Senin, 29 September 2014

LOVE SOVIA 5 [Last]

“Anak ku sayang…. kamu kenapa?? ” tanya ku.

“ Ada apa dengan mu naak…??, “ceritalah sama kami sayang”. timpal istriku dengan suara agak parau. Nampak jelas rasa kekhawatiran di wajahnya.

Kemudian ia kembali diam. Ku rasa ia masih mengeluarkan air mata, butuh beberapa sepersekian detik baginya mengambil jedah. kemudian mengerakkan mulut, mengeluarkan suara.

“Ayah….ibu…”. terimakasih banyak atas doa dan dukungannya selama ini…”,  hari ini, putri kalian ini menemukan titik terang dari sebuah yang bernama ‘Impian’, (yang rasa-rasanya mustahil terwujut, oleh keluarga semiskin kita).

“Maksutnya sayang?” Tanya ku.

“Ayah tahu sebuah gambar yang terpajang di dinding kamar ku?” gambar itu adalah gambar seorang putri kerajaan nan cantik jelita, dan seorang raja nan Gagah berani, dilengkapi dengan ornamen-ornamen kerajaan megah bangsa Inggris zaman dahulu”. aku sadar gambar itu tidaklah cukup cantik, layaknya pesona putri kerajaan. tapi cukup lucu bukan…?
” . dalam isak tangisnnya, ia juga terdengar sedikit tertawa haru .

“Ibu…ayah.. ..” aku masih ingat, kala itu aku masih Sekolah Dasar sekitar sepuluh tahun yang lalu. karena kekuranganku ini (bagian kepala penuh penyakit kurap; berbau anyir). aku tau ibu bakal akan sedikit marah-marah padaku, berhubung penyakitku yang tak pernah ku mengerti, aku juga harus terpaksa masuk kedalam kamar nan sepi (tampa kawan) hingga beberapa jam, berdiam diri tidak boleh keluar kamar sebelum teman-teman kakak Rifan atau putri pulang.

Ibu tau? saat itu Sovia hanya bisa menangis, setelah ibu melontarkan nada-nada yang cukup tinggi kepada ku, itu terjadi untuk dua atau tiga hari pertama. Dan untuk seterusnya akhirnya Sovia mengerti, apa yang mesti Sovia lakuin. Yah… melakukan sesuatu yang buat ibu tidak marah-marah lagi,  lain hal yang kemudian Sovia lakukan adalah “menghibur diri”. Entah kenapa saat itu menggores-goreskan alat tulis diatas kertas menjadi sesuatu cara yang menyenangkan  guna menyatakan apa yang ada di pikiranku, dengan itu aku akan tenang dengan sendirinya, pastinya merasa terhibur pada hasil goresan-goresan itu.



 Entah datang dari mana sebuah pemikiran tentang sesuatu yang bernama cita-cita (Impian)muncul kekepala bocah kecil seperti Sovia dulu. Dimana suatu saat “Sovia akan pergi ke lukisan itu”, disana ada kerajaan yang begitu  megah, ada sang putri yang cantik, didampingi oleh seorang Raja nan tampan. Kerajaan atau bangunan megah itu dilengkapi ornamen-ornamen nan menawan hati.

Yah.. sebuah imajinasi yang tak pernah sovia bayangkan waktu itu. yaitu Pergi menuntut ilmu  ke Negeri Ratu Elisabet  (Inggris), dimana ada kerajaan dan bangunan megah itu berada.

Itu lah impian kecil ku bu….”


ia kembali diam dan menagis terisak. Aku yang sedari tadi terdiam terpaku mendengarkan penjelasan Sovia Lewat handphone yang ON speaker itu. tiba-tiba istriku menagis merangkul ku.

“Sov… Sovia ….maafkan ibu sayang” lirih istriku. Merasa bersalah.
“Sovia sayang ibu…,  jangan menangis lagi,” “tak ada sovia menaruh dendam sedikit pun dihati ini buu”..

“ Buuu….. “  hari ini impian kecil sovia tersebut bakal terwujud,”
Sovia mendapat beasiswa undagan  untuk belajar di ”London College of Fashion (London-Inngris)”.

ia sedikit terbatah-batah mengucapkannya, aku tau itu tandanya ia menghadapi sesuatu yang mengharukan dalam hidupnya. Hati ku tiba-tiba bergetar bagaikan garputala yang bergetar luar biasa, cukup lama setelah di ketukkan ke suatu benda. Perasaan ku yang bahagia, haru, sedih, rasa bersalah, bercampur menjadi satu kala itu.

Lembaga pendidikan Palie Studio ternyata bekerja sama dengan kampus Fashion ternama di Inggris itu. berhubung beberapa alumni Palie Studio datang bekunjung beberapa bulan yang lalu, ia tertarik dengan prestasi seorang anak muda yang bakal menjadi desaigner hebat. pola rancangan busana yang khas, ditambah karya-karya Sovia saat bekerja paruh waktu di sebuah Galery. Mereka terpikat, kemudian mereka merekomendasikan Sovia sebagai didikan Palie Studio dalam program beasiswa.


 “Sovia akan belajar London Inggris buuuu….” (T_T)  Ucapnya penuh haru.

Setelah mendengarkan penjelasan dari gadis pincang kami itu, yang tak pernah kami  bayangkan sama sekali. Aku dan istri seketika langsung sujud Syukur, di ruangan rumah tua itu.

suara tangis haru istriku pecah seketika, atas kabar gembira malam itu. terimakasih ya Alloh.
***
Masih membekas di benak ku, hari itu tanggal 10 Oktober, saat dimana Sovia sudah enam bulan menempuh pendidikan di Inggris. Aku dan istri sekali dua minggu atau paling tidak sebulan sekali masih rutin berbalas-balasan Email dengan Sovia yang jauh disana. Sedangkan Rifan menyisakan masa tahanan dua tahun lagi.

Siang itu adalah jadwal si bungsu kami (Putri) pulang kerumah, ia bakal agak lama dirumah karena masa libur smester. Kali ini ia pulang dengan sebuah mobil Toyota Fortuner putih (mewah) dan membawa beberapa orang temannya, aku tau itu mobil temannya yang kaya raya. Nampak mereka banyak membawa barang bawaan, berupa ransel gunung besar-besar dan beberapa perlengkapan pendakian lainya. Aku sudah bisa menyimpulkan mau hendak kemana mereka.

Putri berinisiatif menampung beberapa teman perempuannya dirumah selama satu malam sebelum, besoknya ia bakal naik gunung bersama teman-temannya tersebut.

entah kenapa ada sesuatu yang menahanku saat Putri mohon izin untuk pergi naik gunung yang mereka rencanakan. Anak tomboy itu beralasan untuk refresing (mumpung libur smester). Akhirnya aku dan istri mengizinkannya untuk pergi esok hari, walau hati ini agak berat entah kenapa. Teman-teman Putri malam itu nampak menikmati suasana, sepertinya dari gaya dan tingkah laku mereka. ‘pesta malam’ adalah hal yang kerap mereka lakukan, tentunya mereka berasal dari keluarga berkeuangan lebih mapan.

Malam itu mereka membuat Api unggun didepan rumah kami, mereka menghabiskan malam dengan nyanyian ala anak muda tak jelas, karena masih terngiang-ngiang di telingaku  dari kamar kami.

Hingga larut malam, aku dan istri membiarkan mereka. Dimana sebelunya aku menginstruksikan sebelum jam dua belas mereka harus menyudahi, dan masuk kedalam rumah kemudian istirahat. Sovia dan teman-temannya juga memasak beberapa makanan dan beberapa minuman, mereka sedikit berteriak-teriak senang,  tertawa, bernyanyi, bercerita, jingkrak-jingkrak, menari.

diam-diam mereka sesaat setelah kami tinggalkan mereka, dan memutuskan untuk tidur. Mereka  membuka sebotol Bir, “ini dia sebagai penghanggat malam kita” sahut salah satu dari mereka.

Putri yang sedari tadi bolak balik  dapur-halaman, halaman-dapur . ia membawa berbagai masakan cepat saji, instan. malam semakin larut tak hayal mereka (Putri dan 3 orang temannya) juga larut dalam suasana malam mereka, tak lama watu berselang. Dari depan halaman rumah tirlihat semacam asap mengempul seperti bersumber dari ruangan belakang. Putri yang sedikit mabuk kaget dan berlari kedalam rumah , lalu ia berteriak-terik mintak tolong”.

aku dan istri terbangun, kaget berlari ketengah-tengah rumah, asap sudah memenuhi seluruh ruangan. api mulai menyala dibagian sudut dapur” tepat di area kompor yang lupa Putri matikan. Aku sunggu panik saat itu, istri keluar rumah kemudian histeris mintak tolong ketetangga.

teman-teman putri yang setengah mabuk menyelamatkan barang-barang rumah yang kira-kira  masih mungkin bisa  diselamatkan. sedangkan Putri masih terkurung, ia kemudian diam tampa suara, pinsan karena kepulan asab. aku berlari ke area dapur dimana Putri tampat suaranya terakhir minta tolong.

Sulit bagi ku untuk menentukan posisinya. Api sudah mulai memebesar dimana-mana, perabotan berbahan kayu mulai di lahap api, bahan bahan batik pun begitu mudah di makan sijago merah. tetangga berbondong- bondong ikut membantu menyiramkan air ke area toko batik yang apinya semakin membesar itu. sebagian yang lain memebantu mengeluarkan barang-barang rumah, dan beberapa orang membantuku menyelamatkan anak ku Putri dari ancaman maut api yang menghanguskan.

Aku nyaris pustus asa, aku tidak bisa bergerak bebas karena asap yang sangat tebal dan beberapa potongan potongan bangunan berjatuhan dari plafon rumah. Tapi demi seorang anak, tampa fikir panjang aku menerobos ke area belakang, dekat kamar mandi yang sebagianya sudah habisnya di lahap api. Disana ku melihat sebagian badan Putri, ia lemas tak berdaya. Ia juga terhimpit oleh puing kayu yang terbakar.

Ia masih pinsan, secepat mungkin aku mendekati membebaskannya dari potongan sisa bangunan itu kemudian mengendongnya keluar ruamah. diluar sudah terdapat tiga mobil pemadam kebakaran, dengan kerja sama yang baik, Alhamdulillah dua puluh lima menit kemudian api berhasil di padamkan. Toko dan ruangan produksi batik habis terbakar (90%), rumah terbakar (50%), semuanya terjadi terasa begitu cepat. di rentang waktu yang begitu singkat, siapa yang menyangka.
“Astafirullohhalazim”.
Sementara itu si bungsu (Putri), langsung ku larikan kerumah sakit terdekat. rambutnya sebagian besar terbakar, kemudian bagian wajah dan leher juga mengalami luka bakar sebesar 25%, tapi satu hal yang terpenting Ia selamat.”Alhamdulillah”.

Semejak cobaan malam itu, aku, istri dan Putri sementara waktu [dalam jangka waktu yang tidak ditentukan] tinggal dirumah family istri. dimana mertua ku atau ibu istriku tinggal disana semejak rumahnya yang terbakar itu kami tempati.

Kini toko batik keluarga hanya tinggal nama, ku urungkan pikiranku tentang yang namanya batik. bisa dikatakan ini adalah troma, dari tekanan hidup yang begitu besar. enam bulan kemudian, Sovia terbang kembali ke Tanah Air, setelah satu tahun lebih berada di London-Inggris. Mengenai musibah kebakaran tak sangub aku memberi tahunya. karena tak lain, takut konsentrasinya dalam menimba ilmu dan pengalaman di Negeri orang menjadi terganggu.

Rasa bahagia, sedih, haru menjadi satu saat ia pulang menemui kami. melihat  kondisi kami yang sangat mengkhatirkan; anak dalam kondisi sakit, usaha habis, rumah masih tergadaikan, hutang dimana-mana. Lengkap sudah.

Ini titik terendah dari perjalanan hidupku dan keluarga, cobaan begitu banyak, terasa begitu berat. Tapi entah kenapa ada sesuatu yang membuatku tetap bertahan, yaitu:“keluarga”. selama keluarga masih ada, aku akan tetap berbuat sesuatu, InsyAllah ada jalan.

Semenjak Sovia pulang dari negeri Ratu Elisabet, dengan segenap kemampuan dan pengalaman yang memadai, serta memiliki partner yang oke, punya kenalan desaigner-desaigner berpengalaman. ia lulus dari Palie Studio dengan nilai terbaik.

Bersama  dengan seorang sahabat baiknya [punya dana usaha] mereka bekerja sama untuk membuat sebuah “Galeri” kemudian membuat sebuah “Brand” khusus, agar bisa dikenal mudah oleh banyak orang.

Ia dan satu orang rekan kerjanya menjalankan strategi usaha dengan baik dan kemudian fokus, ia juga saling berkolaborasi dengan rekan-rekan disaigner lain. Dan pada akhirnya sovia memutuskan membuat nama Brand sendiri untuk galeri nya dengan nama:
 *-- “LOVE SOVIA”--*

Dari waktu ke waktu. perlahan tapi pasti --“LOVE SOVIA”-- semakin dikenal banyak orang, dikenal banyak desaigner lain. Dengan menghasilkan karya seni desaign yang modern, indah (sesuai selera konsumen), pelayanan terbaik, dan strategi pemasaran yang tepat. Sovia terus belajar dari waktu kewaktu tanpa henti, tidak mudah merasa puas. ia juga belajar dari siapa saja. Ia menikmati pekerjaannya sebagai disaigner sekaligus sebagai pengusaha muda.

Satu tahun kemudian usahanya semakin berkembang dengan melakukan banyak inovasi-inovasi baru. Dalam program bekerja sama yang baik, ia juga ikut berperan penting dalam berbagai pameran-pameran karya disaign busananya Indonesia. Pameran-pameran penting itu secara nasional seperti -Indonesia Fasion Week-, -Jakarta Islamic fashion week-, -Peragaa busana Jakarta- dan lain-lain.

Profesinya kian bertambah, ia dikenal banyak orang sebagai Profesional yang menginspirasi, ia sering diundang dalam acara pelatihan-pelatihan disaign tata busana, Pembicara seni gambar, dan sebagai Pembicara pelatihan kewirausahaan.

Akhirnya usaha batik ku yang sempat mati, kini mulai di jalankan lagi dari awal. ya tentu saja Sovia yang menjalankan usaha produksi batik tersebut. Sovia mengubah total strategi usaha, ragam jenis batik yang kami produksi, dan style batik yang menarik, khas, unik , dan  desaignnya disesuaikan dengan selera konsumen. Dengan disaign yang oke dan strategi pemasaran yang benar, akhirnya usaha batik mulai kembali dikenal banyak orang. Sovia juga mengkolaborasikan bahan batik sebagai ciri khusus di --“LOVE SOVIA”-- , dimana bahan dasar kainnya kami yang memproduksi sendiri secara tradisional. ini sebagai ciri khas produk.

Dua tahun kemudian, Love Sovia sudah buka cabang di dua belas kota besar di Indonesia. akhirnya rumah kami yang sempat tergadaikan sudah dapat di miliki lagi, begitu juga dengan hutang piutang di Bank, tentangga, sanak family sudah terlunaskan 100%. Sebagai hunian baru Sovia membeli rumah mewah untuk keluarga besar, di kawasan Kemang [perumahan mewah].

Siapa yang menyangka??  usaha batik yang menghidupi keluarga puluhan tahun lamanya dari turun-temurun itu. kini di warisi oleh seorang anak yang dulunya dianggap Aib bagi keluarga. Ya, dialah Sovia Yonelia Pratiwi--  si gadis pincang dan buruk rupa, kepala berkurap (amis, bau’), yang dulunya menjijikan itu. dan pada akhirnya, menjadi inspirasi bagi keluarga, menjadi sosok inspirasi bagi banyak orang. ia  berhasil merubah banyak hal, dari keadaan keluarga yang terpuruknya amat sangat dalam. ia menjadikan hobinya menjadi suatu Keahlian, dan menjadikan keahlianya sebagai Profesi. ia menikmati pekerjaanya sebagai disaigner sekaligus pengusaha muda.



Sovia membuktikan, kekurangan fisik tidak menghambatnya untuk terus menjadi diri sendiri. Berusaha untuk menjadi yang ia cita-citakan, dan menariknya “ ia bisa menciptakan sesuatu yang keren dari dirinya”.

Sesunguhnya setiap manusia dilahirkan kedunia, selalu membawa sesuatu yang unik yang bisa di kembangkan (disamping adanya kekurangan, yah.. itu wajar wajar saja). Dan disaat mempunyai suatu ke inginan atau impian, jangan sesekali memaksakan untuk mengujudkannya ke anak-anak. Biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri, berkreasi sendiri dimana mereka bahagia dan sepenuh hati melakukannya, kita sebagai orang tua tungasnya mendampingi dan menjadi sahabat bagi mereka.
 Bila mereka punya kelebihan, pujilah sekedarnya karena kelebihan itu bisa saja akan sirna dalam sekejab. Dan jika mereka ada kekurangan bahkan terkesan “Aib” , maka sikapi lah itu sewajarnya, jangan berlebih-lebihan dalam membenci, karena bisa saja di hari depan ia menyelamatkan.

Rifan setelah keluar dari dari tahanan, ia belajar aktif sebagai pimpinan bagian produksi usaha batik. Akhirnya ia sadar, dahulu tampang yang ia bangga-banggakan kini hanya bersisakan bekas-bekas luka di wajahnya. ia nampak bersahaja dan sangat dewasa atas hukuman yang dijalani.

Sedangkan si bungsu (Putri) yang dulunya di puja-puji kareana kecantikannya. kini meninggalkan bekas luka bakar diwajahnya (pasca kebakaran rumah). dengan ilmu Pemasaran yang ia miliki saat diperkuliahan, ia mencoba mengaplikasikan ilmu tersebut dalam memasarkan produk batik kami. Sekarang ke tiga patra putri kami bersatu dalam membangun sebuah usaha produk asli nenek moyang Indonesia yaitu –“BATIK”-.

Rasa kesepian ku dan istri kini sudah berahir, kami berkumpul kembali dalam kondisi bahagia mengharukan dimana suatu titik yang begitu ku rindu-rindukan, dalam jangka waktu yang amat lama.
 *“Maka nikmat tuhan mu manalagi yang kau dustakan”. 

 -------
Dikala sair-sair cinta mendayu memecah sepi
Dikala cinta membuat ku termanggu melayang jauh
Dilema rindu akan senyum merona mu menyambut pagi
Dikelam malam bertaburkan bintang berharap kau ada disisi

-------
Ku ingin kau terbang tinggi ke angkasa walau harus melawan kuatnya deru angin
Ku ingin kau belajar tentang sesuatu yang membuat mu lebih berdaya guna
Ku ingin kau ahli dalam mendengar siulan-siulan dari relung hati yang paling dalam, hendak kemana ia?
Ku ingin kau mencintai apa yang menjadi ketetapanmu, dan melupakan keluh kesah itu walau mereka mengira itu begitu hina 
-------

****
Lamunan ku pecah seketika, karena kehadiran seseorang bocah kecil lucu. tiba-tiba.. merangkul pundak ku dari belakang. album biru usang itu ku rapikan kembali. kemudian meladeni” bocah kecil lucu itu… :)

“wwahhh….. cucu kakek, baru pulang ya?””, sini duduk sama kakek” godaku.

“kakek kenapa?? Kok kaca matanya basah?? ..Ucapnya lugu. kemudia duduk di pelukan ku, kemudian memain-mainkan pergelangan tangan ku, nampak kulitny sudah makin kriput.

Aku perlahan menyeka sisa sisa cairan bening yang masih tersisa di mata dan kaca mata ku, denga sehelai sapu tangan coklat yang baru saja ku keluarkan dari saku jacket sebalah kanan ku.

“nngak kakek ngak kenapa-napa”.. kemudian ku kagetkan bocah itu dengan gelitikan secara mendadak. Dibagian perutnya, ia pun tertawa terbahak-bahak mintak ampun.

Ia adalah cucu pertama di keluarga kami, namanya Farid. Ia  putra pertama Sovia, Sovia akhirnya berjodoh dengan teman se SMAnya. setelah menamatkan pendidikan diperguruan  Negeri Islam Negeri, ia juga seorang pengusaha muda.

“ehh…. Ngomong-ngomong tadi di sekolah belajar apa sayang??

“adha dech … “rahasia” jawabnya kemudian kembali tertawa.

“farid dan teman-teman tadi belajar di sekolah tentang “biodata”..
kemudian ditulikan di buku dengan pensil warna-warni. Katanya dengan polos.

Dengan semangat ia membuka tas ransel bergambar spongbobnya, dan mengeluarkan buku catatan lucu yang sudah berbekas lipatan sana sini.

“kakek coba lihat ini, Farid sudah bisa menulis lho” ia mulai muji diri sendri.

Tiba-tiba terdengar suara dari lantai bawah. “sayang cepat ganti bajunya” jelas itu suara Sovia.

“iyaa… ummi “ sebentar yah kek. “

“ya sudah sana ganti bajunya” ku pelan memukul pantatnya . Kembali secangkir teh yang sudah semakin dingin itu ku seduh.

Iseng-iseng ku buka lembaran buku, cucu ku yang ganteng berumur 5 tahun itu.

Huruf hufurnya nampak tidak beraturan, tapi bisa dibaca. Setiap barisnya punya warna-warna yang berbeda.

Ada satu point yang menyita perhatian ku, anda mau tau apa??  :)
Ini dia;
- …………      : ……………
- umur              : 5 tahun
- CITA-CITA  : AKTOR FILM
- …………      : …………..

Mengenai cita-citanya, menggodaku untuk tersenyum hingga beberapa menit dan mengodaku untuk kembali berimajinasi tentang sebuah cita-cita ku (read; modeling, actor film. ^_^

……….

TAMAT

Terimakasih telah membaca :)

By: Farieco Paldona Putra


Kamis, 25 September 2014

LOVE SOVIA 4



    Ya udah ngak apa apa sayang, yang penting kamu sudah berusaha keras. kataku mantap menyemangatinya.

“Tapi, ayah” sahutnya. ia mulai tersenyam-senyum geli menatapku, kemudian perlahan menggerak-gerakkan lehernya bak gaya Tinatun (artis cilik). tingkah lucu itu membuatku sontak tertawa mengelitik, kemudian ia memeluk ku haru. 

“ayah gambar Sovia di nilai ter unik, mereka menyukainya” dan terpilih sebagai pemenang” Alhamdulillah… bahakan Sovia sendiri tidak menyangka sama sekali yah” ucapnya semangat.“Wahhh hebatnya anak ayah yang satu ini, selamat ya sayang…!! 

“ayah dan ibu banga pada mu nak” ;-)

Kemudian ia menemui ibunya, ia terlihat begitu senang.

Ia (Sovia) anak ku si gadis pincang yang terus perlahan merubah segala kemungkinan-kemungkinan yang menghalangi dirinya untuk berbuat sesuatu. 

*maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” 

       Ditengah-tengah situasi keluarga yang semakin tak tentu arah, bak padang pasir yang  tandus dan kering. Sementara seorang Sovia adalah bak setitik embun yang cukup untuk membasahi dan menyegarkan sepotong hati dalam nahkoda keluarga kami. Kekhawatiran akan usaha yang terancam akan ditutup, labil ekonomi keluarga yang mencemaskan hati, rasa tak berdaya akan nasip si sulung, bentrok perasaan dalam menghadapi si putri bungsu yang keras kepala, dan secarik harapan dari seorang gadis ceria nan pincang akan kepercayaan dirinya. Maka sepotong alasan terakhir tersebut seakan memberi harapan baru, menjadi sesuatu penyejuk jiwa ditengah-tengah keluarga.


       Fisik yang sekilas tapak tak berdaya itu, tapi mempunyai energi yang seakan tak pernah habis. disekolahnya ia (Sovia) membantu menjualkan kue buatan ibunya, saat masih berseragam Merah Putih ia pernah juga secara diam-diam (tanpa memberi tahu kami) membantu menjualkan “alat tulis lucu” keteman-temannya ia bekerja sama dengan mbak-mbak foto copi disamping rumah kami. saat di tanya kenapa?,, ia hanya menjawab “untuk menambah uang jajan”. 

     ia menikmati semua itu, ia melakukannya dengan senang hati tanpa di suruh, tampa tekanan. Dan kabar bahagia siang ini, siapa yang menyangka karya karikaturnya terpilih sebagai pemenang yang bakal dikontrak oleh satu surat kabar terkenal di kota ini, berdurasi satu tahun. Denga itu tentunya Sovia akan dibayar setiap karikatur yang dimuatnya. Banyak lomba yang pernah di ikuti sovia, banyak gagal juga tapi sekali-sekali juaga menang, terakhir adalah lomba membuat karikatur yang bertemakan “Hari Pendidikan Nasional” sebulan yang lalu. ia berhasir menempati no 3. Dan dari hasil dari lomba antar pelajar Sekolah Dasar itu, salah satu surat kabar tertarik untuk mengambil 1 dari peringkat 10 besar. Dimana khusus gambar yang berkarakter dan berstandar menurut pihak surat kabar tersebut. 


       Karikatur Sovia yang dinilai detail dan jelas menjadi nilai tambah baginya, aku terharu. dan sungguh  “maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan”? . dengan kontrak sebagai pengisi kolom karikatur di sebauh media massa. Secara otomatis  ia telah membantu aku dan istri dalam hal biaya sekolah untuknya.

     Demi memperbaiki kondisi keluarga keyang lebih baik, aku dan keluarga terus melakukan upaya-upaya bagaiman mempertahankan usaha. setelah dua tahun lebih  usaha mulai merangkak perlahan ke arah yang lebih baik. istriku yang masih berkreasi dengan beraneka jajanan kue, di bantu oleh sovia dalam memasarkannya di sekolah. Sementara  si gadis bungsu (putri) ia masih hanya menjalani hidup apa adanya, tampa peduli dengan kondisi keluarga. ia merasa bekerja keras itu hanya wajib dilakukan oleh orang tua. Putri kadang masih keras kepala jika aku dan istriku mengingatkan dalam berbagai hal yang patut, apa lagi yang menasehati adalah kakaknya (Sovia). misalnya kedisiplinan dalam menegerjakan tugas sekolah. 

        Akhir-akhir ini Putri makin sering memancing terjadinya keributan, ia sering merengek kepada ibunya memintak sesuatu yang rasanya belum penting bagi dirinya. misalnya mengganti Hanphone, sepatu sekolah, tas sekolah, labtop dan perlengkapan kecantikan yang hampir selalu setiap hari ia gunakan, padahal semuanya beleum menjadi kebutuhan baginya. 

     Sikap keras kepalanya yang semakin menjadi-jadi ini, barangkali ada hubungannya dengan perhatian aku dan istri ke kakanya (Sovia), memang real. ia sering kami puji mengenai hasil usahanya. Berdampak terjadinya kecemburuan sosil, sibungsu merasa tak terperhatikan. walau sesungguhnya aku bahkan istri tetap memporsikan kasih sayang yang sama kepada mereka.

***
      Saat memasuki Sekolah Menengah Atas si putri bungsu (Putri) agak “ngotot” masuk sekolah Swasta elit di puat kota, dimana ia mengikuti jejak teman-temannya yang perekonomiannya jujur saja jauh melebihi prekonomian keluarga kami. nasehat dan usulan sudah di kerahkan kepada Putri perihal sekolah yang ia pilih. Karena memang ego yang begitu besar dan sikap yang tak mau tau itu. akhirnya demi kebaikan, kami ekstra hitung-hitungan demi memenuhi keinginan siputri bungsu nan cantik kami itu. 

       Alhasil kami terpaksa lebih banyak lagi menabung, demi  memenuhi biaya sekolah yang terasa begitu mahal, ditambah kebutuhan pribadinya yang makin banyak. Lain Putri lain pula Sovia, Ia lebih memilih  Sekolah Menengah Atas Negeri biasa, dimana lokasinya tak jauh dari rumah. Fasilitasnya biasa saja tak berlebihan, dengan biaya dan kebutuhan yang wajar.

         Di sekolah yang tak jauh dari rumah tersebut, sovia masih aktif dan senang membantu ibunya menjual beraneka ragam jajanan kue. Salah satu yang membuat aku merasa tenang adalah, sovia bukanya merasa malu ataupun gengsi saat ia menawarkan sesuatu ke teman-temannya bahkan guru-gurunya. sakin pintarnya dia mengatur strategi kelompok bejar bersama teman-teman sekelas (anggotanya 25 siswa lebih), yang ia kelola di sekolah ( khususnya pelajaran matematika, Fisika yang ia senangi). Tentunya bisa ia pastikan pelanggan tetap jualan kuenya adalah teman-teman di kelompoknya tersebut, belum pelanggan yang lainnya. Jadi tak heran ratusan kue terjual laris setiap hari. ia juga menerima usulan dan masukkan perihal menu kue yang dijual, dari teman-temannya. 



satu hal, sempat aku berfikir. apakah kesenangan Sovia dalam hal berdagang adalah turuanan jiwa dagang dari kakeknya.?? “si pengusaha Batik yang dulu di kenal banyak orang”, karena produk dan pemasarannya yang baik”?? Bisa jadi pikirku.

      Di tahun  kedua Sovia secara alami ( tampa usulan aku dan istri) selain ia belajar rutin disekolah, ia juga aktif di dua kegiatan; yang pertama ia bergabung di kegiatan extra kurikuler Seni sekolah. khusunya di bidang seni gambar. 

     Kedua di bidang intepreneurship school. Karena setiap hari Sovia di saksikan oleh teman-teman beserta guru-gurunya aktif berdagang kue di sekolah. tambah keinginanya masuk kegiatan extra Wirausaha Siswa secara pribadi. Sovia dan team, diberi sebuah tantangan serta kepercayaan  oleh seorang guru Pembina untuk mencari, kemudian mengelolah suatu usaha yang bernilai ekonomis, bermanfaat, efisien dan efektif.

      Dengan pengajuan proposal usaha yang di sepakati, dan dirancang kelompok siswa. Maka pihak sekolah akan mempertimbangkan, kemudian memberi fasilitas; berupa dana, perlengkapan pendukung dan tempat produksi.



Benar saja organisasi ekstra kurikuler Wirausaha Siswa yang selama ini mati suri itu, kembali bergerak. Sovia dan teman-teman mencoba bercocok tanam, membudidayakan kacang tanah super, ubi jalar unggu manis di pekarangan sekolah dan beternak berbagai ikan air tawar.

***
     Suatu sore akhir pekan, Putri (sibungsu) pulang kerumah. seperti biasa karena ia bersekolah di pusat kota , jauh dari rumah. ia harus ngekos tak jauh dari area sekolahnya. pulang kerumah sekali dalam seminggu (weekend). Kebiasaanya tak luput dari perhatianku, dirumah bukanya saling berbagi cerita tentang aktifitasnya di sekolah, ia lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar. menelfon temannya yang entah itu siapa. Di kesempatan lain ia juga tak jarang suka protes ini itu, kenapa makanan dirumah terasa tidak enak??, ruangan rumah terasa panas lho??, sore itu ia memutuskanuntuk keluar rumah, pergi bersama teman-teman entah itu dari mana. Aku semakin heran dengan tingkah laku anak bungsu kami itu, ia sering meminta uang tambahan buat beli buku kadang buat beli sesuatu untuk kegiatan ini, kegiatan itu sungguh aku kelabakan untuk memenuhi kebutuhanya.

       karena rasa penasaran, pernah aku diam-diam berkunjung ke kosan yang ia tempati.  aku tak mendapati ia ada di kos, setelah ku coba tanya-tanya sama teman kos sebelah, ternyata ia sudah tak masuk sekolah selama tiga hari, kadang juga jarang pulang ke kosnya.

      Aku makin khawatir dengn kelakuan  si bungsu (Putri). ia sudah berani bolos sekolah, membohongi kami dengan mintak uang lebih yang tak jelas untuk apa itu. benar dugaan ku, ia selama ini mintak uang yang tak jelas tersebut digunakan untuk hura-hura bersama teman-temannya. Dasar anak zaman sekarang. Memancing migrenku kambuh saja. aku dan istri berusaha menasehatinya dengan baik dan tegas. mengancamnya jika bersekolahnya tidak benar, kami bakal pindahkan ke sekolah umum biasa. Diluar dugaan, dengan sifat keras kepalanya tak lama waktu berselang setelah kami nasehati, ia kabur dari rumah. 



     Sunguh anak ababil, tapi kenapa ia begitu keras kepala, pikirku heran. Andai saja tingkahlakunya secantik wajahnya. pikirku. Aku tak bisa berbuat banyak, tapi menjaga sikap tenang menasehatinya perlahan-lahan dan tegas menjadi hal yang sangat perlu saat ini.
Di sisi lain Sovia di sekolahnya semakin sibuk dengan kegiatn wirausaha siswa yang ia geluti bersama kelompoknya. Dari hasil kerja sama ditambah himpunan ide-ide mereka, mereka mencoba membuat es cream yang bahannya dasar dari ubi jalar unggu manis. Produk itu setelah dilakukan berbagai percobaan-percobaan dan proses yang cukup lama dan panjang, mereka memutuskan untuk membawa produk tersebut  ke panggung lomba wirausaha siswa. Benar saja dengan produk es cream tersebut mereka berasil menjadi pemenang dalam ajang Intrepreneurship scholl antar sekolah  sebagai juara dua. Prestasi tersebut perdana disekolahnya mereka di puji dan semakin mendapat kepercayaan dari para Pembina dan guru-guru.

       Sovia selain kesibukannya belajar, ia tak lupa meluangkan waktnya untuk melakukan kegiatan yang menjadi hobinya, ya ia senang pada seni gambar. Selain karikatur, gambar abstrak, ia juga mulai mengembangkan idenya di bidang Feshion Disaign, berupa gambar-gambar tata busana. Diberbagai kesempatan perlombaaan seni gambar, ia sering menjuarainya. Sovia semakin dikenal di kalangan teman-temannya, dan guru-guru. pihak sekolah makin kagum pada siswi pincang berbakat itu. Sovia menikmati kesibukkannya, tampa beban. bahkan ia tambah percaya akan dirinya. di sekolah hanya ia yang bisa melukis gambar karikatur yang beragam dan menarik banyak orang, ditambah gambar tata busana nan cantik. 
menjadi gambar tata busana yang pertama dirancang siswa, ini menjadi sorotan dan perhatian. Karena karya yang begitu menarik dan unik luar biasa, pihak sekolanya berinisiatif memanfaatkan moment untuk mengadakan  acara Promotion and Open Scholl (acara tahunan), dimana mengundang  sekolah-sekolah lain (Sekolah Dasar, Menegah Pertama, Tingkat Atas) untuk untuk menghadiri acara akbar tersebut. di gedung serba guna sekolah di tampilkanlah prestasi-prestasi siswa, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa, dan karya-karya kreatifitas para siswa. para hadirin nampak banyak sekali datang berkunjung. Yang paling banyak menarik perhaatian hadirin adalah, sebuah pameran lukisan yang indah mulai dari lukisn alam, karikatur, kaligrafi, lukisan abstrak, dan gambar tata busana.



     Dalam kegiatan tersebut para hadirin di perkenankan bebas untuk melakukan tanya jawab alangsung ke para siswa yang bersangkutan mengenai karya-karya yang di tampilkan. Segenap informasi dan tanggapan yang didapat dari para hadirin, mereka menilai seni yang ditampilkan memiliki kualitas yang baik (skala pelajar). banyak juga usulan dan masukan agar siswa-siswi yang berperan dalam karya tersebut, harus di sokong dan salurkan bakatnya ke lembaga yang yang lebih tinggi hingga membuatnya lebih kaya akan pengalaman, harapanya bisa nantinya menjadi seorang professional di bidang seni. 

      Tanggapan dan komentar positif terus mengalir mengenai kegiatan wirausaha siswa, produk Es Cream ubi jalar manis, lukisan karikatur yang berkarakter, gambar-gambar busana pakaian yang unik dan cantik, kebetulan sovia sedang berdiri dibagian galeri lukiasan, wartawan dari media tersebut melakukan Tanya jawab ke gadis pincang yang namoak ceria itu, ia nampak bersemangat dalam menjawab pertanyaan dari media dan para tamu. Wartawan dan pengunjung menyukai tentang lukisan karikatur nan lucu, detail, unik sungguh mengelitik siapapun melihatnya. Tak disangka acara promotion and open school tersebut menarik media masa untuk meliput dan dimuat di Koran besok harinya. 

para guru merasa puas dengan kerja keras panitia dalam  promosi sekolah tahun ini. 


***
       Tahun kelulusan Sovia akhirnya sama dengan adiknya, karena sang adik  jarang masuk sekolah  akibatnya ia tinggal kelas saat tahun kedua di sekolah swasta tersebut.

    Aku pun kembali dihadapkan dengan persoalan krusial, bak tembok yang yang menjulang tinggi. mungkin kamu akan berfikir keras dan berusaha maksimal untuk mendapatkan sesuatu, saat  anak-anak mintak dikuliahkan. Aku pun memutar otak, apa yang bisa aku lakukan untuk memperoleh sekian dana untuk agar dapat menyekolahkan si bungsu dan Sovia. Setelah cukup lama aku berfikir, di tengah-tengah usaha batik yang makin tak bisa di handalkan. Aku memutuskan untuk meminjam uang ke Bank  dengan jaminan Rumah mertuaku. aku sadar ini rasanya terlalu ekstrim, semakin muncul ketidak peduli aku kepada  anak-anak, semakin kuat keinginanku untuk menyekolahkan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Entah apa resiko yang akan ku hadapi, demi pendidikan mereka yanga baik.



   Pihak Bank meminjamkan dana untuk ku dengan  jaminan Rumah sang mertua satu-satunya ini. Si bungsu putri akhirnya kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, dimana sebelumnya ia tidak lolos seleksi penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi Negeri. Namanya juga Kampus swasta, ya tentunya mahal. Ini sungguh menyita perhatianku. kembali Putri besikeras untuk tetap kuliah di tahun itu juga dan di kampus yang telah ia tunjuk. Sungguh angaran yang ku rencanakan untuk pendidikan anak dan usaha menjadi tidak sesuai dan meleset. setelah perdebatan tambah cekcok yang cukup panjang antara Istriku dan Putri. tiba-tiba, suasana hening saat Sovia berinisiatif lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ditahun itu. 

ia mengalah, ia mempersilahkan adiknya untul melanjutkan pendidikan di kampusnya. kemudian menyesuaikan dengan jumlah dana yang ku pinjam. Aku menangis dalam hati atas keputusan anak ku itu, walau sesungguhnya aku dan istri berharap ke dua-duanya harus kuliah. dengan tabungan istri (berjualan kue) kemudian tambah dana pinjaman dari Bank. kuliahlah Putri di sebuah kampus swasta dengan jurusan pemasaran. Dan sebagian dana yang alain digunakan untuk modal usaha batik yang sebelumnya bisa dikatakan mati suri.

malam itu di pagi yang sepi, istriku dan Sovia yang sedang sibuk mengerjakan produksi beraneka jajanan kue yang bakal di jual sebelum waktu jam tujuh pagi. Aku sedang mulai membuka ruagan produksi kain batik, tiba-tiba di sadarkan oleh beberapa sahutan dari si gadis pincang ku itu, nampak guratan serius di wajahnya. 

“ayah Sovia ingin Study lagi” ucapnya pelan

Aku terdiam

“ ayah…. sovia ingin mengikuti les di sebuah lembaga pendidikan extra, sovia pikir hal ini tidak akan terlalu menyusahka ayah, karna les adalah lembaga pendidikan jangka pendek!
Sovia akan katakan kepada ayah dan ibu tentang satu hal, sebetulnya secara diam-diam Sovia mempunyai tabungan pribadi. semenjak bisa berjulan pulpen lucu di sekolah dulu sudah mulai mengumpulkan rupiah demi rupiah, begitu juga dengan jajan setiap harinya selalu aku sisihkan buat ditabung. jadi untuk pendaftaran nanti, ditambah perlengkapa-perlengkapanya, Sovia rasa dana itu cukup” ucapnya lembut penuh perasaan. matanya perlahan mulai berkaca-kaca. istriku yang sedari tadi mendengarkan diam terpaku diantara kotak-kotak kue, tak jau dari kami.  

“Sovia kasihan melihat ayah begini-begini terus,” 

“susah-susah terus,” dan melihat ibu yang sejak dini hari yang dingin sudah  harus bangun untuk mempersiapkan kue yang akan dijualnya di pagi hari”. nada suaranya mulai naik, serak,  kepalanya tertunduk.

Aku tau ia sedang merasakan kesulitan yang kami rasa, menagisi kondisi kami yang semakin tua, makin lemah dan makin mengkwatirkan. istriku perlahan mendekati anak gadis ku itu, dan memeluknya hangat. 

“sayang….. semua akan baik-baik saja”. Sahut istriku, kemudian mengosokan telapak tangannya lembut ke punggung Sovia. 

“Sovia sayang kalian….” ucapnya berat. 

“Sovia sayang sama ibu.., sovia sayang sama ayah…,” dan Sovia sungguh tak ingin melihat ayah… ibu… susah-susah kayak ini terus!!”  di bahu ibunya, tangisnya pecah seketika. yang sedari tadi ia coba tahan-tahan. 


aku terpaku duduk tersandar di sebuah kursi tak jauh dari anak dan istriku yang nampak lagi meratap itu. di waktu subuh ini. hati ku perlahan-lahan basah, bak tanah keras  kering kerontang, hampa, retak-retak kemudian di hembuskan angin sepoi-sepoi menyejukkan, setelah itu bak di tebar rata oleh rintik-rintik air nan segar, dan baru disirami air hujan deras perlahan tapi pasti. Di sudut mata ku menetes butiran cairan bening pertama kalinya selama berkeluraga. Yah… betul aku menangis kala itu, di depan anak dan istriku.

“Ayah…” sovia harus harus melakukan sesuatu”… “Sovia janji akan ikut memperbaiki kondisi keluarga kita ini”. ucapnya mantap, kemudian menyeka air matanya dengan tangan kiri dan kanan secara bergantian kemudian di selingi suara isapan ingus beberapa kali.

***
     Pasca tamat sekolah, Sovia sudah meyusun program apa-apa yang akan di lakukan kedepannya. Tentang informasi tempat ia study, anggaran biaya dan perlengkapan tempat tinggal sudah di perhitungkan. Ia akan belajar di “PALIE STUDIO” khusus bidang “Fashion Designer”, yang berlokasi di kelapa gading, Jakarta. Karena cukup jauh dari rumah ia harus ngekos selama belajar disana. Sebetulnya uang tabungannya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan belajarnya, tampa memberi tahu kami, ia diam-diam meminjam sejumlah uang ke mantan Guru kelasnya waktu masih belajar di SMA dulu, dengan hanya modal kepercayaan. Sovia memang memilih jalur yang sesuai dengan bakat, kesukaanya dan bidang yang membuat ia bersemangat untuk melakukannya. 

Ya, bidang “Fashion Designer” jawab ku ke istri saat  ia menanyakan bidang studi apa yang menjadi pilihan Sovia. Kemudian aku menyudahi pembicaran via telfon dengan sovia kala itu.

     Hari demi hari aku dan istri menjalani hidup berdua, iya.. betul hanya berdua . tampa anak-anak. Tanpa Si sulung nan ganteng (dulu) yang sekarang masih di dalam tahanan, tampa si bungsu nan cantik nan keras kepala, dan si gadis pincang (kebanggaan kami tentunya). Aku makin nampak mulai menua, begitu juga halnya dengan istri ku, kerutan di wajahnya makin terlihat jelas. di kondisi saat seperti ini sungguh kami merasakan kesepian yang begitu amat dalam, tapi aku  percaya suatu saat nanti kami semua pasti bisa berkumpul lagi. Dengan segenap sisa umur ini, segenap tenega ini. aku harus terus berupaya mempertahankan usaha keluarga, tentunya tetap bekerja sama dngan sang istri pikirku dalam menyemangati diri. 


       Setelah setahun berlalu Sovia belajar keras dan focus di bidang Fashion Designer, ia kian memperdalam kemampuan gambarnya menjadi lebih fariatif lebih bagus, mengenal warna, mengenal serat kain, Illustrasi fashion, Fashion design, pola jahit dan industry fashion. Dengan kemampuannya yang cepat mengerti dan mahir, tidak lama baginya untuk meraik perhatian guru-guru dan para pembinanya. sovia melakukannya dengan sepenuh hati dan tentunya dengan senang hati. Karena memang seni gambar adalah hidupnya. guru dan pembinanya  tak segan-segan memberi komentar “sovia kamu nampak bermain-main dalam melakukan berbagai gambar tapi hasilnya sungguh “Wonderfull” dan kamu sangat menikmati” itu bagus.


     Secara perlahan, diluar jam belajar. sovia melanjutkan tahapan yang ia sudah rencanakan yaitu: “aplikasi kemampuan ke pasaran”. ia memberanikan diri mengajukan proposal permohonan kerja sama, ke seorang pengusaha pemilik galeri pakaian produsi, ia menawarkan dibagian megambar tata busana. ia ingin berkontribusi di galeri yang sudah punya Brand sendiri itu. Awalnya tidak ada yang percaya gadis pincang dengan tampang sangat standar itu mampu meyakinkan para disaigner yang sudah berpengalaman di bidangnya. tapi setelah di coba gambar, Mereka kaget, terpikat, arsirannya unik dan berkarakter itu ciri khas arsiran sovia.

      Sementara masih terus belajar di PALIE STUDIO, sovia juga tetap bekerja di galeri tersebut, ia berkontribusi memberikan model-model dan si desaign gambar yang unik, nyentrik dan persentase laku di pasaran di nilai besar. 



       Di Palie Studio ia juga berprestasi, karena  hasil gambarnya yang menarik dan unik itu kerap menjadi referensi, ia menjadi sosok yang dikenal banyak kalangan mulai dari kalangan alumnus Palie Studio yang nota bene sudah menjadi disangner secara professional, terkenal lagi. sovia juga sering menjadi sosok promosi untuk Lembaga belajar Palie Studio.  Perlahan Ia mulai bisa mengatur pola hidupnya secara mandiri, ia menghasilkan uang karena bekerja sambilan. disamping bekerja ia juga belajar bagaimana membuka usaha, menggerakkan usaha, dan memasarkan produk (sambil menyelam minum air). Pelan-pelan Sovia bisa membiayai kebutuhan belajarnya, kebutuha pribadinya. Tentunya juga bisa melunasi pinjamanya ke mantan guru kelasnya dulu.

        Sovia selalu menelpon aku dan istri setiap ia merasa kangen rumah, kangen bantu ibu, kangen mijitin aku (ayahnya). dua bulan ini sovia sudah hidup mandiri 100%. Ia meminta, agar aku tak perlu kirimkan uang lagi. Sovia sudah bekerja sambil belajar. Lain halnya dengan Putri adiknya Ia tetap pulang sekali dua minggu, seperti biasa selalu ada saja uang tambahan atau pembayaran ini itu. Sedangkan Rifan sudah menjadi rutinitas kami sekali sebulan untuk menjenguknya ke lembaga kemasyarakatan. Sebagai wujut perhatian kami yang adil kepada anak-anak.

      Akhir-akhir ini migren ku kambuh lagi, kali ini aku tak berdaya menahannya. terpaksa istrahat total tampa bisa beraktifitas. istriku yang tadinya berjualan kue jajanan kini mesti harus terhenti, karena waktunya di peruntukkan untuk merawat aku dan juga mendampingi para pekerja, supaya usaha batik tetap berjalan bagaimana semestinya. perihal aku sakit, jelas tidak perlu ku kabari ke anak ku Sovia, karena memang aku menggap ini adalah sakit biasa, barangkali karena kecapean karena bekerja. dan memang kondisi rumah tangga semakin terasa sulit dikala aku tidak bisa melakukan apa-apa. sementara sang istri yang malah kelelahan mengurus semuanya (aku, usaha batik) bahkan dia tak jarang menagis terisak-isak meratapi nasib hidup dalam sholatnya. menagis akan ujian yang begitu terasa begitu berat, melelahkan, curhat kepada Rabb agar tdiberi kesabaran, perlindungan, terutama buat anak-anaknya. aku pun meng amini. pengeluaran semakin bertambah buat obat ku, sementara uang masuk dari jualan kue suda nihil. hanya bisa diharapkan dari toko batik. Di tengah tengah rasa cemas yang kurasa, aku berusaha untuk tenang , bersabar, dan terus berupaya sebaik mungkin, agar keadaan bisa stabil.

      Suatu senja saat aku dan istri selesai melaksanakan sholat magrib berjamaah, selang beberapa menit terdengar suara nyaring Hanphone di atas meja, di ruang tengah. Aku pun segera mengangkatnya, sedangkan istriku langsung kedapur membuatkankan secangkir teh hanggat untuk ku. ternyata itu sovia, aku heran  kenapa ia menelpfon dalam jarak yang berdekatan. Padahal baru tadi sore kami saling bercerita. 

“Ayah tadi dalam sholatnya mendoakan Sovia tentang apa”? sebuah pertanyaan tiba-tiba pada ku setelah ia mengucapkan salam.

“emang kenapa.. sayang….?? “tentunya ayah mendoakan yang terbaik buat kamu, adik mu (Putri), kakakmu (Rifan) dan pokoknya keluarga kita dong” ucapku pelan.

      Istriku nampak masih menggenakan mukena abu-abunya, perlahan berjalan mendekat. di tanggannya memegang segelas teh hanggat dan beberpa potong biscuit bundar  yang ditaroh diatas wadah kaca.

“ayah, ibu….hmmm ” lalu ia diam sejenak. Aku dan istri ikut tenggelam dalam suasana hening mendengarkan kata-kata yang akan dilontarkan selanjutnya oleh anak gadis kami itu.
Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara tangis pelan, tak beraturan. Bulu kuduk ku merinding, ekspresi kekhawatiran istriku sudah tidak bisa ditahan lagi.

“anak ku sayang…. kamu kenapa” Tanya ku. 


“ Ada apa dengan mu naak…??, “ceritalah sama kami sayang”. timpal istriku dengan suara sedikit parau, ia nampak begitu sangat khwatir.
.....

BERSAMBUNG

agak ...kepanjangannya yach?.. :)  yang tabah yah... ckckckc :)  #tunggu lanjutanya

Terimakasih telah membaca ^_^


By : Farieco Paldona Putra