam lebih cukuplah membuat kami lelah naik-turun menikmati semua ini dari candi ke candi. Memerhatikan bebebalok yang indah itu, entah bagaimana cara semua ini begitu rapi dan ditail, tentu saja semua ini dibangun ditengah serba keterbatasan teknologi jaman dulu. 
Mendekati adzan sholat jumat kami berlalu melintasi pelataran diantara bangunan tua itu. matahari terasa begitu terik sekali, lama-lama cukuplah membuat belang kepala-kepala plontos kami. Ditengah keramaian, disela-sela jepretan para pengunjung di penjuru tempat ini, semakin menandakan begitu berartinya warisan sejarah ini bagi kita dari generasi terdahulu. lantas dari kita saat ini, apa yang akan kita wariskan kegenasi setelah kita? "Sesuatu" yang bisa mereka kagumi dalam hidup mereka. Sebagai bentuk lain dalam mengenang keberadaan generasi kita saat ini kawan. Kami juga sama persis merasa  seperti itu, semua ini begitu  berarti harus dijaga dan dilestarikan. 

Menuju jalan keluar kita akan mendapati sebuah mesjid, disanalah kami sholat. Ohya disamping pintu keluar wilayah Candi kita kan melintasi lokasi yang umum ditongkrongi oleh para pengunjung yang sudah lelah berwisata mata kesana kemari. 
Kamu tentu tau wisata apa selanjutnya! :D. yap…bener sekali. "Wisata kuliner". Gerbang keluar kita akan menemukan hamparan meja makan dan minum yang berjejer panjang sekali (menurut saya) satu banjar panjang. Disini kita akan ditawari daftar makanan khas dan minuman yang beragam, begitu juga dengan harganya, Cukup murah. Siap makan, di pintu keluarnya lagi kita akan sampai wisata berikutnya yaitu "Wisata cendramata". nah disini sangat menyerupai pasar tradisional banget, tapi isinya adalah hampir semua jenis yang berhubungan dengan Yogyakarta, mulai dari kaos, batik, sepatu, sandal, gelang, alat musik, mainan kunci, makanan dan banyak lagi jenis yang lainnya. 

Mengunjungi pasar cedramata kami sudahi .Kami lanjutkan perjalanan berensut meninggalkan Roro Jongrang itu. hujan mulai turun dari langit, awan kelabu berarak menemani kami melintasi pinggir jalan menuju halte bus. Jejak langkah selanjutnya adalah jalan yang paling fenomenal (menurut saya) di Jogja, yaitu Malioboro. Malioboro adalah nama sebuah jalan di tengah kota Jogja, dekat dengan gedung pemerintahan,  perbelanjaan makanan dan pasar tradisional yang masih sangat kental keberadaanya.

****
Trans Jogja memberhentikan kami beberapa meter saja sebelum stasiun KA Jogja kota. Jalan ini adalah tempat "pejalan kaki" kota terFavorit versi saya, berada diposisi teratas. tentu saja pelataran pejalan kakinya lebar banget, bersih dan teratur. Perlahan tapi pasti kami kembali bertebaran menggerayangi jejalanan kota yang dikenal "kota pelajar" ini. Perlintasan  stasiun kereta jelas mulai tumpah oleh manusia berlalu lalang. 
Ditengah keramaian kami tetap mendokumentasikan lokasi-lokasi yang kami anggap sensasional dimata. Dan spesial bangi orang-orag tentang kota Jogja. Kota ini juga dikenal sebagai kota pasar tradisional memikat hati. tepat dipenyeberangan rel kereta kita akan disambut oleh jalan yang paling terkenal di jogja ini yaitu jalam Malioboro. Sebetulnya jalanan ini sama seperti jalan pada umumnya, hanya saja jalan dua lajur tersebut  selalu  dipadati oleh orang berlalu lalang sepajang waktu. Di jalan Malioboro ini banyak sekali terdapat tempat wisata kuliner, termpat berbelanja pakaian, dan makanan, tak lupa jug makanan-makanan kecil dipinggir jalan. Buat asik suasana sore bukan? ^_^. 

Ada beberapa soal yang cukup menarik perhatian saya disepanjang jalan ini. yang pertama adalah soal Kenyamanan. saya termasuk orang yang suka sekali berjalan kaki (daratan, gunung, pesisir pantai) ada hal-hal baru yang saya temukan saat menelusuri suatu tempat. ada perbandingan rasa yang berujung kata syukur kala memandang orang-orang baru, tempat-tepat menabjubkan, dan itu adalah sudah menjadi kebutuhan bagi saya  sebagai makluk sosial, barangkali kamu juga demikian adanya. Kenyamanan sepanjang jalan Malioboro yang pertama adalah Musik, jika kamu lebih mengamati dan memerhati suasana jalan ini, maka kamu akan menedengar suara musik yang asik. Tiang-tiang lampu jalanan tersedia spiker (alat pengeras suara) musik yang dapat menghibur para pejalan kaki di sepanjang trotoar lebar itu. selain itu di bagian-bagian tertentu juga ada kelompok-kelompok anak muda yang memainkan alat musik di pinggir jalan. khas, berjiwa seni, kreatif dan menarik.

Kedua yang menarik adalah Budaya, tak salah kota Jogja ini di juluki kota seni dan budaya. Kota yang tak meninggalkan nilai-nilai kebudayaan ditengah arus serba kemodernan. ada terasa nada-nada harmonisasi antara nilai budaya dan nilai kemajuan jaman, keduanya saling mengimbangi. Jasa transportasi disepanjang jalan ini masih dipenuhi becak-becak sepeda ontel unik dan tradisional. dengan Segenap sikap yang bersahaja "mereka" siap mengantar para pengunjung mengitari kota. tak ubahnya bak taksi-taksi kuning ditengah kota Time Square USA ^_^. Kota jogja Modern tapi ketradisionalanya masih terjaga hingga sekarang. 

Ketika kami melewati gerbang kantor Gubernur Istimewa Yogyakarta. Ternyata sore ini adalah sore yang spesial, spesial karena ada pameran dan karnaval karya-karya berbagai komunitas dalam rangka memperingati hari ke Kratonan daerah istimewa Yogyakarta. 

Kerumanan manusia tak ubahnya macam pasar disepanjang jalan Malioboro itu, bak lautan manusia yang haus akan uniknya pertunjukan seni negeri ini. ini lah sesi yang saya suka dalam tahap perjalanan ini, melihat budaya orang lain dari sudut pandang yang berbeda. manikmati raut-raut wajah-wajah mereka yang berupaya memepertahankan nilai budaya hingga detik ini. berseragam tradisional, menyanyikan dendangan berirama khas yang diajarkan dari generasi sebelum mereka (leluhur mereka). semangat melestarikan budaya semacam itu sungguh mampu membangkitkan tekat dihati. 

Kami terus mengikuti arakan-arakan berbagai bentuk tari dan beragam karakter unik itu, ada burung elang, mongster, nenek sihir, topeng raksasa, ayam dan sebagainya. Perayaan yang diadakan sekali setahun ini berlangsung sangat meriah. Ditengah keruman orang-orang selalu terselip potrekan dari mereka yang kagum akan kreatifitas didepan mata mereka.

Ketiga hal yang membuat saya semakin kagum pada daerah istimewa Yogyakarta ini adalah  keramah tamahan, Toto kromo yang baik. buktinya adalah disaat kami berfoto diantara kerumunan ada yang tersengol tak sengaja oleh injakan saya, sebelum kata maaf terucap malah mereka yang berekpresi merasa bersalah dan bilang “monggo.. mas.. monggo..!, sambil ia tersenyum. Sama halnya dengan para tukang  becak yang pintar melayani dan menawarkan jasanya antar jemput.

Jika kita teruskan jalan hingga kepengujung jalan ini, kita akan akan menemukan persimpangan dimana terdapat salah satu Bank bangunannya unik, diseberangnya juga terdapat kantor pos berbangunan tua jelas ini adalah tipe bangunanan peningaln kolonial belanda. Waktu pun berada pada penghujung sore, saatnya menelusuri sudut-sudut kota mencari losmen murah untuk tidur bersama malam ini. Bermalam di kota Jogja kota pelajar kota yang asik buat manusia-manusia semacam kami "sang pejalan kaki". menikmati budaya negeri ini, memahami tentang "keseimbangan". Keseinbangan  antara budaya dan manusia berdampingan harmonis ditengah jaman Ternologi dan kemoderatan tampa batas.

Malam tetap begini, seperti malam-malam sebelumnya langit yang tadi menguning seburat pancaran dari ufuk barat dengan perlahan tapi pasti pun hilang, mengisaratkan enggan untuk kembali.
Disini tempat ku menatap berbagai hal berbeda dari hari ke hari. Tetap bersabar dalam perjalanan, merasakan dendangan melodi-melodi sang Cakrawala dan berakhir mengema di hati. Berharap dalam setiap lantunan doa, aku, kamu bahkan kita!. akan tetap bisa melanjutkan jejak langkah ini sampai kata "Faham" itu nyata adanya dan mampu berinisiatif baik ditengah masarakat dan mengapresiasi budaya sendiri dalam keharmonisan hidup, hingga patut dihargai oleh orang-orang di luar sana.
...........
……

Bersambung

Farieco Paldona Putra


klik gambar untuk melihan ukuran gabar secara maksimal


 Rel penyebrangan stasiun KA
 Kawat berbentuk ayam

 Tiang paling Fenomenal di Jogja

 Stasiun KA Yogyakarta

Para pejalan kaki

 Ditengah kerumunan, topeng raksasa yang unik
 Berupa sesajian, hasil pertanian masyarakat setempat
 Burung elang, gagah perkasa
 Sesosok raksasa merah
 Moment terbaik ditengah keramaian
 Tuyul-tuyul :D
Dipenghujung jalan Malioboro 
 Selfie boys
 Bangunan tua putih dibelakang adalah, sebuah Bank unik, bekas peninggalan Belanda
 Bangunan tua ini dimalam hari, terlihat megah 

Rabu, 25 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 6 : PERAMBANAN MENYAPA MU

Sumba, Daniel, Ferdy, Edo, Rian, Raju, Herdi dan saya. mereka adalah makluk-makluk yang ditakdirkan untuk bersatu, semenjak Negara Api menyerang  kami tinggal disatu padepokan (rumah kontrakan.. :D). Kami hidup dalam keharmonisan, walau hanya bernaung di sebuah gubuk tua dan reot selama satu bulan lamanya. (Njirrr…segitunya wkwkwkw...:D).
Sore-sore adalah jam-jam "Ide sedunia". akhir minggu adalah hari yang pas untuk berkeliling-keliling, hari berkunjung, hari untuk "Gebolang " merasakan seberapa menariknya dunia diluar sana. 
Setelah menghabiskan waktu untuk bernegosiasi bejam-jam dikelas, berpiring-piring nasi dikedai makan, berpuluh cemilan di kontrakan. Akhirnya ide cimerlang itu muncul juga kepermukaan kepala kami yang masih krisis akan rambut itu. Oke, saya, Sumba, Daniel, Ferdy, Edo, Rian, Raju, Herdi, semuanya sepakat akhir minggu ini siap untuk mengerayangi kota Yogyakarta (Jogja). kota yang asik untuk ngejajan dipinggir jalan, kota seni dan budaya yang selalu menjadi pilihan utama bagi pejalan Nusantara.

Setelah kelas belajar usai, kami se satu rumah seperti biasa pulang "bergerombolan" bak pasukan "Genji Perfect Seiha" di film "Crows Zero" hehehe..
Rencana yang sudah dibuat harus dilanjutkan, salah satu yang mensponsori (a.s.i.k ^-^ ) dalam rencana perjanan yang belum pernah dicoba ini adalah Zul. Zul adalah manusia kurus tinggi yang tingal hanya beberapa meter saja dari kontrakan kami. ia punya teman di Jogja, teman yang bakal ngemandu kami untuk ncari tempat tinggal disana. Jam tiga sore kami berangkat dari depan kontrakan menggunakan sebuah oplet menuju terminal Sidoarjo.

Angkot mengantar kami hingga terminal, tahap ini cukup bayar "lima ribu rupiah" saja per orang. Tampa menunggu lama-lama bus bertuliskan Jogyakarta dibagian kaca depannya pun menyapa kami. kernek yang cekatan bersorak parau ditengah keramaian, 
“jogja mas…”? kami Sembilan orang berduyun-duyun mengikuti arah bus yang mulai melambat. bus cukup menampung kami hingga tampa harus berdiri. Bersama bus besar antar kota dalam propinsi ini, jam empat sore kami bertolak dari Sidoarjo menuju kota Jogyakarta, kota yang berjulukan kota kraton itu membuat saya penaran berat. Kami semua belum pernah kekota ini, kota yang terlalu sering saya tongkrongin di tipi-tipi h e h e….

Sebagai tips agar aman dari berbagai kejahatan selama dalam dalam bus ini dia: 
pertama pliiiiissss…. Bro “jangan taro dompet di ketiak,” pliss gue mohon…. jangaaaan…"!! (melong-long), Jangan coba-coba menirukan kebiasaan ibu-ibu beli cabe dan kentang di pasar” -_- .wkwkwkw....

Kedua jangan guling-guling dilantai lesehan bus agar perhatian semua orang teruju pada mu kemudian, berharap para penumpang bersorak kamu…. “  KAMU… LUARBIASAAAA….!! Hahaha
“ tapi, bersikaplah sewajarnya saja. Trakhir jangan terlalu super kepo pada orang baru disebelah kamu, Dingamparrrr… itu ngak enak lho.. hehe.  sekian tips singkat dari saya.. :D

Dari keterangan seseorang yang duduk disebelah saya, menuju kota jogja kita butuh jarak tempuh "tujuh" sampai "delapan" jam perjalanan. Selama perjalanan kita akan melewati kota-kota yang cukup ternama di Jawa timur.

****
Senja mulai menguasai Alam. menenggelamkan matahari secara perlahan-lahan dikaki langit, bersisakan rona merah bercampur abu-abu yang mulai kelam. sisa –sisa cahaya dari ufuk barat itu masih menyisakan segurat cahaya  kuning redup menyirami sisi-sisi kaca bus ini. kaca yang sedari tadi saya intipi untuk memandang hamparan sawah diluar sana, ia bersisi-sisian bersama jalur rel yang berkelok-kelok mengikuti jalan bus ini. Piring-piring pesawahan menyisakan kekuningan batang-batang padi sehabis panen raya. sawah berdampingan secara harmonis bersama sederhana rerumahan penduduk, mengingatkan saya akan Negeri seribu gonjong, sumatera barat. Rinduku padamu. 

****
Jam digital hanphone saya sudah menunjukkan waktu untuk bermunajat kepada sang Maha Cinta, saatnya bertayamum dan sholat dalam posisi duduk. Siang berganti malam, dan kerinduan itu kembali menerawang di ruas-ruas otak ini dan ruang-ruang bus ini. pegamen silih berganti mendendangakan lagu yang makin-lama semakin tak jelas bahasa sunda atau jawanya itu. logat yang sulit saya gambarkan. Beberapa kali bus berhenti dipertigaan dan beberapa kali masuk keterminal-terminal, disaat itulah ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-kakek, nenek-nenek berkeliaran dari pintu depan sepanjang mobil hingga pintu belakang. semuanya pedagang asongan, menjajakan barang dagangannya masing-masing, mulai mengeluarkan potongan demi potongan makanan dan minuman dari keranjang dan mulai menawarkanya . 

Ada juga beberapa pedagang menggunakan cara-cara yang kreatif sekaligus “jahat binggittts” kesemua penumpang. pertama-tama tampa aba-aba… kue-kue dikeranjangnya dibagikan rata keseluruh penumpang satu persatu. Dengan tampang polos kami-kami mengamini, memegangnya. beberapa teman-teman tampak clingak-clingukan satu sama lain “maksutnya ini tuh apa??”. .”Mau di apakan ini kue..”?. saya tau saat-saat seperti ini mereka sudah begitu lapar. Kasihan. pertanyaan-pertanyaan itu masih saja tetap timbul ditengah-tengah hematnya kami dalam beberapa minggu belakang. apakah ini jatah para penumpang dari armada bus ini??. mungkinkah ini gratis..??. 
Dengan ekspresi kaku melonggo polos masih memegang sebuah kue yang cukup menggiurkan itu. selang beberapa menit tak lama kemudian bapak tukang asongan kue tadi kembali beraksi, tampa merasa berdosa kembali ngutip kue-kue tersebut dari tangan-tangan penumpang satuper satu. 
Termasuk kami yang masih megang kue yang barangkali sudah ditetesi ilerrr.. kami itu -_-. Jadi dari tadi bapak ini nunggu reaksi para penumpang apakah mau buka bungkusnya atau malah tidak diapa-apain? jika buka bungkus berarti beli dan bayar. 
Setelah bapak itu berlalu kamipun cekikikan tak tertahan.

Diperjalanan jam delapan malam bus berhenti di sebuah kedai makan, kedai yang tampak sederhana tapi remenya kebangetan. Dengan persedian uang saku yang Tak seberapa kami pun beli beberapa makanan dikedai tersebut.

Oya sebagai informasi jika teman-teman berangkat dari Sidoarjo maka teman-teman akan melewati beberapa kota sebelum sampai di kota Yogyakarta. Saya akan memberi petunjuk sederhana, ini rute yang bakal teman-teman lalui. 

Sidoarjo--> Mojosari --> Mojokerto--> Diwek--> Baron--> kota nganjuk--> Wilangan--> Mejayan--> Madiun Kota--> kota Magetan--> Sukoharjo--> Kalasan--> Yogyakarta.

Perjalanan yang perlu melewati banyak kota dan daerah, wajar saja lama perjalanan tujuh sampai delapan jam. Biaya bus dari SidoarjoĂ  Jogja, / orangnya "lima puluh lima ribu".
 
Malam menguasai bumi, mengusai semua yang tadi sore saya lihat indahnya padi-padi yang menguning terhampar luas hingga sejauh mata memandang. Sesekali hingga kekaki pebukitan yang entah bukit apa namanya. Lampu-lampu jalanan ikut membantu laju bus istimewa ini, bus yang mebawa kami ke kota istimewa. kota seniman bagi anak-anak kreatif dinegeri ini. ah… dulu hanya sebatas angan-angan untuk bisa mengunjungi kota ini. Alhamdulillah, walaupun injakan kaki ini belum sampai.

****
Jam sebelas malam kami usdah sampai hingga di pertigaan Janti. Hari sudah larut, kami diturunkan disini di pertigaan dibawah jalan layang, jalanan masih disibukan oleh kendaraan berlalu lalang. Masih ramai,  disini kami menunggu seorang teman dari teman kami Zul. 
Ditepi jalan raya, disamping mini market, disebelah pangkalan ojek. disanalah kami pertamakali menginjakkan kaki di tanah Yogyakarta, Hehe. walau tak ubahnya bak anak kehilangan induk. Butuh puluhan menit menunggu kawan ini,  satu yang paling dibutuhkan saat ini yaitu tempat tidur, meluruskan kaki dan pinggang kepala. 
Berkat bantuan teman dari teman kami ini, meski ia harus berputar-putar dulu ke di berapa lajur jalan, akhirnya ia mendapati sebuah wisma yang cukup murah berjarak satu kilo meter dari pertigaan Janti ini. tampa perlu berbelas kasihan kami semua harus menyerbu kegai nasi buk dee.. seadanya seberang jalan guna menina bobokan cacing-cacing dalam perut kami yang sedari tadi menjerit-jerit. Sepotong daging ayam kecil, sepiring nasi, sayur dan sambel. Delapan ribu.waw murah.

Wisma Prambanan, awalnya kami ingin mencari mesjid atau mushollah di SPBU terdekat, tidur disana. Toh hanya nunggu pagi yang hanya tinggal beberapa jam saja lagi. Semuanya berubah karena alasan keamanan dari gangguan para zombie jalanan, kelelawar gang malam yang suka bikin rusuh kesiapa saja yang baru nginjakin kaki disini. wisma dengan kamar yang cukup lebar dua tempat tidur tambah lesehan yang cukup menampung kami semua tidur disini. Biaya semalam wisma ini tiga ratus lima puluh ribu
Artinya dengan jumlah segitu dibagi kami semua, cukup irit bukan? itulah keuntungan pergi bersama-sama. Jumlah baginya lebih geedee hehe. Bersama malam kami semua kembali menunaikan sholat yang sepat tertunda karena alasan perjalanan. Bersama malam kami juga kembali menyusun renacana ngebolang esok paginya.

Dari nama Wisma Prambanan cukup memeberi petunjuk nak kemana kaki kami melangkah ditahap pertama ini, betul… yaitu candi Prambanan. Dari wisma sekitar jam tujuh pagi kita sudah keluar untuk memulai menelusuri jalan sekalian mencari sarapan. kami kembali ke arah pertigaan dimana kami diturunkan dari bus tadi malam, tapi besebrangan jalan. Disana terdapat Halte bus trans Jogja. Bersama bus tersebutlah kita akan diantar ke arah posisi candi yang biasa disebut-sebut roro jonggrang tersebut.

Sekalai lagi saya menemukan bus trans kota yang cukup nyaman selain di kota pekanbaru. kalau kamu pernah naik bus ini, maka kamu akan melihat dibagian dalam terdapat dua orang petugas mengenakan seragam jawa dan topi yang dinamakan blangkon khas jawa. Bus yang kita tumpangi akan mengikuti jalur Adisucipto Air port, terlihat rame sekali turis-turis disisni, dan dari halte ke halte.
 
Saatnya kita sampai di halte dimana kita harus turun, disini banyak terdapat delman yang sudah siap melayani pengunjung yang hendak kemana. Bersama dua delman kita semua diantarkan menuju candi prambanan, dengan sedikit kebingungan berkeliling mencari gerbang tiket masuk. Digerbang masing-masing dikenai biaya sebesar tiga puluh ribu. setiap orang menggunakan sebuah ID card untuk bisa masuk keseluruh area candi.

Pertama-tama kita akan disambut oleh taman yang indah, rerumputan, pepohonan rindang seakan senyumnya merekah tertuju pada siapa saja yang datang berkunjung disini. kedua kita akan disapa santun oleh bangunan batu abu-abu coklat menjulang ke atas langit, sungguh mengesankan. Guratan mengisaratkan kematangan ditengah pergantian waktu dari masa-kemasa, dari periode ke periode. Kokohnya menunjukkan umur ribuan tahun. Makin kesini kesini, saat kamu melangkahkan kaki kepelataran ini …diantara candi yang menjulang. Seakan merasakan jutaan misteri tersimpan dibalik bangunan megah ini. ini menunjukkan betapa kreatifan manusia.
....
Bersambung

Farieco Paldona Putra 

klik gambar untuk melihat lebih maksimal 



 Wisma, Janti Jogja


 naik delman itimewa :D
 ibu-ibu bersepeda (difoto dar atas delman)
siap bayar, foto dulu pak dee.. hehe
menjulang, amazing Arcitekture
pintu masuk



mungkin masih kokoh hingga ribuan tahun lagi
didalam gelap sekali, ada bau-bau bunga dan sesajian
susuanan yang detail sekali


tak lekang oleh jaman


para pejalan kaki



jalur pulang

Kamis, 19 Maret 2015

JEJAK LANGKAH Episode 5 : Kala Sakit Menyerang

Kecamatan Trawas adalah daerah berketinggian 700 meter diatas permukaan laut, cukup dingin bukan?. tipe daerah berupa lembah dan pebukitan. tentu, siapa saja yang berkunjung kedaerah ini akan disuguhi  pemandangan yang menawan dan segarnya udara pegunungan. 
Menurut cerita-cerita dan beberapa artikel terkait Trawas daerah ini menyimpan puluhan situs purbakala mada masa Mojopahit dan Airlangga ia sebagai saksi sejarah perjalanan negri dari periode keperiode, hingga sekarang masih bisa kita saksikan peninggalan itu.
Jelas saja saat saya beserta rombongan pertama menuju daerah ini, mengikuti rute makin lama makin menanjak untuk naik ke wilayah berlembah ini. kalau saat beruntung kita akan menyaksikan orang-orang menunggangi kuda putih-putih disisi kiri jalan (kuda yang lucu). pebukitan trawas sungguh pemandangan alam yang begitu menggetarkan alam fikiran, dan seketika mengalihkan titik fokus pandangan mata. 
Mungkin bisa jadi karena diklat di Rindam seminggu lamanya membuat fikiran gelap, terkurung dan kaku, sekarang saat semuanya usai, fikiran kembali tertuju pada cantiknya Alam kembali meyakinkan saya akan kaya nya negeri ini.
Barang kali ini salah satu jawabat atas doa-doa saya yang terlalu sering terucap kala masih di kota kecil Perawang beberapa waktu terakhir. Selain pemandangan hamparan sawah, rumah penduduk, kebun, dan pepohonan rindang yang berjajar rapi dikaki gunung Pananggungan. 
Tak heran kita saksikan pemandangan alam disini juga berpadu dengan puluhan hotel, komplek villa dan berbagai sarana rekreasi keluarga telah menghiasi lembah nan subur ini. bergandengan secara harmonis dengan perkampungan penduduk beserta hamparan sawah warga desa.
*
Bagi sahabat-sahabat beserta keluarga yang ingin berlibur disini. sebagai informasi penting, menginap disini tentu saja bikin nyaman (apalagi bagi kamu-kamu yang biasa hidup dikota-kota ber suhu panas seperti Pekanbaru, Surabaya, Jakarta, bekasi dll. Dari keterangan yang saya dapat ada puluhan hotel dan villa yang bisa disewa disini. mulai dari pilihan harga melati hingga hotel bintang tiga. Sebagai tempat wisata di trawas ini juga terdapat wisata air terjun, bumi perkemahan, kolam renang, berkuda keliling villa, pusat pendidikan lingkungan hidup (PPLH).  dan sebagainya.
selain itu bagi yang suka naik gunung, disini terdapat rute gunung pananggungan via tamiajeng. Menegenai wisata sejarah, juga terdapat beberapa peninggalan bangunan kerajaan mojopahit dan Airlangga, asiknya lagi masih terdapat kompleks candi dilereng gunung penanggungan.
Ohya.... bagaimana cara kamu menuju lembah trawas yang indah ini? ini beberapa rute yang bisa kamu tempuh
Jika kamu dari kota Malang kamu bisa mulai dari Pandaan -> Pringen -> Trawas.
Jika kamu dari kota Surabaya kamu bisa ikuti rute Krian ->Mojosari ->Trawas. (berjarak 60 KM dari Surabaya).
Selamat mencoba ... :D
****
Seminggu penuh pembekalan umum dan teknik kami jalani, hari terakhir ditutup oleh pimpinan sumber daya manusia (SDM) perusahaan. Dan kami siap kembali melanjutkan kegitan di tahap selanjutnya, yaitu Trening Teori di kantor Pusat Sidoarjo. Surabaya.

Pagi-pagi hari terakhir kami diantar denga bus bertuliskan Mojorejo. kembali menuruni perbukitan, kembali mengikuti jalan-berkelok-kelok, disuguhi sengkedan pepiring sawah nan cantik. Ahh… sungguh mengingatkan saya pada alam Solok Selatan. Pemandangan masih terpampampang indah di pelupuk mata, asal masih melewati perkampungan trawas ini. Semoga suatu saat saya bisa kembali kesini, bukan berombongan bukan sendirian.Tapi bersama seseorang yang spesial dihati. Asik.. hehe.
Saat itu mata terlalu mengantuk untuk banyak bercengkrama saat bus melaju.
Bertolak dari kecamatan trawas menuju Sidoarjo kira-kira kita perlu dua jam jarak tempuh, saat memasuki daerah sidoarjo suhu udara sudah terasa begitu nakal menyentuh kepala saya yang masih krisis akan rerambutan. 
Panasnya terasa begitu lekang kala tengah hari. Kabut jalanan cukup menganggu pandangan mata, kepala saya perlahan pusing.
Kabupaten Sidoarjo, merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. 
Ibukotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di barat. 
Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk kawasan Gerbangkertosusila
Wilayah Kabupaten Sidoarjo berada di dataran rendah, makanya terasa panas. 
Sidoarjo dikenal dengan sebutan Kota Delta, karena berada di antara dua sungai besar pecahan Kali Brantas, yakni Kali Mas dan Kali Porong. Kota Sidoarjo berada di selatan Surabaya, dan secara geografis kedua kota ini seolah-olah menyatu. Rata-rata temperature di Sidoarjo 24-33ÂșC . (Sumber:Wikipedia)
****
Sampai di penginapan jam jam 12 Siang, lantai empat. Entah kenapa tas gunung (carrier backpack) terasa begiitu berat ku angka,t ditambah dua ransel hitam saya tenteng terasa begitu berat. Terhuyun-huyun ada sesuatu yang menganggu jidat saya, pusing. Tampa baa biiii buuu… saya hembaskan badan dikasur nan empuk itu, penginapan yang berjarak 100 meter saja dari kantor pusat dimana kami belajar selama satu bulan kedepan. 
Kami kembali ditempatkan bersama-sama di asrama ini. bagi saya segala sesuatu yang baru adalah hal yang luar biasa. 
Termasuk penginapan di asrama ini, sudah sangat mewah bagi saya. Di asrama ini kami hanya dua hari, untuk selanjutnya kami akan mencari tempat tinggal dirumah-rumah penduduk sekitar tempat kami belajar, mengontraknya selama pendidikan, alhamdulillah disupsidi dalam bentuk perjalanan dinas.
Kepala saya terasa pusing, cenat-cetut hingga beberapa jam lamanya, padahal baru sampai di disini.
Sakit kepala, sebetulnya sesuatu yang jarang sekali saya alami. Alhasil hampir dua hari saya tidak bisa sanggup kemana-mana, tidak bepergian keluar seperti banyak teman-teman, tidak pergi santai-santai dilantai satu yang cukup nyaman untuk ditongkrongin. Kepala saya terasa lain, tubuh saya panas dan lemas, tak berdaya. Air ludah terasa hambar, minuman hambar, makanan hambar, semuanya hambar.
Ah… apalah lah daya ini yang begitu tak biasa dengan obat pil-pil warungan. Bukan takut karena pahit, sama sekali bukan itu alasanya tapi memang dari dulu sengaja tidak membiasakanya. Kecuali sudah resep dari dokter itu baru saya berselera untuk mencobanya. 
Pagi hari dihari kedua saya hanya tinggal sendiri diruangan kamar besrsekat-sekat ini, yang lain tentu saja pergi keluar dan mencari sesuatu untuk keperluan beberapa hari kedepan. mencari rumah tempat tinggal selama satu bulan belajar disini. 
Bersama lelaki terbaik sedunia (ayah saya) beliau hanya menyarankan “..istirahat lebih banyak, utamakan isi perut. wajar itu, mungkin karena berpindah-pindah daerah, penyesuaian tubuh terhadap perbedaan cuaca”.
Suaranya terngiang-ngiang dispeaker handphone. ia yang selalu ada dihati. Saat saat seperti ini saya begitu merindukannya. -_-

****
Siang berganti malam, dan malam pun berganti pagi.  Suara alam pun menyapa selamat datang sayang, bak suara seorang ibu guru Taman Kanak-kanak, ke siswa didiknya berumur empat setengah tahun. 
Sidoarjo. siadoarjo adalah tempat ketiga yang saya kunjungi dalam tahap belajar, tempat dimana saya disunguhi ilmu-ilmu dan pengalaman luar biasa. Semua ini saya peroleh secara gratis, inilah nikmat yang rasanya tak terkira saya syukuri. begitu juga dengan biaya sejauh ini masih satu kata "gratis". Saat-saat merasa “sesuatu” (seperti sekarang) ketika itulah saya percaya doa-doa bapak dan ibu telah didengar.. Ya Allah terimakasih... T_T.
  
Dipenghujung sore, setelah terlelap disiang hari, badan saya perlahan kembali membaik. Dan berusaha untuk tetap memaksa diri agar perut tidak kosong, enak tak enak perut ini harus diisi. Alhamdulillah malamnya gimana nikmat ‘fit’ itu sudah mulai terasa kesebatang tubuh saya. pagi-pagi sudah siap menjalani aktifitas dikontrakan yang baru, kebetulan pas dibelakang kantor pusat tempat saya belajar setiap harinya.
Perihal kondisi fisik saya yang drop dihari pertama di sidoarjo, predisi ayah saya kemungkinanya benar yaitu "perbedaan cuaca" cukup jauh berbeda memang antara trawas yang dingin, dan sidoarjo yang panas. 
Belajar di kantor pusat dibagi tiga kelas, dengan jenis materi yang berbeda tiap harinya. Serasa kuliah lagi. ada ujiannya, ada diskusinya. 
Teori pembangkit yang dipelajari meliputi sistem Boiler, sistem Turbin, sistem Generator, sistem Pengolahan Air, K3, sistem Perpipaan, Ragam Valve, pemeliharaan Peralatan, sistem transmition dan Arus. Semuanya berskala besar dan lain sebagainya. Waktu belajar dari jam 8 hingga jam 16 sore.
Semakin kesini makin terasa seperti apa lahan kewajiban dimasa mendatang. semakin menyadari betapa pentingnya Energi untuk kelangsungan hidup manusia. Makin terasa bagaimana pentingnya ilmu menuju kesejahteraan negeri dari generasi kegenerasi. Dan makin terasa bahaya dari sifat Apatis, sifat dimana berpuas diri pada keadaan sifat yang hanya ingin menang sendiri. sifat yang bakal membantai kreatifitas mu secara perlahan-perlahan. 

**** .......

Bersambung 

klik foto untuk melihat gambar secara maksimal





Belajar dikelas 
(kadang-kadang sekalian kelas ini tempat tidur siang hehe :D )



depan kantor pusat Sidoarjo


 Dari lantai atas penginapan, mata saya masih berkunang-kunang -_-


 Tampak dari kamar asrama
Jangan pernah nanya'... "ini Group band apa"?.....  haha




Farieco Paldona Putra